Penelitian ini bertujuan guna mengetahui Efektivitas Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Pada Destana (Desa Tangguh Bencana) Jatirejoyoso Dalam Mengurangi Risiko Bencana. Desa Tangguh Bencana merupakan program gagasan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang kemudian diintegrasikan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Malang pada Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana. Dalam Destana, terdapat forum yang dibentuk yakni Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). Melalui pembentukan Destana, diharapkan masyarakat desa di Kabupaten Malang dapat lebih tangguh dalam menghadapi dan mengatasi bencana. Metode yang digunakan yakni kualitatif dengan jenis studi kasus, dan efektivitas pelayanan akan diukur menggunakan teori Duncan (1973) dengan 3 dimensinya: Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Adaptasi. Hasil menunjukkan bahwa pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana melalui Destana Jatirejoyoso masih belum efektif dalam mengurangi risiko bencana. Dari 3 dimensi, hanya dimensi integrasi yang berjalan dengan optimal. Dimensi pencapaian tujuan berjalan tidak optimal sebab kurangnya pemahaman Penanggulangan Bencana (PB) oleh masyarakat. Sementara itu, dimensi pencapaian tujuan tidak optimal sebab, pasifnya FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Destana Jatirejoyoso, dan kurangnya sarana prasarana seperti peralatan kebencanaan. Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah Desa Jatirejoyoso guna memprioritaskan kegiatan dan pengadaan sarana prasarana kebencanaan. This study aims to determine the effectiveness of disaster prevention and preparedness services at Destana (Disaster Resilient Village) Jatirejoyoso in reducing disaster risk. Disaster Resilient Village is a program initiated by BNPB (National Disaster Management Agency) which was then integrated by BPBD (Regional Disaster Management Agency) Malang Regency in Disaster Prevention and Preparedness Services. In Destana, there is a forum formed, namely the Disaster Risk Reduction Forum (FPRB). Through the formation of Destana, it is hoped that village communities in Malang Regency can be more resilient in facing and overcoming disasters. The method used is qualitative with the type of case study, and service effectiveness will be measured using Duncan's theory (1973) with its 3 dimensions: Goal Achievement, Integration, and Adaptation. The results show that disaster prevention and preparedness services through Destana Jatirejoyoso are still not effective in reducing disaster risk. Of the 3 dimensions, only the integration dimension is running optimally. The dimension of achieving goals is not optimal because of the lack of understanding of Disaster Management (DM) by the community. Meanwhile, the dimension of achieving goals is not optimal because of the passivity of the Destana Jatirejoyoso FPRB (Disaster Risk Reduction Forum), and the lack of infrastructure such as disaster equipment. Therefore, it is important for the Jatirejoyoso Village Government to prioritize activities and procurement of disaster infrastructure.