Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

HUBUNGAN JENIS PEMBEDAHAN DENGAN KEJADIAN POST ANESTHETIC SHIVERING (PAS) PASCA SPINAL ANESTESI DI RUANG RECOVERY ROOM IBS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Nadila Huriyati; Anita Setyowati; Ellyda Septiani Pramita
JHN: Journal of Health and Nursing Vol. 3 No. 1 (2025): JHN: Journal of Health and Nursing
Publisher : ASIAN PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58738/jhn.v3i1.734

Abstract

Post Anesthetic Shivering (PAS) merupakan salah satu komplikasi umum pasca anestesi, khususnya spinal anestesi, yang dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen, ketidaknyamanan, bahkan gangguan pada penyembuhan luka pasca operasi. Beberapa faktor diduga berperan dalam terjadinya PAS, salah satunya adalah jenis pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis pembedahan dengan kejadian Post Anesthetic Shivering (PAS) pasca spinal anestesi di ruang recovery room RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional dan metode cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 55 responden yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui observasi langsung menggunakan lembar observasi jenis pembedahan dan derajat shivering berdasarkan skala Crossley and Mahajan. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami shivering derajat 1 (34,5%) dan derajat 2 (32,7%). Terdapat kecenderungan peningkatan derajat shivering seiring bertambahnya berat jenis pembedahan. Hasil uji Spearman Rank menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pembedahan dan kejadian PAS dengan nilai p = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,649. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara jenis pembedahan dengan kejadian Post Anesthetic Shivering pasca spinal anestesi. Semakin berat jenis pembedahan, semakin tinggi pula derajat PAS yang terjadi. Hasil ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan pencegahan shivering pada pasien dengan risiko tinggi.