Penelitian ini menyelidiki efek dari gerakan arabisasi yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah (661-750 M) terhadap komunitas Muslim dan non-Muslim dalam area kekhalifahan. Arabisasi adalah strategi menyeluruh yang meliputi penerapan bahasa Arab sebagai bahasa resmi untuk administrasi, perombakan sistem mata uang, dan penguatan nilai-nilai budaya Arab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan menerapkan pendekatan historis-sosiologis serta menggunakan metode penelitian kualitatif yang berdasar pada kajian pustaka, penelitian ini mengkaji pelaksanaan kebijakan arabisasi serta tanggapan yang muncul di berbagai daerah dalam kekhalifahan. Hasil studi memperlihatkan bahwa efek dari arabisasi adalah rumit dan berbeda-beda. Bagi komunitas Muslim, kebijakan ini membangun struktur sosial yang bertentangan dengan ajaran kesetaraan dalam Islam, di mana Muslim Arab menikmati keistimewaan khusus sementara para mualaf (Muslim dari non-Arab) menghadapi diskriminasi yang terstruktur melalui sistem mawali. Ketidakseimbangan ini menghasilkan pergeseran identitas yang memperburuk kondisi politik dinasti. Penerapan arabisasi juga menampilkan perbedaan signifikan antar daerah. Wilayah Syam, sebagai pusat kekuasaan, menunjukkan arabisasi yang paling teratur, sedangkan tempat-tempat seperti Persia dan Khurasan mengalami proses yang lebih lambat dan selektif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun arabisasi berhasil mengukuhkan identitas politik Arab-Islam yang kuat dan mendasari perkembangan peradaban Islam klasik, kebijakan ini juga memunculkan ketegangan sosial yang pada akhirnya berkontribusi dalam perubahan politik menuju era Abbasiyah.