Sari, Rianti Keumala
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Menelaah Sensation Seeking: Perbedaan Antara Remaja Awal Perokok dan Non-Perokok Sari, Rianti Keumala; Sulistyani, Arum; Afriani, Afriani; Faradina, Syarifah
Syiah Kuala Psychology Journal Vol 3, No 1 (2025)
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/skpj.v3i1.31953

Abstract

Smoking has become part of the lifestyle of Indonesian society. Even the age at which individuals first start smoking is getting younger. On average, individuals start smoking in early adolescence, which is between the ages of 10 and 14 years. One of the personality factors that contribute to smoking behaviour in early adolescents is sensation seeking, which is the need to seek new, different and complex sensations and experiences, accompanied by a willingness to take risks, both physically and socially, in order to obtain these experiences. This study aims to identify differences in sensation seeking between early adolescents who smoke and those who do not smoke. The study sample comprised 150 early adolescents, 75 smokers and 75 non-smokers. Data collection used the Brief Sensation Seeking Scale (BSSS) adapted to the Indonesian language and culture, with a reliability coefficient of = 0,757. The independent sample t-test analysis showed a difference in the mean value of sensation seeking between early adolescents who smoke (M = 26,08, SD = 5,22) and early adolescents who do not smoke (M = 19,95, SD = 4,78). Based on these findings, it concluded that early adolescents who smoke have higher sensation seeking compared to adolescents who do not smoke t (148) = 7,51, p = 0,00 (two-tailed). The results of this study indicate the role of sensation-seeking in the formation of smoking behaviour. Therefore, smoking prevention efforts are needed with an approach that considers the characteristics of sensation seeking in early adolescence. Merokok telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, bahkan usia di mana individu pertama kali mulai merokok semakin lebih muda. Rata-rata, individu mulai merokok pada masa remaja awal, yaitu antara usia 11 hingga 14 tahun. Salah satu faktor kepribadian yang berkontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja awal adalah sensation seeking, yaitu kebutuhan untuk mencari sensasi dan pengalaman yang baru, berbeda, serta kompleks, yang disertai dengan kesediaan untuk mengambil risiko, baik secara fisik maupun sosial, guna memperoleh pengalaman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan sensation seeking pada remaja awal yang merokok dan yang tidak merokok. Sampel penelitian berjumlah 150 remaja awal, yang terdiri atas 75 remaja perokok dan 75 remaja non-perokok. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Brief Sensation Seeking Scale (BSSS) yang telah diadaptasi sesuai dengan bahasa dan budaya Indonesia, dengan koefisien reliabilitas sebesar = 0,757. Hasil analisis independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan nilai rerata sensation seeking antara remaja awal yang merokok (M = 26,08, SD = 5,22) dan remaja awal yang tidak merokok (M = 19,95, SD = 4,78). Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja awal yang merokok memiliki sensation seeking yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak merokok t (148) = 7,51, p = 0,00 (two-tailed). Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya peran sensation seeking terhadap terbentuknya perilaku merokok. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan merokok dengan pendekatan yang mempertimbangkan karakteristik sensation seeking pada remaja awal.