Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisa Perubahan Tutupan Lahan Akibat Letusan Gunung Semeru Tahun 2021 dengan Algoritma Random Forest (Studi Kasus: Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang) Hidayat , Husnul; Azzahra, Erika; Bioresita, Filsa
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1179

Abstract

Gunung Semeru kembali mengalami erupsi pada 4 Desember 2021 dengan dampak yang diakibatkan cukup besar. Dengan adanya letusan tersebut, terlihat perubahan tutupan lahan yang cukup signifikan pada kawasan di sekitar Gunung Semeru, salah satunya yaitu Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan pada wilayah yang terdampak letusan dari Gunung Semeru dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Pemantauan perubahan tutupan lahan menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan data multi-temporal (2020 dan 2022) Sentinel-2 Level 2A dapat dilakukan dengan menggunakan metode supervised machine learning dengan algoritma Random Forest (RF). Tutupan lahan yang diamati pada penelitian ini terdiri dari enam kelas tutupan lahan yaitu sungai, lahan terbuka, area terbangun, sawah, hutan lahan kering, dan perkebunan. Berdasarkan hasil uji akurasi dengan menggunakan Confussion matrix diperoleh nilai overall accuracy sebesar 85,02%. Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah yang terkena dampak letusan berada di arah tenggara dari puncak Gunung Semeru, dimana pada daerah tersebut terdapat sungai Besuk Kobokan yang merupakan aliran lahar dan lava. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penambahan luas pada kelas sungai, lahan terbuka, dan hutan lahan kering yaitu sebesar 2,293 , 6,381 , 6,499. Sedangkan untuk kelas sawah, perkebunan, dan area terbangun mengalami penurunan luas sebesar 12,863, 2,495dan 0,445. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa letusan Gunung Semeru tahun 2021 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap tutupan lahan.
Pemanfaatan Data LiDAR dan Foto Udara untuk Pemodelan Kota Tiga Dimensi (Studi Kasus: Wilayah Surabaya Barat) Firdaus , Zenda Mergita; Handayani , Hepi Hapsari; Hidayat , Husnul
GEOID Vol. 16 No. 1 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v16i1.1671

Abstract

Kebutuhan informasi geospasial tiga dimensi (3D) untuk wilayah kota sangatlah penting mengingat kota sebagai pusat kegiatan dengan jumlah bangunan dan infrastruktur yang banyak dan memiliki karakteristik data geospasial yang multi obyek, multi struktur dan bermacam jenis (heterogenitas). Informasi visualisasi data geospasial 3D dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait dengan keberlangsungan perencanaan, pembangunan dan operasional infrastruktur di wilayah kota. Dalam membuat 3D city model tentu diperlukan data-data yang mendukung seperti data ketinggian, footprint bangunan, titik vegetasi, dan jaringan jalan. Data tersebut dapat diperoleh dari LiDAR (Light Detection and Ranging) dan foto udara. LiDAR digunakan untuk informasi ketinggian dan foto udara digunakan untuk memodelkan atap. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat kota tiga dimensi adalah metode semi-automatis. Metode ini memodelkan seluruh kota menggunakan sistem yang dapat menumbuhkan jaringan. Jaringan dapat diatur dalam beberapa menit dengan proses otomatisasi tetapi jika pengguna ingin diubah, dapat dilakukan secara manual. Hasil yang didapatkan adalah didapatkan lima tipe atap pada lokasi penelitian, yaitu pelana (gable), limas (hip), datar (flat), kubah (dome), dan mansard. Tipe atap yang dominan adalah tipe datar, pelana, dan limas. Sedangkan tipe kubah dan mansard hanya sebagai pelengkap. Jika ditinjau dari tingkat kesulitannya, gedung tinggi jenis apartemen adalah tipe bangunan yang sulit untuk dimodelkan. Kemudian perumahan dan yang paling mudah dimodelkan adalah permukiman. Tingkat kesulitan diukur berdasarkan kompleksitas atap masing-masing bangunan. Kesalahan yang terjadi dalam pemodelan berasal dari kurang atau lebihnya segmentasi atap. Hal ini bisa diatasi dengan mengulang segmentasi atap menggunakan foto udara. Ketelitian geometri keliling yang dihasilkan sebesar 0,92 m dari toleransi sebesar 2 m. Ketelitian luas yang dihasilkan sebesar 0,34% kesalahan luas dari toleransi 2%. Sedangkan ketelitian level of detail (LOD) level 2 sebesar 86,07% dari toleransi 85%. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dihasilkan dapat diterima.The need for three-dimensional geospatial information (3D) for urban areas is very important considering the city as a center of activity with a large number of buildings and infrastructure and has the characteristics of multi-object geospatial data, multi-structure and various types (heterogeneity). 3D geospatial data visualization information can be used as a basis for decision making related to the sustainability of planning, construction, and operational infrastructure in urban areas. To establish a 3D city model, supporting data such as elevation, building footprint, vegetation point, and road network are needed. The data can be obtained from LiDAR (Light Detection and Ranging) and aerial photography. LiDAR is used for height information and aerial photography is used to model the roof. One method that can be applied to create three-dimensional cities is the semi-automatic method. This method models the entire city using a system to grow the network. The network can be set up in minutes with the automation process but if the user wants to modify, it can be done manually. The results obtain five types of roofs at the study site, namely the gable, hip, flat, dome, and mansard. The dominant roof types are flat, gable, and hip types. While the type of dome and mansard is only as a supplement. Regarding the level of difficulty, a high-rise apartment is a type of building that is difficult to model. The next difficulty of roof modelling is housing then settlement. The difficulty level is determined based on the complexity of the roof of each building. Errors occuring in modeling come from less or more roof segmentation. This can be overcome by repeating the segmentation of the roof using aerial photographs. The accuracy of the geometry accuracy of circumference is 0.92 m from 2 m. The error of area geometry is about 0.34%, with error tolerance of 2%. While the accuracy of the level of detail (LOD) 2 is 86.07%, with a tolerance of 85%. This reveals that the model provided by this study can be accepted.
Analisis Pembuatan Peta Orthomosaic Menggunakan Perangkat Lunak Open Source WebODM Hapriansyah, Sultan Alifian; Hidayat , Husnul
GEOID Vol. 18 No. 1 (2022)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v18i1.1762

Abstract

Fotogrametri merupakan suatu seni dan ilmu sains dalam membuat informasi 3D dari hasil foto. Untuk mendapatkan informasi 3D, software fotogrametri membutuhkan lebih banyak informasi seperti orientasi dan parameter kamera dari foto yang didapatkan dari dua foto atau lebih yang saling bertampalan. Hasil akhir dari proses tersebut berupa lines, surfaces, texture maps, dan model 3D. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, data yang digunakan adalah data foto udara dan GPS wilayah Kebonwaris, Kecamatan Pandaan, Pasuruan – Jawa Timur. Sofware yang digunakan dalam penelitian ini adalah WebODM versi 2.4.12. Pada dasarnya pengolahan data dimulai dari import images, import control point, build point clouds, build mesh, build terrain model, dan build orthomosaic. Nilai yang didapatkan WebODM untuk RMSe horisontal sebesar 1,841 m dan RMSe vertikal sebesar 1,139 m, dan nilai resolusi WebODM sebesar =6cm/piksel. Berdasarkan hasil penelitian ini, skala dan kelas yang paling sesuai dengan PERKA BIG Nomor 6 Tahun 2018 dan PERKA BIG Nomor 1 Tahun 2020 adalah skala 1:5.000 kelas 2.