Indonesia mencatat 5.402 bencana alam pada tahun 2012, menurun menjadi 3.522 bencana alam pada tahun 2022. Selain bencana alam, bencana non alam seperti kegagalan modernisasi, kegagalan teknologi, wabah penyakit, dan epidemi juga terjadi. Bencana teknologi industri telah menjadi ancaman serius karena kurangnya tanggung jawab industri dalam pencegahan, yang seringkali mengakibatkan kerugian yang signifikan. Bencana industri yang umum terjadi antara lain kebakaran, pencemaran limbah B3, gangguan operasional, polusi asap, kegagalan fungsi teknologi, kebocoran gas beracun, ledakan, dan risiko yang berkaitan dengan penggunaan bahan kimia berbahaya. Insiden-insiden ini menyoroti kebutuhan mendesak akan perencanaan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan darurat yang tepat, terutama di kawasan industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempublikasikan rencana kontinjensi darurat untuk memitigasi kegagalan teknologi industri di PT. Kawasan Industri Gresik (KIG) pada tahun 2023 dengan menggunakan metode evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan sistem penilaian skala Likert. Penelitian ini menghasilkan variabel Context dengan total rata-rata sebesar 67,20 dan dikategorikan sangat baik. Variabel Input rata-rata sebesar 68,80 dan dikategorikan baik. Variabel Process rata-rata sebesar 61,23 dan dikategorikan baik. Variabel Product memperoleh total rata-rata 64,75 dan dikategorikan baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa contingency plan pada industri KIG tahun 2023 dalam keseluruhan bernilai 65,49 pada kategori baik dan terlaksana sebagai pedoman bencana industri dan apabila terjadi bencana contingency plan kegagalan teknologi industri menjadi rencana operasional diterapkan sebagai acuan tanggap darurat.