Indonesia termasuk negara dengan prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tertinggi di dunia, dengan angka kejadian mencapai 10,2% pada tahun 2012, dan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 12,2%. BBLR merupakan masalah kesehatan serius karena berdampak pada peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas bayi, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Berbagai faktor dapat memengaruhi kejadian BBLR, di antaranya adalah kurang energi kronis (KEK) selama kehamilan, anemia, usia ibu saat hamil, pemeriksaan antenatal care (ANC), jarak kelahiran, tinggi badan ibu, serta faktor sosial ekonomi seperti pendidikan dan status pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status KEK pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Bima. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan case control. Data diperoleh dari catatan rekam medis bayi yang lahir tahun 2018, dengan jumlah sampel sebanyak 162 bayi (54 kasus BBLR dan 108 kontrol BBLN), yang dipilih menggunakan simple random sampling. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK memiliki risiko 5,4 kali lebih besar melahirkan bayi BBLR. Faktor risiko signifikan lainnya adalah usia kehamilan (OR=10,2), tinggi badan ibu (OR=2,6), anemia, dan tingkat pendidikan ibu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah status KEK merupakan faktor risiko utama kejadian BBLR.