Konflik antar umat beragama selalu menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Setiap komunitas agama terlalu erat memegang doktrin agamanya sehingga menjadi sebuah kesalahpahaman dalam mempraktekkan ajaran agama masing-masing ditengah kemajemukan Indonesia. Konflik yang terjadi antar umat beragama dikarenakan sifat dari kaum fundamentalisme yang terus menyerang mereka yang diluar dari ajaran agamanya. Mereka yang salah memahami ajaran agama menjadi faktor penyebab utama peperangan, kebencian, penistaan agama, bullying terhadap beda agama, dan konflik lain yang bersifat negatif dan merugikan komunitas agama lainnya. Konflik-konflik itu tidak hanya terjadi secara kontak fisik (pertemuan antara individu atau kelompok) tetapi juga melukai secara psikis, baik pemikiran ataupun perasaan. Sudah banyak kasus di Indonesia secara eksplisit melakukan perang agama dengan kontak fisik, juga melalui ujaran kebencian dalam forum media sosial (instagram, tiktok, facebook). Dalam konflik antar umat beragama sangat dibutuhkan peran Kitab Keagamaan dalam menciptakan perdamaian atas perbedaan ajaran agama. Agama apapun pasti mempunyai ayat emas dalam menekankan ajaran damai, kasih, ketenangan, persahabatan, dan ungkapan lain yang dapat menyatukan perbedaan. Tulisan ini akan menggali teks-teks Kitab Suci dan menjadi pendamai melalui peran Kitab Keagamaan ditengah-tengah perbedaan. Peran Kitab Keagamaan akan menjadi toleransi, solidaritas, dan juga akan mengurangi angka peperangan agama (garis bawahi “ketika agama benar-benar memahami ajaran agamanya sebagai arah perdamaian”) di tengah kemajemukan. Relasi antar umat beragama di Indonesia baik pada kehidupan sehari-hari maupun media sosial sangat berbanding terbalik dengan ajaran toleransi menurut enam agama dalam kitab agamanya masing-masing yakni Alkitab, Alquran, Weda, Tripitaka, Sishu Wujing.