Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) “Pelita” menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama. Batu bara yang dipasok ke PLTU “Pelita” berasal dari Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Pasokan batu bara yang diterima dilakukan analisis proksimat dan penentuan nilai kalor yang dilakukan oleh PT Surveyor Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan karakteristik batu bara pada PLTU “Pelita” periode 2019 berdasarkan hasil analisis proksimat dan nilai kalor. Korelasi antara nilai hasil analisis proksimat dan nilai kalor pada batu bara dilakukan berdasarkan analisis statistik menggunakan metode regresi linear. PLTU “Pelita” pada periode 2019 menerima batu bara sebanyak 17.485,537 ton dari Provinsi Kalimantan Selatan melalui dua kali pengiriman, 252.834,199 ton dari Provinsi Kalimantan Timur melalui 23 kali pengiriman dan 259.138,715 ton dari Provinsi Sumatera Selatan melalui 34 kali pengiriman. Pasokan batu bara periode 2019 ini memiliki nilai rata-rata untuk parameter kelembaban, kandungan zat terbang, kandungan abu, kandungan karbon dan nilai kalor batu bara secara berurutan sebesar 29,70%; 34,41%; 3,05%; 32,73%; dan 4.647,71 kkal/kg. Batu bara dari Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan memiliki nilai rata-rata untuk parameter kelembaban sebesar 27,45%; 29,98%; dan 29,58%; kandungan zat terbang sebesar 36,74%; 35,26%; dan 33,44%; kandungan abu sebesar 4,37%; 2,70%; dan 3,30%; kandungan karbon sebesar 31,44%; 31,94%; dan 33,60% serta nilai kalor batu bara sebesar 4.845,54 kkal/kg, 4.504,92 kkal/kg dan 4.773,68 kkal/kg. Korelasi kuat ditunjukkan oleh pengaruh nilai kelembaban (0,663) dan kandungan karbon (0,756) terhadap nilai kalor pada batu bara. Berdasarkan nilai fuel ratio, jenis batu bara yang diterima oleh PLTU “Pelita” periode 2019 adalah bituminus dengan zat terbang menengah-tinggi dan seluruh golongan subbituminus.