Indonesia sebagai negara berkembang terus menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengurangi kasus dan kematian akibat pneumonia pada anak-anak. Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi, rumah sakit rujukan di Surakarta, menangani banyak kasus pneumonia anak. Namun, munculnya pandemi COVID-19 membawa tantangan baru, termasuk kebutuhan untuk menyesuaikan prosedur perawatan kesehatan dan prioritas layanan, yang kemungkinan mempengaruhi penanganan kondisi non-COVID seperti pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas pengobatan pneumonia pada anak sebelum dan selama pandemi, untuk mengevaluasi apakah pandemi tersebut berdampak positif atau negatif terhadap kualitas perawatan. Metode kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross-sectional digunakan untuk menganalisis perbedaan kasus pneumonia anak di RS Dr. Moewardi antara tahun 2019 dan 2021. Hasilnya mengungkapkan pergeseran penting dalam karakteristik dan pola insiden pneumonia anak. Pada tahun 2019, kasus lebih sering, terutama pada anak-anak di bawah lima tahun. Sebaliknya, tahun 2021 melihat lebih sedikit kasus tetapi proporsi anak yang lebih tua yang terkena dampak lebih tinggi. Selanjutnya, jumlah pasien yang dirawat di PICU menurun, sementara lebih banyak anak dirawat di bangsal umum, HCU, dan NICU. Perubahan signifikan juga diamati dalam kultur bakteri. Pada tahun 2019, Acinetobacter baumannii dan Klebsiella pneumoniae dominan, tetapi pada tahun 2021, prevalensinya menurun dan Pseudomonas aeruginosa muncul sebagai patogen baru. Temuan ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 tidak hanya memengaruhi pola pengobatan tetapi juga etiologi pneumonia pada anak-anak, kemungkinan karena perubahan protokol kesehatan, penggunaan antibiotik, dan tindakan pengendalian infeksi.