Abstrak Radikalisme berlandaskan agama menjadi sebuah isu sosial yang mengancam keharmonisan dan kedamaian masyarakat. Fenomena ekstremisme yang berbasis agama ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran komunikasi antaragama sebagai sarana dakwah dalam mencegah radikalisme berbasis agama melalui pendekatan fenomenologi terhadap Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Kota Bandung. Hasil penelitian mengindikasikan FKUB Kota Bandung telah membangun pemahaman mengenai bahaya radikalisme berbasis agama yang disesuaikan dengan ajaran teologis berbagai perwakilan agama. Komunikasi antaragama dilakukan secara internal melalui dialog anggotanya dan secara eksternal melibatkan masyarakat yang lebih luas. Inisiatif formal seperti diskusi dan penyuluhan, serta kegiatan informal seperti kampanye dan pawai, telah dilaksanakan FKUB. Jangkauan komunikasi antaragama meliputi dunia nyata maupun dunia maya. Di dunia nyata, FKUB bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi radikalisme. Sementara di dunia maya, FKUB menyebarkan pesan-pesan anti-radikalisme melalui media sosial dan media online. Penelitian ini menemukan upaya dakwah melalui komunikasi antaragama berlangsung pada tiga tingkatan: mikro, meso, dan makro. Pada tingkat mikro, nilai-nilai dan komunikasi berhubungan dengan internalisasi kebaikan individu. Di tingkat meso, interaksi membangun sikap kolaboratif baik di dalam FKUB maupun di masyarakat umum. Sedangkan pada tingkat makro, dakwah yang berbasis komunikasi antaragama membentuk pemahaman transendental yang meyakini adanya ikatan sosial berupa nilai-nilai universal melawan radikalisme. Rekomendasi untuk penelitian di masa depan adalah melanjutkan kajian mengenai efektivitas dakwah plural yang berbasis komunikasi antaragama di berbagai tingkatan, serta mengeksplorasi metode dakwah yang paling efektif. Para pembuat kebijakan diharapkan mendukung kegiatan FKUB dengan menyediakan anggaran dan infrastruktur yang diperlukan. Para pemimpin agama perlu berperan aktif dalam menyebarluaskan pesan pluralisme dan mempromosikan nilai-nilai universal baik melalui media sosial maupun secara langsung di komunitas mereka. Penelitian ini menekankan pentingnya kolaborasi antara peneliti, pembuat kebijakan, dan pemimpin agama dalam menghadapi tantangan radikalisme berbasis agama untuk menjaga perdamaian dan kerukunan di masyarakat.