Background: The rate of cesarean section (CS) deliveries in Indonesia is increasing and has exceeded the WHO threshold, with a national prevalence of approximately 17.6% and significant regional variation. Most cesarean sections are caused by pregnancy complications such as severe preeclampsia, a leading cause of maternal mortality. Cesarean sections leave scars and acute pain that require pharmacological and non-pharmacological treatment. Deep breathing relaxation techniques have been shown to significantly reduce pain intensity by increasing parasympathetic activity and reducing stress hormones. Deep breathing techniques are simple, economical, and self-administered. This study focused on the effectiveness of this intervention in post-cesarean section patients with preeclampsia. Purpose: To evaluate the effectiveness of deep breathing relaxation techniques as a non-pharmacological intervention to reduce pain intensity in post-cesarean section patients with preeclampsia. Method: The activity was conducted over three days in 2025, taking place at the patient's home in Dusun 3 Batu Menyan, Sukajaya Lempasing Village, Teluk Pandan District, Pesawaran Regency, Lampung. The subjects were two post-cesarean section patients with preeclampsia. Non-pharmacological interventions, including deep breathing relaxation therapy, were performed twice daily (morning and evening), 5–7 times each, for a maximum of 5 minutes per session, for three consecutive days. The pain measurement instrument used the Numerical Rating Scale (NRS), a numerical pain assessment with a range of values from 0 to 10, where 0 = no pain, 1–3 = mild pain, 4–6 = moderate pain, and 7–10 = severe pain. Results: Data obtained showed that the characteristics of participant Mrs. S. is 27 years old, weighs 68 kg, is 156 cm tall, has no history of hypertension, and at the time of examination had a blood pressure of 150/100 mmHg. While the characteristics of participant Mrs. T. are 32 years old, weighs 67 kg, is 161 cm tall, has no history of hypertension, and at the time of examination had a blood pressure of 140/80 mmHg. After three days of deep breathing relaxation technique intervention, pain intensity in Mrs. S decreased from a scale of 5 to 2, and in Mrs. T from a scale of 6 to 3. Conclusion: Deep breathing relaxation techniques have been proven effective in reducing acute pain intensity in post-cesarean section patients with preeclampsia, through routine intervention over three days. This method is safe, practical, and can be independently implemented as a non-pharmacological alternative in post-operative pain management. Suggestion: Healthcare workers need to integrate deep breathing relaxation techniques into post-cesarean section nursing care, especially for patients with preeclampsia, and improve self-education so that this therapy can be consistently continued at home to support recovery without dependence on analgesics. Keywords: Deep breathing relaxation; Pain; Post-cesarean section; Preeclampsia Pendahuluan: Angka persalinan sectio caesarea (SC) di Indonesia meningkat dan telah melampaui ambang WHO, dengan prevalensi nasional sekitar 17.6% dan variasi wilayah yang signifikan. Sebagian sectio caesarea disebabkan oleh komplikasi kehamilan seperti pre-eklampsia berat, yang merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu. Sectio caesarea meninggalkan luka dan nyeri akut yang memerlukan penanganan farmakologis dan nonfarmakologis. Teknik relaksasi napas dalam terbukti menurunkan intensitas nyeri secara signifikan dengan mekanisme peningkatan aktivitas parasimpatik dan pengurangan hormon stres. Teknik napas dalam sederhana, ekonomis, dan dapat dilakukan mandiri, penelitian ini difokuskan pada efektivitas intervensi tersebut pada pasien pasca sectio caesarea dengan indikasi pre-eklampsia. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas teknik relaksasi napas dalam sebagai intervensi nonfarmakologis untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi sectio caesarea dengan indikasi pre-eklampsia. Metode: Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari pada tahun 2025, bertempat di rumah pasien di Dusun 3 Batu Menyan, Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Subjek dalam kegiatan ini adalah dua pasien post operasi sectio caesarea dengan indikasi pre-eklampsia. Intervensi nonfarmakologis berupa terapi relaksasi nafas dalam dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), masing-masing sebanyak 5–7 kali atau maksimal 5 menit per sesi, selama tiga hari berturut-turut. Instrumen pengukuran tingkat nyeri menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) adalah penilaian nilai nyeri secara numerik dengan rentang nilai 0 sampai dengan 10, dimana dengan kategori nilai 0=tidak merasakan nyeri, nilai 1-3=nyeri ringan, nilai 4-6=nyeri sedang, dan nilai 7-10=nyeri berat. Hasil: Mendapatkan data bahwa karakteristik partisipan Ny.S. adalah berusia 27 tahun, berat badan 68 Kg, tinggi badan 156 cm, tidak memiliki riwayat hipertensi, dan pada waktu pemeriksaan memiliki tekanan darah 150/100 mmHg. Sedangkan karakteristik partisipan Ny.T. adalah berusia 32 tahun, berat badan 67 Kg, tinggi badan 161 cm, tidak memiliki riwayat hipertensi, dan pada waktu pemeriksaan memiliki tekanan darah 140/80 mmHg. Setelah tiga hari intervensi teknik relaksasi napas dalam, intensitas nyeri pada Ny. S menurun dari skala 5 menjadi 2, dan pada Ny. T dari skala 6 menjadi 3. Simpulan: Teknik relaksasi napas dalam terbukti efektif menurunkan intensitas nyeri akut pada pasien pasca operasi sectio caesarea dengan pre-eklampsia, melalui intervensi rutin selama tiga hari. Metode ini aman, praktis, dan dapat diterapkan secara mandiri sebagai alternatif nonfarmakologis dalam manajemen nyeri pasca operasi. Saran: Tenaga kesehatan perlu mengintegrasikan teknik relaksasi napas dalam dalam asuhan keperawatan pasca operasi sectio caesarea, khususnya pada pasien dengan pre-eklampsia, serta meningkatkan edukasi mandiri agar terapi ini dapat dilanjutkan secara konsisten di rumah untuk mendukung pemulihan tanpa ketergantungan pada analgesik.