Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Rekonstruksi Sejarah Geologi Berdasarkan Analisis Stratigrafi Daerah Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Aulia, Khanaya Syafarah; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Jurnal Penelitian Sains Vol 27, No 1 (2025)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56064/jps.v27i1.1145

Abstract

Pencampuran material sedimen klastik dan vulkanik pada Cekungan Banyumas menghasilkan endapan dan lingkungan pengendapan bervariasi yang memerlukan pemahaman lebih detail. Rekonstruksi sejarah geologi pada Daerah Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah belum dilakukan secara komperehensif, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendalami pada tahap rekonstruksi sejarah geologi untuk mengetahui kronologi dan mekanisme pengendapan daerah Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah observasi lapangan dan analisis stratigrafi. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari tiga formasi dari yang tertua hingga termuda, yaitu Formasi Halang (Tmph) dengan litologi batupasir, batulempung, batupasir andesit, dan perselingan batupasir dan batulempung yang merupakan hasil dari longsoran bawah laut dengan material yang berasal dari percampuran sedimen klastik dan material vulkanik, formasi ini mencirikan lingkungan pengendapan submarine fan, Formasi Tapak (Tpt) yang terendapkan selarasa dengan Formasi Halang tetapi menjari dengan Anggota Batugamping Formasi Tapak karena adanya kenaikan dan penurunan muka air laut secara berulang. Formasi Tapak ini memiliki litologi batupasir dan batulempung yang juga merupakan hasil dari longsoran bawah laut dengan lingkungan pengendapan submarine fan, serta Anggota Batugamping Formasi Tapak (Tptl) dengan litologi batugamping dan batugamping terumbu yang terendapkan pada laut dalam, namun akibat adanya pengangkatan regional Pulau Jawa setelah formasi tersebut terendapkan maka terjadi perubahan lingkungan pengendapan menjadi barrier reef. Pada Kala ini juga merupakan puncak rezim kompresi dan tektonik yang menyebabkan terbentuknya struktur geologi pada daerah setempat hingga saat ini. Proses mekanisme sejarah geologi ini dapat memberikan gambaran tentang evolusi proses-proses geologi yang terjadi pada daerah penelitian.
KARAKTERISTIK GEOKIMIA AIR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANATOMIC ABSORPTION SPRECTROPHOTOMETER (AAS), GEOTHERMOMETER DAN GEOINDIKATOR, STUDI KASUS: ULU BELU, KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG Nurjanah, Anisa; Armandani, Aditya Raihan; Aulia, Khanaya Syafarah; Az zahra', Salmaa Aulia; Lestari, Suci Febria; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i1.60662

Abstract

Karakteristik geokimia fluida panas bumi berperan sebagai indikator utama dalam memahami kondisi reservoir dan mengevaluasi potensi energi panas bumi di suatu wilayah. Salah satu wilayah yang memiliki potensi panas bumi  berada di daerah Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kimia, suhu reservoir geothermal dan jenis mata air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah AAS (Anatomic Absorption Sprectrophotometer), geotermometer dan geoindikator. Metode AAS digunakan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur kimia dalam sampel air panas, geotermometer membantu dalam memperkirakan suhu reservoir, geoindikator digunakan untuk menentukan tipe air panas berdasarkan komposisi kimianya. Studi ini mengungkapkan terdapat 3 unsur yang dominan Magnesium (Mg2+) sebanyak 10,80 ppm, 12,79 ppm, dan 6,64 ppm, kemudian Kalsium (Ca2+) sebanyak 6,66 ppm. 8,15 ppm dan 11,90 ppm, Iron (Fe3+) sebanyak 1,22 ppm, 5,18 ppm, dan 17,35 ppm. Hasil pengolahan menggunakan geotermometer diperoleh estimasi suhu reservoir Ulu Belu antara 54,59 – 60,26°C. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengaruh air permukaan ditunjukkan oleh tingginya kandungan magnesium dalam manifestasi air panas. Hasil pengolahan data dengan menggunakan  geoindikator didapatkan bahwa mata air panas yang berada pada lokasi penelitian bertipe immature water dengan kandungan Mg yang relatif tinggi mengindikasikan bahwa sampel air panas telah tercampur dengan air tanah.