Marfin Biaggi
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Seberapa Besar Algoritma TikTok dalam Mempengaruhi Opini Publik tentang Kebijakan Kesehatan di Jakarta Selatan Muhammad Salman Husairi; Syawla Malika Azzahra; Amelia Fahra Anggraini; Marfin Biaggi; Pia Khoirotun Nisa
EDU SOCIETY: JURNAL PENDIDIKAN, ILMU SOSIAL DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 5 No. 2 (2025): June-September 2025
Publisher : Association of Islamic Education Managers (Permapendis) Indonesia, North Sumatra Province

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/edu.v5i2.1360

Abstract

Media sosial telah menjadi arena baru pembentukan opini publik, khususnya melalui algoritma personalisasi konten seperti yang digunakan TikTok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh algoritma TikTokterhadap opini publik mengenai kebijakan kesehatan di Jakarta Selatan. Teori Spiral of Silence digunakan sebagai kerangka analitis untuk memahami kecenderungan pengguna dalam menyuarakan atau menyembunyikan opini mereka di ruang digital. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam terhadap lima pengguna aktif TikTok berusia 18–25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa algoritma TikTok secara signifikan memengaruhi eksposur pengguna terhadap konten-konten tertentu yang bersifat kritis terhadap kebijakan kesehatan seperti vaksinasi dan program BPJS. Algoritma ini menciptakan filter bubble yang memperkuat narasi dominan dan memicu efek spiral of silence di kalangan pengguna yang memiliki pandangan berbeda. Selain itu, rendahnya literasi digital menyebabkan sebagian besar responden cenderung mempercayai konten viral tanpa verifikasi sumber. Temuan ini mengindikasikan bahwa algoritma tidak hanya mengarahkan konsumsi informasi, tetapi juga membentuk atmosfer sosial yang memengaruhi ekspresi opini publik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dominasi algoritmik dalam media sosial berpotensi melemahkan partisipasi kritis masyarakat terhadap kebijakan publik. Implikasinya, pemerintah dan praktisi komunikasi kesehatan perlu mengembangkan strategi komunikasi yang inklusif, berbasis data, dan responsif terhadap dinamika algoritmik di media sosial.