Penafsiran Al-Qur'an dalam tradisi lokal memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam secara kontekstual. Salah satu tokoh penting dalam khazanah tafsir Nusantara adalah KH Shaleh Darat, ulama asal Semarang yang dikenal melalui karya-karya tafsirnya dalam bahasa Jawi (Melayu beraksara Arab). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji metode dan substansi penafsiran KH Shaleh Darat terhadap Surah al-Fatihah ayat 4–5 dan Surah al-Baqarah ayat 173, serta menilai relevansi pemikirannya dalam konteks kontemporer. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan metode analisis isi (content analysis) terhadap teks tafsir yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KH Shaleh Darat menggunakan pendekatan sufistik-moral dalam penafsirannya, dengan menekankan makna penghambaan dan tauhid pada ayat-ayat al-Fatihah, serta urgensi menjaga kesucian dalam konsumsi makanan pada Surah al-Baqarah. Relevansi tafsir beliau tampak dalam upayanya mengaitkan nilai-nilai al-Qur’an dengan kehidupan masyarakat lokal, menjadikan tafsir Jawi sebagai media dakwah dan pendidikan yang efektif pada masanya dan tetap relevan dalam pengembangan kajian tafsir kontekstual di era modern. Abstract Qur'anic interpretation within local traditions plays a significant role in conveying Islamic teachings contextually. One of the prominent figures in the archipelago’s exegetical tradition is KH Shaleh Darat, a scholar from Semarang renowned for his tafsir works written in Jawi (Malay in Arabic script). This study aims to examine KH Shaleh Darat’s interpretation of Surah al-Fatihah verses 4–5 and Surah al-Baqarah verse 173, focusing on his interpretive method and the relevance of his thought in contemporary contexts. The research employs a qualitative-descriptive approach using content analysis of the relevant tafsir texts. The findings reveal that KH Shaleh Darat adopted a Sufi-ethical approach in his interpretations, emphasizing servitude and monotheism in al-Fatihah, as well as the importance of maintaining purity in food consumption in al-Baqarah. His interpretations are contextually relevant, particularly in how he connects Qur'anic values with local life realities, making his Jawi tafsir an effective medium of da'wah and education in his time and a valuable reference for contextual Qur'anic studies in the modern era