Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan proses penurunan fungsi ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa kelainan struktural atau fungsional dengan nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1.73 m2. Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) membutuhkan program terapi pengganti ginjal untuk menggantikan fungsi ginjalnya yang telah rusak. Terapi pengganti ginjal yang paling banyak digunakan adalah hemodialisa. Terapi ini menyebabkan berbagai jenis permasalahan fisik dan psikologis pada pasien, yaitu ansietas dan pemenuhan kebutuhan tidur yang tidak optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ansietas terhadap kualitas tidur pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian literatur. Penelusuran jurnal dari rentang tahun 2015-2020 melalui ProMed, Science Direct, PubMed, dan Google Schoolar. Ada 27 jurnal yang diseleksi melalui tahap identification, screening dan eligibility, sehingga tersisa 8 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil analisa dari 8 jurnal terdapat 6 jurnal yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien PGK yang menjalani HD mengalami ansietas dan 2 jurnal yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien PGK yang menjalani HD memiliki kualitas tidur yang buruk. Studi literatur dari 8 jurnal ini menunjukkan bahwa (56,5%) pasien mengalami ansietas dan (63,1%) pasien memiliki kualitas tidur buruk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien PGK yang menjalani hemodialisis mengalami ansietas dan kualitas tidur yang buruk. Ansietas dipengaruhi oleh usia, prosedur, intensitas dan lama menjalani hemodialisa. Insomnia tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, tingkat hemoglobin, merokok, kebiasaan konsumsi kopi. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas tidur adalah ansietas. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara ansietas terhadap kualitas tidur pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis.