Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

AUGMENTASITUNGAU PREDATOR FAMILIA PHYTOSEIIDAE RESISTEN TEMPERATUR SEBAGAI UPAYA KONSERVASI BIODIVERSITAS BERKELANJUTAN DALAM PENGENDALIAN Tetranychus urticae Basuki, Edi; Budianto, Bambang Heru
Prosiding Vol 3, No 1 (2012)
Publisher : Prosiding

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter padi gogo toleran kekeringan dengan daya hasil tinggi pada kondisi kadar air tanah rendah pada sistem tanam intercrops dengan rumput. Penelitian dilakukan di lahan tadah hujan Desa Banjaranyar dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi diulang tiga kali. Petak utama terdiri atas tanpa rumput, rumput gajah dan sereh serta anak petak terdiri atas vartietas Situ Patenggang, Kalimutu, Danau Gaung, Jatiluhur dan Cisokan. Pada kondisi kadar air tanah rendah (
Ṣadaqa and ‘Spirituality Gene’ Expression: The Qurʾan and Advances in Epigenetics Basuki, Edi; Naqiyah, Naqiyah
Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Humaniora - UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/tos.v10i1.8656

Abstract

Charity  (ṣadaqa) is commonly given for religious reasons: Muslims donate voluntarily to earn Allah’s pleasure and receive His blessings. However, there have been changes in the way Muslims perceive charity and what significance it has in their life. Many studies have addressed this issue but failed to explore the connection between ṣadaqaand mental state. This paper was aimed to complement the existing studies by analyzing the process of the shifting interpretation of charity and its positive effects on the donors. This study used qualitative analysis of primary and secondary data. The data was processed through descriptive methods and content analysis. In particular, it focused on analyzing the religious background of the donors, including the biological processes underlying their tendency to give generously. The study concluded that the practice of giving ṣadaqa increases social, emotional, and spiritual wellbeing, depending on the level of spirituality of the donors and their intention.
Perilaku Memilih Umpan Dengan Fagostimulan Yang Berbeda Pada Kecoak Jerman Blattella germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae) Aliefia, Rizky Arjunnajat; Ambarningrum, Trisnowati Budi; Basuki, Edi
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 2 No 3 (2020): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2020.2.3.2007

Abstract

German cockroach (Blattella germanica L.) is one of the important residential pest insects, because of its role as a vector of disease. To reduce its population, it can be used with bait techniques. However, there was a rejection of glucose against German cockroaches against phagostimulant-based commercial bait. Therefore it is necessary to review the phagostimulant as a component of the bait to minimize failure to control German cockroaches based on bait using German cockroaches strain VCRU (Vector Control Research Unit). The first step to formulating the bait is to find the phagostimulant most sought by German cockroaches. The ingredients used as fagostimlan are sugar, durian, erythritol, and banana. The purpose of this study was to determine the behavior of choosing German cockroaches against bait with different phagostimulants and the peak of feeding activity in German cockroaches. This study used an experimental method with a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments giving phagostimulant and repeated 4 times divided into four test arenas. The treatment consisted of bait which each contained sugar, durian, erythritol, and banana as phagostimulants. Observation of behavior using the method of behavior sampling is recorded in continuous recording for 24 hours using a Closed Circuit Television (CCTV) camera. The parameters measured were latency, frequency, duration, and peak feeding activity of German cockroaches. The data were analyzed with ANOVA at p <0.05. The results showed that the behavior of selecting cockroaches from the VCRU strain on the bait was not significantly different (p<0.05) and was attracted to all feeds provided, but gel bait with sugar phagostimulant was the preferred bait by looking at the three parameters of latency, frequency, and duration. The results of the average latency in the VCRU strain to the durian gel for 17 minutes, the average frequency of most visits to the sugar gel in the VCRU strain by 10 times, the longest average duration of the VCRU strain gel for 1 minute 46 seconds and peak eating activity VCRU strains occur between 17:00 - 20:00.
Life Table Lalat Buah (Drosophila melanogaster) yang Didedahkan pada Konsentrasi Subletal Sipermetrin Wahyudin, Aan; Budianto, Bambang Heru; Basuki, Edi
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 3 No 3 (2021): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2021.3.3.4434

Abstract

Drosophila melanogaster atau sering disebut juga dengan lalat buah, merupakan jenis serangga yang ditemukan pada buah atau sayuran yang membusuk dan bahan tanaman di seluruh dunia dengan distribusi yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai LC50 dari telur, larva, pupa dan serta potensi reproduksi lalat buah dewasa (Drosophila melanogaster) yang terdedah oleh sipermetrin. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data kematian lalat dari uji toksisitas dianalisis dengan ANAVA serta uji Probit menggunakan aplikasi SPSS, sedangkan data parameter potensi reproduksi dianalisis dengan metode life table menggunakan Ms. Excel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nilai LC50 sipermetrin berbeda pada setiap tahap perkembangan. Nilai LC50 dari paling rendah hingga paling tinggi berturut-turut adalah dimulai pada tahap perkembangan telur yaitu sebesar 1654,824 ppm, selanjutnya pada tahap telur sebesar 3067,192 ppm, tahap imago sebesar 3155,848 ppm dan tahap pupa sebesar 3755,014 ppm. Potensi reproduksi dan laju populasi D. melanogaster mengalami penurunan yang signifikan seiring peningkatan konsentrasi, lebih rendah dibandingkan pada kontrol. Konsentrasi terbaik yang mampu menurunkan nilai laju reproduksi bersih (R0) dan kemampuan populasi memperbanyak diri (λ) adalah 266,6 ppm dengan rata-rata nilai masing masing parameter sebesar 0,22 dan 0,86. Selanjutnya konsentrasi terbaik dalam menurunkan periode hidup rata-rata (T) dan potensi reproduksi populasi (rm) adalah konsentrasi 250,0 ppm dengan rata-rata nilai masing-masing parameter sebesar 9,64 dan -0,03. Kata Kunci: Sipermetrin, Drosophila melanogaster, lalat buah, life table, potensi reproduksi
EVALUATION OF DISASTER MANAGEMENT CONTINGENCY PLAN FOR INDUSTRY AT PT. XYZ GRESIK Zaneta, Dinayu Putri Wyanet; Ramadhan, Tiffany Putri Klisa Pratama; Haksama, Setya; Pawitra, Aditya Sukma; Basuki, Edi
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45368

Abstract

Indonesia mencatat 5.402 bencana alam pada tahun 2012, menurun menjadi 3.522 bencana alam pada tahun 2022. Selain bencana alam, bencana non alam seperti kegagalan modernisasi, kegagalan teknologi, wabah penyakit, dan epidemi juga terjadi. Bencana teknologi industri telah menjadi ancaman serius karena kurangnya tanggung jawab industri dalam pencegahan, yang seringkali mengakibatkan kerugian yang signifikan. Bencana industri yang umum terjadi antara lain kebakaran, pencemaran limbah B3, gangguan operasional, polusi asap, kegagalan fungsi teknologi, kebocoran gas beracun, ledakan, dan risiko yang berkaitan dengan penggunaan bahan kimia berbahaya. Insiden-insiden ini menyoroti kebutuhan mendesak akan perencanaan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan darurat yang tepat, terutama di kawasan industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempublikasikan rencana kontinjensi darurat untuk memitigasi kegagalan teknologi industri di PT. Kawasan Industri Gresik (KIG) pada tahun 2023 dengan menggunakan metode evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan sistem penilaian skala Likert. Penelitian ini menghasilkan variabel Context dengan total rata-rata sebesar 67,20 dan dikategorikan sangat baik. Variabel Input rata-rata sebesar 68,80 dan dikategorikan baik. Variabel Process rata-rata sebesar 61,23 dan dikategorikan baik. Variabel Product memperoleh total rata-rata 64,75 dan dikategorikan baik.  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa contingency plan pada industri KIG tahun 2023 dalam keseluruhan bernilai 65,49 pada kategori baik dan terlaksana sebagai pedoman bencana industri dan apabila terjadi bencana contingency plan kegagalan teknologi industri menjadi rencana operasional diterapkan sebagai acuan tanggap darurat.
Tingkat Resistensi Lipas Jerman (Blattella germanica L.) asal Tiga Pasar di Kota Purwokerto terhadap Fipronil Menggunakan Metode Kontak dan Umpan: Resistance Level of German Cockroaches (Blattella germanica L.) Origin of Three Traditional Markets in Purwokerto City to Fipronil Ambarningrum, Trisnowati Budi; Kusmintarsih, Endang Srimurni; Haryanto, Trisno; Basuki, Edi; Rejeki, Dwi Sarwani Sri
Aspirator Vol 14 No 1 (2022): Jurnal Aspirator Volume 14 Nomor 1 2022
Publisher : Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/asp.v14i1.4495

Abstract

Abstract. German cockroaches in Indonesia have developed resistance to various insecticides. Although cases of german cockroach resistance have been reported in several areas in Indonesia, there have been no reports of such resistance cases in Purwokerto. The specific purpose of this study was to determine the resistance status of german cockroaches from three traditional markets (pasar) in Purwokerto to fipronil. The method used was the contact and bait method, using ten male cockroaches and repeated five times for each strain. The data obtained were analyzed using probit analysis to calculate the time of  death (Lethal Time), and then the resistance level was calculated. The results showed that the time of death (LT50) for field cockroaches using the contact method, the highest resistance level was obtained from the Pasar-1 strain with an LT50 value of 3.05 hours, while the lowest was in the Pasar-3 strain with an LT50 value of 1.83 hours. In testing with the bait method using gel bait containing 0.03% fipronil, the LT50 value of cockroaches from Pasar-1 was 14.16 hours, while cockroaches from Pasar-3 had an LT50 value of 8.02 hours. The resistance ratio value (RR50) calculation showed that all cockroaches from three traditional markets in the city of Purwokerto did not show resistance to fipronil which was tested with the resistance ratio value of all field strains below 1. Susceptible to insecticides with the active ingredient fipronil. The active ingredient fipronil in bait formulations may be used for monitoring and control of German cockroaches. Abstrak. Lipas jerman telah resisten terhadap berbagai macam insektisida, dibuktikan dengan adanya kasus resistensi lipas jerman yang dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Meskipun demikian, di wilayah Kota Purwokerto sampai saat ini belum ada laporan mengenai kasus resistensi tersebut. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui status resistensi lipas jerman dari tiga pasar tradisional yang ada di Kota Purwokerto terhadap fipronil. Metode yang digunakan adalah metode kontak dan umpan dengan menggunakan sepuluh ekor lipas jantan dan diulang lima kali untuk masing-masing strain. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis probit untuk menghitung waktu kematian (Lethal Time), untuk kemudian dihitung tingkat resistensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu kematian (LT50) lipas lapangan menggunakan metode kontak pada tingkat resistensitertinggi adalah dari strain Pasar-1 dengan nilai LT50 sebesar 3,05 jam, sedangkan terendah adalah strain Pasar-3 dengan nilai LT50 sebesar 1,83 jam. Hasil pengujian dengan metode umpan menggunakan gel bait mengandung fipronil 0.03% diperoleh nilai LT50 lipas asal Pasar-1 sebesar 14,16 jam, sedangkan lipas dari Pasar-3 mempunyai nilai LT50 sebesar 8,02 jam. Hasil penghitungan nilai rasio resistensi (RR50) menunjukkan bahwa semua lipas asal tiga pasar tradisional di Kota Purwokerto tidak menunjukkan resistensi terhadap fipronil yang diujikan dengan nilai rasio resistensi semua strain lapangan di bawah 1. Simpulan hasil penelitian ini adalah lipas strain pasar tradisional di Kota Purwokerto masih rentan terhadap insektisida berbahan aktif fipronil. Bahan aktif fipronil dalam formulasi umpan dimungkinkan untuk digunakan dalam monitoring dan pengendalian lipas jerman.
Intensitas Serangan Tungau Parasit Terhadap Larva Nyamuk Aedes Sp. Pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kabupaten Karanganyar Budianto, Bambang Heru; Basuki, Edi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2017: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.738 KB)

Abstract

Tungau parasit merupakan tungau yang memarasiti seluruh stadium nyamuk Aedes sp. Kemampuan memarasiti tungau parasit dapat diketahui dari intensitas serangannya. Sampai saat ini, belum diperoleh informasi mengenai besaran intensitas serangan tungau parasit pada stadium larva Aedes sp. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis tungau yang memparasiti larva nyamuk Aedes sp. dan menentukan intensitas serangan tungau parasit terhadap larva nyamuk Aedes sp. di daerah endemis DBD di Kabupaten Karanganyar. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara survai dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Pengambilan sampel dilakukan di 4 kecamatan dari Kabupaten Karanganyar yang memiliki endemisitas tertinggi, yaitu Kecamatan Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, dan Kebakkramat. Berdasarkan tingkat kesalahan 20% maka diambil sampel minimal sebanyak 25 ekor larva Aedes sp. dari setiap kecamatan. Variabel yang diteliti adalah intensitas serangan tungau parasit dan variabel pendukungnya berupa temperatur, ketinggian, dan pH. Data dianalisis dengan cara menghitung jumlah individu jenisfamilia tungau yang ditemukan dibagi dengan jumlah individu larva yang terparasiti. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan tiga familia tungau yaitu Familia Hydrachnidae, Pionidae, dan Hydrozetidae. Intensitas serangan tungau parasite di daerah endemis demam berdarah dengue di Kabupaten Karanganyar termasuk sangat rendah. Intensitas serangan familia Pionidae dan Hydrozetidae masing-masing sebesar 0,25 dan familia Hydrachnidae 0,50.
Produksi Kroto Semut Rangrang (Oecophylla Smaragdina yang Dibudidaya dengan Pakan Sumber Protein Berbeda Dwijayanto, D; Arif, A; Basuki, Edi; Darsono, D
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.713 KB)

Abstract

Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) telah diidentifikasi sebagai agen biokontrol pada berbagai jenis tanaman. Penurunan populasi dari tahun 2009-2012 sangat tajam, yakni berkisar 50% dari jumlah semula. Populasi semut rangrang pada tahun 1999-2006 cukup melimpah sehingga banyak tanaman hias maupun tanaman pangan dapat terselamatkan dari hama. Salah satu faktor penyababnya adalah perburuan telur atau larva (kroto) semut rangrang tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem. Hasil kroto yang ada di pasaran berasal dari alam, sedangkan alam tidak setiap saat menyediakan kroto. Disisi lain permintaan kroto terusmeningkat, maka budidaya semut rangrang menjadi sangat penting untuk memenuhi permintaan kroto yang tinggi dan pelestarian habitat baik unsur abiotik maupun biotik mempengaruhi kelimpahan semut rangrang di alam. Produksi kroto semut rangrang hasil budidaya pada dasarnya saat ini belum menjawab kebutuhan pasar yang ada. Kebutuhan akan kroto masih sangat jauh terpenuhi karena metode dan sistem para peternak masih banyak yang menggunakan cara yang belum tepat. Dampaknya adalah produksi kroto tidak maksimal. Penelitian ini dilakukan di Grendeng, Purwokerto Utara, Banyumas selama bulan februari sampai maret 2014. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan sumber protein berbeda terhadap produksi kroto semut rangrang yang dibudidaya dan mengetahui jenis pakan sumber protein yang menghasilkan tingkat produksi kroto semut rangrang tertinggi yang dibudidaya. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas pakan sumber protein ulat hongkong (Tenebrio molitor), jangkrik (Gryllus assimilis), dan ulat kandang (Alphitobius diaperinus) masingmasing sebanyak 2 g dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali selama 25 hari. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pakan sumber protein berbeda (Tenebrio molitor, Gryllus assimilis, Alphitobius diaperinus) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kroto semut rangrang yang dibudidaya. Tingkat produksi kroto semut rangrang yang dibudidaya dengan pemberian pakan sumber protein ulat hongkong sebesar 50,98 g (3.568 individu), jangkrik sebesar 51,25 g (3.587 individu), dan ulat kandang sebesar 45,11 g (3.157 individu).
Kelimpahan Tungau Parasit pada Larva Nyamuk Aedes sp. di Daerah Endemis Demam Derdarah Dengue Kabupaten Banjarnegara Budianto, Bambang Heru; Basuki, Edi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2018: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.899 KB)

Abstract

Insidence Rate demam berdarah dengue (IR-DBD) di Banjarnegara dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Meningkatnya IR yang terjadi karena meningkatnya populasi vektor DBD yaitu nyamuk Aedes sp. Kelimpahan populasi nyamuk ini biasanya ditekan oleh banyak musuh alaminya, dan salah satunya adalah tungau parasit. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kelimpahan tungau parasit pada nyamuk Aedes sp. adalah temperatur, pH dan Dissolved Oxygen (DO). Tujuan penelitian adalah mengetahui familia tungau parasit yang menginfeksi larva Aedes sp dan menentukan kelimpahan serta faktor ekologis yang menentukan kelimpahan tungau parasit pada larva Aedes sp. Metode yang digunakan adalah survey dengan teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Tungau parasit yang diperoleh di identifikasi menggunakan buku identifikasi Pesic (2003), Gerecke (2004) dan Proctor (2006). Analisis data menggunakan software SPSS 16, dengan analisis regresi linear, quadratic, dan cubic untuk menentukan factor kunci kelimpahan tungau parasite larva Aedes sp. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini ditemukan tiga familia tungau parasit yaitu familia Pionidae, Hydrachnidae dan Hydryphantidae. Faktor ekologi tungau parasit larva Aedes sp yaitu temperature, pH dan DO. Kelimpahan tungau parasit pada larva nyamuk Aedes sp. di daerah endemis demam berdarah dengue di Kabupaen Banjarnegara ditentukan paling utama adalah oleh temperatur. Faktor ekologis temperatur 89% menentukan kelimpahan tungau parasit.
Kemampuan Serkaria Fasciola gigantica Asal Beberapa Jenis Siput dalam Membentuk Metaserkaria Budianto, Bambang Heru; Basuki, Edi
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2019: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.041 KB)

Abstract

Cacing parasit Fasciola gigantica memiliki hospes intermedier berupa berbagai jenis siput. Di dalam tubuh siput, mirasidium akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan menjadi sporokista, redia I, redia II, dan serkaria. Serkaria ke luar dari tubuh siput, berenang-renang menuju ke tumbuhan air, menempel pada daun dan tumbuh menjadi metaserkaria. Kemampuan serkaria dalam membentuk metaserkaria diduga berkaitan dengan jenis siput dan ukuran tubuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan serkaria F. gigantica asal Lymnaea sp., Compeloma sp., dan Pomacea sp. dalam membentuk metaserkaria dan menentukan jenis siput yang persentase pembentukan metaserkaria tertinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan adalah siput jenis Lymnaea sp., Compeloma sp., dan Pomacea sp. Setiap perlakuan diulang sebanyak 9 kali. Data persentase keber-hasilan serkaria dalam membentuk metaserkaria yang diperoleh, dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F), dan dilanjut-kan dengan uji Beda Nyata Terkecil, pada taraf kesalahan 5% dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan serkaria F. gigantica asal beberapa jenis siput sawah dalam membentuk metaserkaria tidak sama (P<0,05). Keberhasilan mem-bentuk metaserkaria tertinggi diperoleh dari siput Lymnaea sp.