Artikel ini mengkaji konsep dzurriyyah thayyibah dalam doa Nabi Zakaria a.s. berdasarkan narasi korelatif Al-Qur’an antara kisah Maryam, Nabi Zakaria a.s., dan Nabi Yahya a.s. Doa Nabi Zakaria a.s. tidak hanya dimaknai sebagai permintaan keturunan biologis, melainkan sebagai visi profetik untuk mencetak generasi unggul secara spiritual, moral, dan intelektual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode tafsir tematik dan korelatif terhadap dua kelompok Q.S. Ali ‘Imran: 37–38 dan Q.S. Maryam: 1–15. Sumber data utama adalah Al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir klasik serta kontemporer, didukung literatur sekunder dari jurnal dan buku tematik. Hasil analisis menunjukkan bahwa mukjizat Maryam menjadi pemantik spiritual bagi doa Nabi Zakaria a.s., yang kemudian dikabulkan dengan kelahiran Nabi Yahya a.s., Maryam diposisikan sebagai prototipe dzurriyyah thayyibah, dan Yahya sebagai realisasi konsep tersebut dalam bentuk karakter kenabian, kepemimpinan, kesucian, serta kasih sayang sosial. Narasi korelatif ini mengungkap bahwa dzurriyyah thayyibah bukanlah produk biologis semata, melainkan hasil dari kesadaran spiritual, pengasuhan yang terarah, dan kehendak Allah. Implikasi konseptual dari penelitian ini menegaskan pentingnya membangun sistem pendidikan keluarga berbasis nilai-nilai profetik, di mana doa, keteladanan, dan lingkungan spiritual menjadi fondasi lahirnya generasi ideal menurut Al-Qur’an.