Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Powdered Activated Carbon (PAC)-Ceramic Composite Adsorbent for Iron and Aluminum Cations Removal from Acid Mine Drainage Tine Aprianti; Tuti Indah Sari; Fitri Hadiah; Yadi Utama; Muhammad Said
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 54 No. 1 (2022)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2022.54.1.13

Abstract

Acid mine drainage has become a serious problem globally, polluting groundwater with heavy metals. Adsorption is considered a simple and effective approach to addressing this emerging issue. A commonly used adsorbent is powdered activated carbon (PAC), but this is susceptible to being washed into the waste stream, either during or after the adsorption process due to its low density. This research combined PAC with clay that was molded into small clay balls (~1 cm in diameter) then baked at a very high temperature of 1000 °C to create a ceramic adsorbent. The adsorbent activation used NaOH 48% alkali solution to improve its capability in binding metallic cations. This research demonstrated that the PAC-ceramic composite is an efficient adsorbent for the removal of Fe (iron) and Al (aluminum) cations from acid mine drainage. The results showed that the most favorable contaminant removal was 60.87% for Fe and 52.13% for Al, using a PAC:clay ratio of 45:55 (w/w) in 10 hours contact time.
PENGARUH WAKTU REAKSI DAN INISIATOR POTASSIUM PERSULFATE DAN AMMONIUM PEROXYDISULFATE TERHADAP KOPOLIMERISASI STYRENE-GRAFTED-NATURAL RUBBER Prahady Susmanto; Tuti Indah Sari; M. Hatta Dahlan; Mutiara Tri Wahyuni; Nicky Octaviani
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 32, No 2 (2021): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v32i2.7274

Abstract

Reaksi kopolimerisasi emulsi diperkirakan dapat menggabungkan karakteristik unggul antara karet alam dengan stirena untuk membentuk material baru yang kuat, keras, kaku, dan mudah dalam pemrosesan. Penelitian ini dilakukan untuk memodifkasi karet alam terdeproteinisasi dengan sintesis stirena yang dicangkok pada rantai utama karet alam melalui kopolimerisasi cangkok emulsi yang menggunakan inisiator Potassium Persulfate (KPS) dan Ammonium Peroxydisulfate (APS). Penelitian ini menggunakan dilakukan dengan perbandingan antara karet alam terhadap monomer stirena % (v/v) sebesar 60 : 40. Proses kopolimerisasi emulsi dengan metode cangkok pada suhu 65°C dalam variasi waktu yang menggunakan sodium deodesil sulfat sebagai emulsifier. Hasil analisis FT-IR menunjukkan bahwa proses cangkok telah terjadi dengan munculnya bilangan gelombang 696,38 cm-1 dan 696,43 cm-1 pada sampel KPS dengan waktu reaksi 6,5 jam dan APS dengan waktu reaksi 6 jam yang menunjukkan adanya gugus fungsi C=C (benzene) yang berasal dari stirena, serta terjadi pengurangan kandungan protein dalam karet alam dengan tereliminasinya bilangan gelombang 1.210,53 cm-1 milik ikatan N-H. Penggunaan inisiator mempengaruhi efisiensi cangkok stirena dan nisbah cangkok, inisiator KPS menghasilkan efisiensi cangkok stirena 85,1236% sedangkan efisiensi cangkok stirena dengan menggunakan inisiator APS sebesar 61,4405%. Waktu reaksi terbaik yaitu 6,5 jam pada inisiator KPS memiliki konstanta kecepatan 0,0018 menit-1 dan 6 jam pada inisiator APS memiliki konstanta kecepatan 0,0059 menit-1. Hasil penelitian menunjukkan kinetika reaksi disusun mengikuti orde 1.
GRAFTING MONOMER STIRENA PADA KARET ALAM LATEKS DENGAN VARIASI RASIO KOPOLIMERISASI DAN TEMPERATUR Prahady Susmanto; Tuti Indah Sari; Muhammad Hatta Dahlan; Indah Statiska; Sila Amelia Ayu Syifa
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 32, No 1 (2021): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v32i1.7015

Abstract

Proses kopolimerisasi cangkok emulsi pada penelitian ini dilakukan untuk optimalisasi penggunaan karet alam lateks dan meningkatkan sifat karet alam lateks sebagai bahan intermediet dalam berbagai aplikasi produk karet. Optimalisasi proses dilakukan dengan memvariasikan rasio kopolimerisasi antara karet alam lateks dengan monomer (60:40, 70:30, dan 80:20) dan temperatur reaksi (60oC, 70oC, 80oC, dan 90oC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi cangkok monomer stirena tertinggi pada rasio kopolimerisasi KA:ST sebesar 70:30 saat temperatur 60oC sebesar 87,9893%, dibuktikan dengan analisa berat molekul menggunakan viskometer Ostwald sebesar 800.295,9067 g/mol. Pengujian FTIR juga menunjukkan adanya gugus benzena pada daerah panjang gelombang sekitar 696,77 cm-1 untuk vibrasi tekuk ikatan CH, 1494,12 cm-1 untuk vibrasi ulur ikatan C=C dan 1630,56 cm-1 untuk vibrasi ulur cincin benzena pada molekul stirena yang mengidentifikasi adanya cabang monomer stirena pada backbone karet alam lateks. Struktur permukaan sampel dengan pengujian SEM-EDX terlihat lebih halus dan tidak bergelombang dibandingkan sampel karet alam lateks tanpa perlakuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan karet alam lateks setelah diberi perlakuan dapat digunakan sebagai bahan intermediet dalam berbagai produk karet, namun perlu divalidasi Standard Indonesian Rubber (SRI).
PENGARUH FLY ASH DAN CARBON BLACK SEBAGAI REINFORCEMENT FILLER TERHADAP SIFAT MEKANIS SEAL DARI KARET ALAM Tuti Indah Sari; Aisyah Nurul Fatma; Anita Zulhadj Damayanti; Rosdiana Moeksin Moeksin; Selpiana - Selpiana
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 32, No 2 (2021): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v32i2.7261

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi jumlah filler berupa fly ash dan carbon black terhadap sifat mekanis seal berbahan baku karet alam. Variasi jumlah filler carbon black : fly ash yang dilakukan dalam satuan phr antara lain 0:60, 10:50, 20:40, 30:30, 40:20, 50:10, dan 60:0.  Uji rheometer yang dilakukan meliputi torsi maksimum dan minimum, delta torsi, optimum cure time dan scorch time. Hasil analisa sifat rheology menunjukkan bahwa peningkatan jumlah filler berupa carbon black seiring dengan berkurangnya fly ash di dalam formula akan meningkatkan delta torsi serta optimum cure time kompon karet. Sedangkan uji mekanis yang dilakukan meliputi uji hardness, tensile strength, elongation at break, dan compression set dan hasilnya dibandingkan dengan standar mutu berdasarkan SNI 7655:2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula yang paling baik dan telah memenuhi 3 dari 4 parameter uji berdasarkan standar yang ditetapkan adalah formula 5 dengan komposisi 40 phr carbon black dan 20 phr fly ash yang memiliki hardness sebesar 62 shore-A, tensile strength sebesar 12,1 MPa, dan compression set 4,96%.
The Utilization Of Palm Oil Mill Effluent For Renewable Energy Rahma Nuryanti; Tuty Emilia Agustina; Tuti Indah Sari
IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry) Vol 4, No 3 (2019): October 2019
Publisher : IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24845/ijfac.v4.i3.116

Abstract

The demand of energy in the world today has increased exponentially, therefore, more efforts have been focused on looking for alternative renewable sources, such as biodiesel, which involves fuel produced from oil of plant, or animal fat. The objective of the research, therefore, was to utilize the palm oil mill effluent (POME) as a raw material in the production of biodiesel, by applying varying solvent, extraction time and the effluent to solvent ratio. Furthermore, the best output of oil rendement of (81.07%), in comparison with the total sample taken,was obtained using n-hexane, at an extraction time of 3 days, and ratio of 1:1. Furthermore, the output possessed a high acid number. Hence, it is considered in the process of esterification and transesterification, required in the production of biodiesel. The HCl catalyst ratio of 1.25% (%v) was used in the esterification process, and the lowest acid number of 2.08 mg-KOH/gr was obtained, followed by the transesterification process, using 1.5% (%w) of NaOH catalyst of the oil weight. Hence, the characteristics of biodiesel produced were in accordance with SNI 04-7182-2006.Keywords: POME, Biodiesel, Esterification and Transesterification, Extraction, n-Hexane
Utilization of Bottom Ash Coal and Agarwood in Waste Water Treatment in Palembang Jumputan Fabric Eis Sri Hartati; Muhammad Hatta Dahlan; Tuti Indah Sari
IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry) Vol 6, No 1 (2021): February 2021
Publisher : IJFAC (Indonesian Journal of Fundamental and Applied Chemistry)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24845/ijfac.v6.i1.01

Abstract

Liquid waste is easily recognized because of the presence of dyes. Waste containing dyes can cause visual pollution and increase the risk of environmental and health damage. The aim of this study was to determine the operating conditions of the best jumputan liquid waste treatment using bottom ash batubara and agarwood with variations in feed flow rate (1, 2, and 3 l/minutes), filtration time (30, 60, 90, and 120 minutes), and treatment. The results of jumputan liquid waste treatment are compared with the parameters of Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solids (TSS), and pH of clean water quality standards for jumputan industry businesses and/or activities regulated in the Governor’s of Sumatera Selatan Regulation Number 16 of 2005 concerning Wastewater Quality Standards. The initials analysis of jumputan liquid waste before processing showed that jumputan liquid waste did not meet these quality standards, except pH and turbidity levels. In this study, jumputan liquid waste was pre-treated using coal bottom ash and activated carbon, then filtered. Biodegradation of jumputan liquid waste by konvensional method. The best of BOD, COD, TSS, pH, and the percentage of color rejection in the study were obtained in the treatment of jumputan  liquid waste using bottom ash batubara and activated carbon at a 120 minutes filtration time and a 1 l/minutes feed flow rate namely BOD 5.98 mg/l, COD 15 mg/l, TSS 22.3 mg/l, pH 7.32, color 5 Pt-Co, and 0 NTU turbidity. The filtration with bottom ash coal  and agarwood can removed the coloring from dyes.
PENGUJIAN AWAL KETAHANAN KARET ALAM VULKANISAT TERHADAP DIMETIL ETER Tuti Indah Sari; Asep Handaya Saputra; Adi Cifriadi; Dadi R. Maspanger; Setijo Bismo
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengujian ketahanan karet terhadap dimetil eter (DME) dilakukan dengan perendaman karet  dalam DME fase cair. Data yang dihasilkan dari perendaman ini adalah data swelling yang diperlukan  sebagai   salah   satu  pengujian  fisik  standar  produk  karet.  Eksperimen  ini   bertujuan  untuk   melakukan pengujian  awal   terhadap  peralatan  yang  digunakan   untuk  merendam   karet   dengan  DME dalam   fase  cair. Keberhasilan pengubahan fase DME dari gas ke cairan  adalah kunci utama dalam keberhasilan perendaman   karet      dalam   DME     cair.  Regulator  berfungsi   sebagai    alat  pengatur  dan  menstabilkan tekanan   gas   yang   keluar  dari   tabung.   Kehadiran   regulator  penting  dalam   pengamanan   kerja,   namun kehadiran   regulator   sangat   berpengaruh   terhadap   keberhasilan   pengubahan   fase   DME   dari   gas   ke  cairan.   Kehadiran    regulator   akan   mengurangi      tekanan   gas   dari  tabung,   sehingga    menghasilkan keseimbangan aliran DME dan konversi fase tidak sempurna. Tekanan gas dari regulator hampir sama pada vessel, sehingga terjadi keseimbangan aliran gas dan cairan DME yang sedikit. Ketika percobaan  dilakukan tanpa regulator, tekanan menjadi lebih tinggi, dan konversi dari gas ke fase cair berlangsung  sempurna. Hasil ini ditunjukkan oleh peningkatan berat dan volume DME pada vessel sebesar 98,47%. Peningkatan   ini   menunjukkan   bahwa   sampel   karet        direndam   sempurna.   Pembuktian   juga   diamati  dalam   data swelling  karet  yang   mengalami   peningkatan   pada   kisaran   80  –  90%.   Jika   dibandingkan  dengan    data  swelling   tanpa    regulator  jauh   lebih  besar   jika  dibandingkan     dengan    menggunakan regulator. Kata kunci: dimetil eter, regulator, swelling
The Application of Rubber Seed as Activated Carbon for Removal Methylene Blue by Using Microwave Ema Luvita Sari; M. Faizal; Tuti Indah Sari
Sriwijaya Journal of Environment Vol 5, No 1 (2020): Environmental Friendly
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.506 KB) | DOI: 10.22135/sje.2020.5.1. 46-52

Abstract

Activated carbon prepared from rubber (Havea brasiliensis) seeds was used to remove methylene blue from aqueous solutions. Adsorption studies were conducted to evaluate the effect of contact time and amount of carbon active on the removal of methylene blue at temperature of 25oC. The equilibrium adsorption data of methylene blue on activated carbon were analyzed by Freundlich and Langmuir isotherm model. This research compare between conventional heating and microwave heating, various of mass adsorben and various of radiation time. Carbon was activated by using various KOH using Conventional and Microwave Heating . The best adsorption was shown in Impregnation Ratio 1:1,5 carbon and KOH which dried using microwave heating.It was 3,486 mg/g was qe value. The percentgae of adsorption was 69,72%. The best result of adsorption MB using various of mass adsorben was shown in 0,4 gr. The absorption kinetic models were predicted by pseudo-first-order and pseudo-second-order. The pseudo-second-order kinetic and pseudo second order model was fitting equilibrium adsorption data. The results of adsorption methylene blue on aqueous solutions shown that rubber seeds as carbon active can be used as material for adsorption.
KARAKTERISTIK KARET ALAM TERGRAFTING PATI (STARCH) DARI KULIT PISANG YANG DIMODIFIKASI DENGAN ASAM AKRILAT (NR-g-St/AA) Tuti Indah Sari; SELPIANA Selpi; Prahady SUSMANTO; Nadira Ken KHALISA; Reza Rezita MAISYAROH
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 40, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v40i2.821

Abstract

Modifikasi karet alam dilakukan dengan pencangkokan starch kulit pisang termodifikasi asam akrilat pada rantai utama karet alam. Penggunaan starch kulit pisang termodifikasi asam akrilat bertujuan untuk meningkatkan sifat alamiah karet alam seperti sifat daya tarik dan menjadikan karet alam mudah untuk terurai secara hayati. Optimalisasi proses dilakukan dengan memvariasikan rasio bahan baku starch:lateks dengan variasi rasio 1:1; 1:1,5; 1:2; 1:2,5; 1:3, jenis inisiator Kalium Persulfate (KPS) dan Ammonium Persulfate (APS), dan temperatur reaksi (60°C, 70°C, 80°C). Karakterisasi sampel dilakukan dengan analisa FTIR, SEM, dan persen pencangkokan. Hasil FTIR rasio bahan baku terbaik adalah rasio 1:1 pada penggunaan inisiator KPS dan 1:2 pada penggunaan inisiator APS. Pada rasio yang sama, inisiator yang bekerja lebih baik yaitu APS dan temperatur reaksi optimum berada pada temperatur 80°C. Hasil SEM menunjukkan sampel dengan inisiator APS menghasilkan morfologi lebih baik karena tidak memiliki gap dan retakan pada permukaannya. Perhitungan persen pencangkokan menunjukkan sampel dengan variasi rasio bahan baku 1:1 memiliki persen pencangkokan yang paling besar. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan produk berbahan dasar karet.
Pengaruh konsentrasi inisiator kalium persulfat dan monomer asam akrilat terhadap persen grafting karet alam/starch Tuti Indah Sari; Fitri Hadiah; David Bahrin; Tri Julieta Putri; Rizka Amanda
Jurnal Teknik Kimia Vol 29 No 1 (2023): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v29i1.1450

Abstract

Modifikasi karet alam menggunakan pati (starch) dilakukan untuk meningkatkan kualitas karet alam serta meningkatkan kekuatan mekanis. Pati termasuk polimer yang sering dikembangkan dengan monomer atau beberapa polimer, karena memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi. Modifikasi karet alam menggunakan pati dilakukan dengan menambahkan kalium persulfat sebagai inisiator dan asam akrilat sebagai monomer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inisiator dan monomer terhadap persen grafting karet alam/starch, spektrum karet alam/pati dengan asam akrilat, dan morfologi hasil grafting karet alam dengan membandingkan pati termodifikasi dan tak termodifikasi. Variasi konsentrasi inisiator kalium persulfat yang digunakan berkisar 1 – 3%, sedangkan variasi jumlah monomer asam akrilat berkisar 22 – 30%. Hasil penelitian menunjukkan nilai persen grafting tertinggi yaitu pada konsentrasi inisiator 3% yaitu sebesar 58,28%, sedangkan variasi monomer menunjukkan hasil optimum pada penambahan monomer 28% dari pati yaitu 45,94%. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) pada sampel menunjukkan munculnya peak pada panjang gelombang sekitar 1244,78 cm-1 yaitu gugus C-O-C yang menandakan adanya senyawa pati serta panjang gelombang sekitar 1739,62 cm-1 yaitu gugus C=O yang menandakan adanya asam akrilat. Morfologi sampel grafting karet alam dengan pati termodifikasi menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pati tak termodifikasi.