Muhammad Said
Chemical Engineering Department, Faculty Of Engineering, Universitas Sriwijaya - Palembang INDONESIA

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh dosis inokulum dan biji kelor dalam pengolahan limbah cair tempe menggunakan trickling bed filter Rizza Fadillah Fitri; Ummu Fithanah; M. Said
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 2 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah cair industri tempe merupakan masalah utama dalam pengendalian dampak lingkungan karena mengandung bahan-bahan organik yang tinggi. Salah satu alternatif pengolahan limbah cair industri tempe adalah dengan menggunakan biofilter horizontal dengan menambahkan EM4 sebagai Inokulum dan Biji Moringa Oleifera sebagai biokoagulan. Pengolahan limbah cair industri tempe menggunakan biofilter horizontal menggunakan kerikil sebagai media penyangga untuk menumbuhkan mikroorganisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi perlakuan yang tepat antara EM4 dan Biji Moringa oleifera yang digunakan terhadap penurunan kandungan organik pada limbah cair industri tempe. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 faktor. Faktor A (Penambahan Konsentrasi Inokulum EM4) yang terdiri dari 3 level yaitu 0%, 5%, 10% dari total volume limbah. Faktor B (Penambahan konsentrasi Biokoagulan Biji Moringa Oleifera) yang terdiri dari 3 level yaitu 0 mg, 1000 mg dan 1500 mg. dan factor C (Lama waktu pengendapan limbah) yang terdiri dari 5 level yaitu 0 hari, 4 hari, 8 hari, 12 hari dan 16 hari. Data hasil parameter limbah cair industri tempe (TSS, BOD dan pH). Limbah cair industri tempe yang digunakan pada penelitian ini memiliki kandungan organik yang diwakili nilai TSS, BOD dan nilai pH berturut-turut adalah 9141,7 mg/l; 213,3 mg/l dan 3,1. Perlakuan terbaik pada pengolahan limbah cair industri tempe yaitu pada perlakuan dengan penambahan konsentrasi inokulm 10 %, konsentrasi koagulan 1500 mg/l dan lama waktu pengendapan limbah 16 hari. Hasil pengolahan limbah cair industri tempe menghasilkan nilai TSS, BOD dan pH berturut-turut adalah 48 mg/l; 54,3 mg/l; dan 6,9.
Sintesis senyawa poliol melalui reaksi hidroksilasi senyawa epoksi Minyak jagung M. Said; Mutia Shaza Fita; Ricka Ayu Sugiarti
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 3 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelumas nabati menjadi solusi alternatif pengganti pelumas. Sifat ramah lingkungan dan ketersediaan bahan baku menjadi alasan pelumas nabati dijadikan solusi dalam permasalahan penggunaan pelumas dari minyak bumi. Pelumas dari minyak nabati dapat dibuat dalam proses epoksidasi, hidroksilasi dan asetilasi. Pembuatan senyawa poliol merupakan senyawa intermediate untuk produksi pelumas nabati terbentuk dari reaksi hidroksilasi senyawa epoksi minyak jagung dan metanol. Senyawa epoksi terbentuk dari reaksi epoksidasi antara minyak jagung dengan hidrogen peroksida. Pada penelitian ini, secara khusus mempelajari pengaruh temperatur dan waktu reaksi hidroksilasi dari epoksi minyak jagung terhadap nilai konversi dengan variabel temperatur 45°C, 50°C, 55°C, 60°C dan waktu reaksi 30, 60, 90, 120 menit. Berdasarkan hasil penelitian nilai konversi senyawa poliol dari senyawa epoksi minyak jagung yang paling besar pada temperatur 50°C dan waktu reaksi 120 menit yaitu 0,9871. Hasil penelitian juga menunjukkan semakin rendah nilai bilangan oksiran dan semakin tinggi nilai bilangan hidroksil senyawa poliol maka berpengaruh pada besarnya nilai konversi senyawa epoksi menjadi senyawa poliol. Konstanta kinetika reaksi hidroksilasi yang paling besar pada temperatur 50°C yaitu k’ = 0,0468 mol/ℓ menit.
Sintesis poliolester melalui reaksi asetilasi senyawa poliol minyak jagung M. Said; Agustria Agustria; Dimitra Alitha Utama
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 3 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelumas merupakan kebutuhan pokok dalam suatu industri maupun kendaraan bermotor disamping bahan bakar. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pelumas adalah minyak nabati. Keunggulan dari minyak nabati, yaitu bersifat ramah lingkungan, dapat terurai (biodegradable), dan ketersediaannya melimpah di Indonesia. Minyak jagung merupakan contoh dari minyak nabati yang dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif pembuatan pelumas di masa sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelumas yang dihasilkan dari bahan baku berupa minyak jagung. Proses pembuatan pelumas nabati ini memiliki 3 proses yaitu epoksidasi, hidroksilasi dan asetilasi. Proses epoksidasi dilakukan untuk mengurangi ikatan rangkap, hidroksilasi dilakukan untuk mengubah gugus oksiran dari epoksi yang bersifat tidak stabil, dan asetilasi digunakan untuk mengubah gugus OH pada minyak menjadi OR. Sintesis poliolester dihasilkan melalui proses lanjutan dari reaksi epoksidasi dan hidroksilasi, yaitu asetilasi senyawa poliol dengan bantuan asam asetat anhidrat. Kondisi operasi optimum dari reaksi epoksidasi dan hidroksilasi dengan bahan baku minyak jagung berturut-turut sebesar 60○C; 150 menit dan 50○C; 120 menit. Variabel bebas pada penelitian ini berupa Temperatur (60○C, 70○C dan 80○C) dan Waktu reaksi (15, 20, 25, 30 dan 35 menit). Hasil penelitian menunjukkan nilai konversi maksimum dari poliol menjadi poliolester berada di angka 48,96% dengan kondisi operasi temperatur dan waktu berturut-turut sebesar 60○C; 30 menit.
Sintesis senyawa poliol melalui reaksi hidroksilasi senyawa epoksi minyak jagung Muhammad Said; Ricka Ayu Sugiarti; Mutia Shaza Fita
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 4 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelumas nabati menjadi solusi alternatif pengganti pelumas. Sifat ramah lingkungan dan ketersediaan bahan baku menjadi alasan pelumas nabati dijadikan solusi dalam permasalahan penggunaan pelumas dari minyak bumi. Pelumas dari minyak nabati dapat dibuat dalam proses epoksidasi, hidroksilasi dan asetilasi. Pembuatan senyawa poliol merupakan senyawa intermediate untuk produksi pelumas nabati terbentuk dari reaksi hidroksilasi senyawa epoksi minyak jagung dan metanol. Senyawa epoksi terbentuk dari reaksi epoksidasi antara minyak jagung dengan hidrogen peroksida. Pada penelitian ini, secara khusus mempelajari pengaruh temperatur dan waktu reaksi hidroksilasi dari epoksi minyak jagung terhadap nilai konversi dengan variabel temperatur 45°C, 50°C, 55°C, 60°C dan waktu reaksi 30, 60, 90, 120menit. Berdasarkan hasil penelitian nilai konversi senyawa poliol dari senyawa epoksi minyak jagung yang paling besar pada temperatur 50°C dan waktu reaksi 120 menit yaitu 0,9871. Hasil penelitian juga menunjukkan semakin rendah nilai bilangan oksiran dan semakin tinggi nilai bilangan hidroksil senyawa poliol maka berpengaruh pada besarnya nilai konversi senyawa epoksi menjadi senyawa poliol. Konstanta kinetika reaksi hidroksilasi yang paling besar pada temperatur 50°C yaitu k’ = 0,0468mol / ℓ menit.
Effect of Calcination Temperature on The Synthesis of Silica from Bagasse Poedji Loekitowati Hariani; Fahma Riyanti; Desneli Desneli; Fatma Fatma; Sabila Yunita; Muhammad Said
The Journal of Pure and Applied Chemistry Research Vol 10, No 2 (2021): Edition May-August 2021
Publisher : Chemistry Department, The University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpacr.2021.010.02.587

Abstract

Bagasse is the solid waste derived from the sugar-making process. A large amount of silica in bagasse is a potential source of silica. In this study, extraction of silica from bagasse was carried out in the following steps: pretreatment of bagasse using HCl solution, followed by calcination at varying temperatures (700℃, 800℃, and 900℃) using a furnace. Furthermore, extraction using NaOH solution and precipitation using HCl. Silica characteristics were obtained using X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy-Electron Dispersive Spectrometry (SEM-EDS), and BET surface area. The results showed that calcination temperature affected the characteristics of the silica produced. The silica extracted at 700℃ produced an amorphous phase with a broad peak at an angle of 2θ = 20-24°. It contained the most considerable silica content and surface area, 42.46% and 796.89 cm2/g, respectively. The extracted silica had an average diameter of 5.67 mm and a pore volume of 1.184 cm3/g.
Powdered Activated Carbon (PAC)-Ceramic Composite Adsorbent for Iron and Aluminum Cations Removal from Acid Mine Drainage Tine Aprianti; Tuti Indah Sari; Fitri Hadiah; Yadi Utama; Muhammad Said
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 54 No. 1 (2022)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2022.54.1.13

Abstract

Acid mine drainage has become a serious problem globally, polluting groundwater with heavy metals. Adsorption is considered a simple and effective approach to addressing this emerging issue. A commonly used adsorbent is powdered activated carbon (PAC), but this is susceptible to being washed into the waste stream, either during or after the adsorption process due to its low density. This research combined PAC with clay that was molded into small clay balls (~1 cm in diameter) then baked at a very high temperature of 1000 °C to create a ceramic adsorbent. The adsorbent activation used NaOH 48% alkali solution to improve its capability in binding metallic cations. This research demonstrated that the PAC-ceramic composite is an efficient adsorbent for the removal of Fe (iron) and Al (aluminum) cations from acid mine drainage. The results showed that the most favorable contaminant removal was 60.87% for Fe and 52.13% for Al, using a PAC:clay ratio of 45:55 (w/w) in 10 hours contact time.