This study aims to examine the role of church shepherding in enhancing nationalism among young adult Chinese Indonesians. The background of this research stems from the persistent sense of apathy and alienation from national identity experienced by some in the younger Chinese Indonesian generation, largely due to a historical legacy of marginalization. The method employed is a Systematic Literature Review (SLR) by analyzing various scholarly sources relevant to the themes of pastoral care, ethnic identity, and nationalism within the context of the church and Indonesian society. The findings indicate that contextual, narrative, and restorative shepherding practices are effective in fostering national awareness through faith-based teaching integrated with Pancasila values, cross-cultural engagement, and the healing of collective memory. The discussion reveals that pastoral strategies addressing both social and spiritual identity holistically can cultivate a sense of national belonging without erasing ethnic heritage. The church holds great potential as a transformative social agent, empowering young adult Chinese Indonesians to become nationalistic, faithful, and actively engaged citizens. Thus, church shepherding plays a significant role in addressing the challenges of ethnic integration and in shaping nationalism in Indonesia. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran penggembalaan gereja dalam meningkatkan nasionalisme di kalangan dewasa muda etnis Tionghoa di Indonesia. Latar belakang penelitian ini didasari oleh adanya kecenderungan sikap apatis dan keterasingan identitas nasional yang masih dirasakan sebagian generasi muda Tionghoa akibat warisan sejarah marginalisasi. Metode yang digunakan adalah Systematic Literature Review (SLR) dengan menganalisis berbagai sumber literatur ilmiah yang relevan dengan tema penggembalaan, identitas etnis, dan nasionalisme dalam konteks gereja dan masyarakat Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggembalaan yang bersifat kontekstual, naratif, dan restoratif mampu membentuk kesadaran kebangsaan melalui pengajaran iman yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pancasila, kegiatan lintas budaya, serta pemulihan memori kolektif. Diskusi menunjukkan bahwa strategi penggembalaan yang menyentuh identitas sosial dan spiritual secara holistik dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap bangsa tanpa menghilangkan jati diri etnis. Gereja memiliki potensi besar menjadi agen transformasi sosial yang menolong dewasa muda etnis Tionghoa menjadi pribadi yang nasionalis, beriman, dan siap berkontribusi dalam kehidupan berbangsa. Dengan demikian, penggembalaan gereja berperan signifikan dalam menjawab tantangan integrasi etnis dan pembentukan nasionalisme di Indonesia.