Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TikTok PayLater dan Praktik Riba: Kajian Hukum Islam atas Mekanisme Pembiayaan Digital Siti Fauziah Azis; Busmar, Adhisty Adelia; Zaeni, Mutiara Refanisa
Jurnal Riset Ekonomi Syariah Volume 5, No. 1, Juli 2025 Jurnal Riset Ekonomi Syariah (JRES)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jres.v5i1.5841

Abstract

Abstrak. Platform TikTok telah berevolusi dari media hiburan menjadi platform jual beli online dengan fitur TikTok Shop yang menyediakan layanan TikTok PayLater. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian fitur PayLater di TikTok Shop dengan hukum Islam, khususnya dalam kaitannya dengan mekanisme riba, serta memberikan rekomendasi regulasi yang dapat diterapkan oleh platform e-commerce dalam memastikan transaksi yang sesuai dengan prinsip syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur. Temuan menunjukkan bahwa sistem PayLater berpotensi mengandung unsur riba melalui mekanisme bunga, denda keterlambatan, dan biaya tambahan yang tidak transparan, yang bertentangan dengan prinsip syariah. Dampak sosial yang ditimbulkan meliputi peningkatan perilaku konsumtif terutama pada Generasi Z, risiko utang bergulir dengan tingkat gagal bayar mencapai 42%, dan tekanan psikologis berupa stres pada pengguna. Data OJK menunjukkan total penyaluran kredit PayLater mencapai Rp21,89 triliun dengan tingkat pembiayaan bermasalah 2,8%-3,7%. Sebagai alternatif, Islam menawarkan akad syariah seperti murabahah, qardh, dan ba'i taqsith yang bebas dari unsur riba. Rekomendasi regulasi meliputi penguatan pengawasan OJK terhadap implementasi syariah pada produk PayLater, harmonisasi ketentuan hukum positif dengan prinsip syariah, dan penetapan standar syariah ketat mengikuti model Malaysia untuk memperkuat perlindungan konsumen Muslim. Abstract. The TikTok platform has evolved from an entertainment medium into an online buying and selling platform with TikTok Shop features that provide TikTok PayLater services. This article aims to analyze the compatibility of the PayLater feature in TikTok Shop with Islamic law, particularly in relation to usury mechanisms, and provide regulatory recommendations that can be applied by e-commerce platforms in ensuring transactions comply with sharia principles. This research employs a qualitative approach with literature study methods. The findings indicate that the PayLater system potentially contains elements of usury through interest mechanisms, late payment penalties, and non-transparent additional fees, which contradict sharia principles.The social impacts include increased consumptive behavior especially among Generation Z, rollover debt risks with default rates reaching 42%, and psychological pressure in the form of stress on users. OJK data shows total PayLater credit disbursement reached Rp21.89 trillion with non-performing financing rates of 2.8%-3.7%. As an alternative, Islam offers sharia contracts such as murabahah, qardh, and ba'i taqsith that are free from usury elements. Regulatory recommendations include strengthening OJK supervision of sharia implementation in PayLater products, harmonizing positive law provisions with sharia principles, and establishing strict sharia standards following the Malaysian model to strengthen Muslim consumer protection.
PERTUKARAN INFORMASI TERHADAP PENANGANAN STUNTING DI INDONESIA DAN KOREA SELATAN Sari, Ninuk Permata; Nurrachmi, Intan; Jamilah, Lina; Nurliawati, Nita; Zaeni, Mutiara Refanisa; Nasawi, Avicenna Mujtahid
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan Vol 5, No 5 (2025): JPM: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpm.v5i5.1816

Abstract

In Indonesia and South Korea, stunting is still a serious nutritional problem. However, there is a significant difference in the prevalence of stunting where the incidence of stunting in Indonesia is still quite high even though there has been a decline, namely from 24.4% in 2021 to 21.6% in 2022. Meanwhile, the stunting rate in South Korea is very low, even the lowest in East Asia with only 2.5% of children under 5 years of age experiencing stunting. The purpose of this community service is to exchange information about the policies of the two countries in dealing with stunting and to study the good practices of the application of Indonesian government policies carried out by the PKK mothers of Taman Sari Village by creating the Cikalat (Love for Toddlers) innovation program. The community service method is carried out through lectures, panel discussions and questionnaire. Community service activities were carried out in Taman Sari Village, Bandung City on May 14, 2025. The target of the service was PKK mothers and the community of Taman Sari Village, Bandung City. The conclusion of this activity is that information related to policies between countries is conveyed well and ends with the signing of the Implementation Agreement from the three universities involved.ABSTRAKDi negara Indonesia dan Korea Selatan, stunting masih menjadi masalah gizi yang cukup serius. Meski demikian, terdapat perbedaan prevalensi stunting yang cukup signifikan dimana kejadian stunting di Indonesia masih cukup tinggi walaupun sudah terjadi penurunan yaitu dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Sementara itu, angka stunting di Korea Selatan sangat rendah, bahkan terendah di Asia Timur dengan hanya 2,5% anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami stunting. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk pertukaran informasi tentang kebijakan kedua negara dalam menangani stunting serta mempelajari praktik baik aplikasi kebijakan pemerintah Indonesia yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK Kelurahan Taman Sari dengan menciptakan program inovasi Cikalat (Cinta ka Balita). Metode pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan ceramah, diskusi panel dan kuesioner. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di kelurahan Taman Sari kota Bandung pada tanggal 14 Mei 2025. Sasaran pengabdian adalah ibu-ibu PKK serta masyarakat kelurahan Taman Sari kota Bandung. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah informasi terkait kebijakan antar negara tersampaikan dengan baik serta diakhiri dengan penandatangan Implementation Agreement dari tiga Universitas yang terlibat.
Strategi Pemberdayaan UMKM Pangan Dapur Sehat Binaan Baitul Maal Muamalat di Kebon Waru Bandung Lasmanah, Lasmanah; Nurrachmi, Intan; Rukmana, Jaka; Zaeni, Mutiara Refanisa; Fitriyanti, Asti
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan Vol 5, No 5 (2025): JPM: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpm.v5i5.2061

Abstract

Food MSMEs have a strategic role in encouraging local economic growth, increasing food security, and creating jobs. However, many food MSME actors, including the Baitul Maal Muamalat Healthy Kitchen in Kebon Waru Village, Bandung, face challenges in the aspect of product innovation, namely low product durability due to suboptimal food preservation and packaging methods, thus hindering the distribution of products to a wider market. In addition, the lack of halal certification for some members causes limitations in reaching a wider market segment. This program aims to formulate an effective empowerment strategy to increase the capacity and competitiveness of healthy kitchen MSMEs in terms of product preservation and packaging, as well as business sustainability management. The methods used include a qualitative approach with field observations, in-depth interviews with MSME actors and Baitul Maal Muamalat managers, as well as participatory and applicative approaches. The results show that empowerment based on continuous mentoring, product innovation training, and halal certification assistance are able to increase knowledge about product preservation techniques, improve production management and awareness of the importance of halal certification. Based on the results of the pretest conducted before the training, the partner's knowledge of food preservation techniques obtained an average score of 68.9, while the posttest results conducted after the training obtained an average score of 89.4, which shows an increase in ability of 20.5% in terms of knowledge of food preservation and packaging techniques. An empowerment strategy that is integrated with a participatory approach and institutional support can encourage the independence and sustainability of food MSMEs.ABSTRACUMKM pangan memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan ketahanan pangan, dan membuka lapangan kerja. Namun, banyak pelaku UMKM pangan, termasuk Dapur Sehat binaan Baitul Maal Muamalat yang berada di Kelurahan Kebon Waru, Bandung, menghadapi tantangan dalam aspek inovasi produk yaitu rendahnya daya tahan produk akibat metode pengawetan dan pengemasan makanan belum optimal, sehingga menghambat distribusi produk ke pasar yang lebih luas. Disamping itu, belum adanya sertifikasi halal bagi sebagian anggota menyebabkan keterbatasan dalam menjangkau segmen pasar yang lebih luas. Program ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemberdayaan yang efektif untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM Dapur sehat dalam hal pengawetan dan pengemasan produk, serta manajemen keberlanjutan usaha. Metode yang digunakan meliputi pendekatan kualitatif dengan observasi lapangan, wawancara mendalam terhadap pelaku UMKM dan pengelola Baitul Maal Muamalat, serta pendekatan partisipatif dan aplikatif. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberdayaan berbasis pendampingan berkelanjutan, pelatihan inovasi produk, dan pendampingan sertifikasi halal mampu meningkatkan pengetahuan tentang teknik pengawetan produk, memperbaiki manajemen produksi dan kesadaran pentingnya sertifikasi halal. Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan sebelum pelatihan bahwa pengetahuan mitra tentang teknik pengawetan makanan didapatkan skor rata-rata 68,9, sedangkan hasil postest yang dilakukan setelah pelatihan didapatkan skor rata-rata 89,4, hal tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan sebesar 20,5% dalam hal pengetahuan teknik pengawetan dan pengemasan makanan. Strategi pemberdayaan yang terintegrasi dengan pendekatan partisipatif dan dukungan kelembagaan dapat mendorong kemandirian dan keberlanjutan UMKM pangan.