Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis elemen-elemen ad-dakhīl dalam penafsiran kisah Nabi Musa AS pada Tafsir Al-Khāzin. Istilah ad-dakhīl berarti infiltrasi atau kontaminasi dalam penafsiran al-Qur’an, yang dapat mengganggu keaslian pemahaman terhadap teks suci. Oleh karena itu, kajian ini penting dilakukan agar metodologi penafsiran dapat lebih terjaga dari unsur-unsur yang tidak sahih. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi terhadap Tafsir Al-Khāzin. Fokus penelitian dibatasi pada episode kisah Nabi Musa, mulai dari pertemuannya dengan Nabi Syu‘aib setelah melarikan diri dari Fir‘aun hingga pertemuannya dengan Allah di Gunung Sinai. Hasil penelitian menunjukkan adanya indikasi ad-dakhīl dalam beberapa penafsiran. Pertama, pada kisah Nabi Syu‘aib yang dikatakan menangis hingga buta, ditemukan ad-dakhīl fi al-ma’ṡur yang bersumber dari hadis maudū‘. Kedua, kisah ‘Auj bin ‘Anuq mengandung ad-dakhīl fi al-ma’ṡur serta unsur Isrā’īliyyāt yang bertentangan dengan sunnah Nabi mengenai penciptaan manusia. Ketiga, pada QS. Al-A‘raf: 150 tentang permintaan Nabi Musa untuk melihat Allah, ditemukan unsur ad-dakhīl yang bersumber dari riwayat Isrā’īliyyāt dan tidak sejalan dengan naṣ al-Qur’an maupun sunnah. Temuan ini menegaskan pentingnya sikap kritis dalam menilai sumber-sumber tafsir, serta perlunya pemisahan antara penafsiran yang valid dan tidak. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk merendahkan karya tafsir, melainkan sebagai upaya ilmiah menjaga keotentikan penafsiran al-Qur’an. Hasilnya diharapkan memberi kontribusi dalam pengembangan metodologi tafsir yang lebih teliti serta meningkatkan kesadaran umat Islam untuk memilih rujukan yang autentik dan dapat dipertanggungjawabkan.