Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Review Aktivitas Kandungan Senyawa Aktif Rimpang Genus Curcuma Sebagai Antiinflamasi Putu Haridas Chandra Gayatri; Ni Made Widi Astuti; Komang Ayu Ratih Tri Bhuwana Putri
Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi Vol. 3 (2024): Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi 2024
Publisher : Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/WSNF.2024.v03.p25

Abstract

Inflamasi merupakan respons adaptif tubuh untuk melindungi diri dari rangsangan merugikan yang disebabkan oleh infeksi, antibodi, atau luka fisik. Secara umum, antiinflamasi diobati menggunakan obat-obatan dari kelompok steroid dan obat antiinflamasi nonsteroid. Namun, penggunaan obat-obatan ini dalam jangka lama memiliki efek samping yang berpotensi membahayakan tubuh. Misalnya, obat antiinflamasi steroid dapat meningkatkan risiko diabetes dan osteoporosis serta menurunkan kekebalan tubuh. Rimpang genus Curcuma merupakan bagian yang memiliki kandungan senyawa aktif sebagai antiinflamasi. Untuk itu, penulisan review artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas antiinflamasi oleh senyawa aktif yang terkandung pada beberapa spesies rimpang yang berasal dari genus Curcuma. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi literatur dari jurnal nasional dan internasional yang diperoleh secara online melalui PubMed, Science Direct, dan Google Scholar yang dipublikasi dalam rentang 5 tahun terakhir, yakni pada tahun 2019-2024. Berdasarkan hasil pencarian diperoleh 10 jurnal yang memenuhi syarat inklusi. Hasil review menunjukkan bahwa jenis rimpang Curcuma yang dikaji memiliki kandungan senyawa dengan aktivitas antiinflamasi yang terbukti melalui penghambatan pembentukan mediator inflamasi, berdasarkan studi in vitro, in vivo, dan RCT. Implikasi dari review artikel ini adalah dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan obat herbal modern berbasis kunyit dengan memanfaatkan senyawa aktif yang terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi.
Uji Kelarutan Flavonoid Ekstrak Kulit Salak Pondoh dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan untuk Preformulasi SNEDDS sebagai Nutrasetikal Made Tresia Pramasta Diva; I Gusti Ngurah Agung Dewantara Putra; Florencya; Kadek Desi Laminiati; Putu Haridas Chandra Gayatri; Komang Ayu Ratih Tri Bhuwana Putri
Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi Vol. 2 (2023): Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi 2023
Publisher : Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/WSNF.2022.v02.p11

Abstract

Kulit salak pondoh, yang biasanya dianggap sebagai limbah, mengandung flavonoid yang memiliki potensi antioksidan. Sifat antioksidan ini dimanfaatkan sebagai sediaan nutrasetikal untuk meningkatkan efektivitas terapi berbagai penyakit, yang diformulasikan dengan SNEDDS (Self-nanoemulsifying Drug Delivery System). Pemilihan pembawa berupa fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan memegang peranan penting dalam pembuatan SNEDDS. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang paling optimum untuk melarutkan ekstrak kulit salak pondoh. Jenis minyak yang diuji antara lain, isopropil miristat (IPM), olive oil, dan asam oleat. Surfaktan yang diuji yaitu, tween 20, tween 80, dan PEG-40 HCO (Hydrogenated Castor Oil), sedangkan kosurfaktan yang diuji adalah propilen glikol, gliserin, dan PEG 400. Uji kelarutan dilakukan dengan melarutkan ekstrak ke dalam masing-masing komponen pembawa, kemudian direaksikan dengan metode AlCl3, dan diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimumnya. Kelarutan ekstrak kulit salak pondoh dalam fase minyak (IPM, olive oil, dan asam oleat) secara berturut-turut adalah 78,887; 147,138; dan 149,010 (μg/mL), kelarutan ekstrak dalam surfaktan (tween 20, tween 80, dan PEG-40 HCO) secara berturut-turut adalah 28,559; 34,118; dan 42,467 (μg/mL), serta kelarutan ekstrak dalam kosurfaktan (propilen glikol, gliserin, dan PEG 400) secara berturut-turut adalah 65,738; 106,364; dan 47,985 (μg/mL). Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak kulit salak pondoh memiliki kelarutan terbesar pada fase minyak asam oleat, surfaktan PEG-40 HCO, dan kosurfaktan gliserin. Bahan-bahan tersebut dapat dipilih sebagai pembawa dalam formulasi SNEDDS ekstrak kulit salak pondoh.