Articles
ANALISIS PENYAJIAN KARAKTER DAN ALUR CERITA PADA KOMIK VULCAMAN-Z
Irfandi Musnur;
Muhamad Faiz
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22441/narada.2019.v6.i2.010
Analysis of Character Presentation and Storyline in the Comic "Vulcaman-Z" aims to find out and identify visually how the presentation of characters and storylines in the comic Vulcaman-Z by Galang Tirtakusuma. This comic is a 4 point comic (yonkoma) or four panels, a slapstick action-comedy genre that is rarely found in the Indonesian comics industry. This comic also has several unique features such as the use of layouts, characters, colors, expressions, action lines, and word balloons. This research uses a descriptive qualitative method with interviews, literature study and observation data collection methods. The purpose of this research is the initial research conducted jointly with students to uncover several Indonesian comic artists' styles which later become a study of revealing comic styles from Indonesia. As we know that Indonesian comics are still very influential with foreign comics, both Japanese and American. The comic style possessed by Indonesia does not yet have own characteristics, although some comic artists have tried to express the identity of Indonesia through cultural ornaments and stories. But the presentation and style of comics are still using or the same as the style that is outside. Based on this, this research is present as an effort to discover the characteristics of Indonesia in Comics or to give an idea to Indonesian comic artists to present new style contributions to Comics.
ANALSIS PENAMBAHAN FUNGSI DAN MAKNA SERAGAM (JERSEY) PADA PENDUKUNG CLUB SEPAK BOLA
Irfandi Musnur
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Mercu Buana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Sepak bola merupakan salah satu kejuaraan bergengsi yang mampu menjadi bahasa universal bagi seluruh masyarakan dunia. Tidak hanya digeluti untuk kepentingan kejuaraan antar negara, namun kejuaraan sepak bola setiap saat dapat disaksikan dalam satu negara yang disebut sebagai liga club sepak bola. Umumnya, justru dalam kejuaraan club sepak bola dalam liga satu negara lebih banyak digemari di belahan negara lainnya.Kejuaraan Club sepak bola dalam liga cenderung melahirkan penggemar dan pendukung fanatik. Sebagai penggemar maupun pendukung yang fanatik, tentu memerlukan identitas yang mampu mewakili sesuatu yang didukungnya. Salah satu cara menghadirkan identitas itu sendiri dengan meniru atau menggunakan sesuatu yang lebih dekat dengan yang digemari. Hal yang paling dekat dalam sebuah club sepak bola tentu saja adalah kostum dan atribut yang digunakannya.Pada dasrnya Fungsi kostum dalam permainan sepak bola tidak hanya sekedar pakaian biasa, melainkan sebagai kaos yang dirancang khusus untuk kenyamanan pemain. Atribut seperti warna costum (jersey) dan nomer punggung sebagai informasi pembeda dengan pemain lainnya. Jika dalam permainan sepak bola, fungsi kostum dan atribut seperti kaos, bendera, warna, dan nomor punggung adalah sebagai pembeda dengan lawan main, justru sebagai penggemar menggunakan kaos dan atribut tersebut sebagai identitas.Melihat latar belakang tersebut, sebagai riset produk melihat adanya perubahan alih fungsi produk kaos dan atribut yang digunakan dalam permainan sepak bola. Produk kaos yang pada dasarnya dirancang untuk keprluan dalam permaian, beralih fungsi menjadi kaos yang dapat digunakan pendukung sebagai identitas.
ANALISIS KEBUTUHAN STRATEGI KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE PELESTARIAN KESENIAN ONDEL-ONDEL BETAWI
Irfandi Musnur;
Venna Amelia
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22441/narada.2020.v7.i2.004
Indonesia is famous for its cultural diversity starting from the diversity of tribes, languages, religions, and others. One of the ethnic groups in Indonesia is the Betawi ethnic group, which is an Indonesian ethnic group whose residents generally live in Jakarta. The Betawi tribe is a descendant tribe of residents who lived in Batavia since the 17th century. One of the cultures owned by the Betawi tribe is ondel-ondel, where ondel-ondel consists of 2 giant dolls in red and white that make one of the cultural icons owned by the Betawi tribe. Ondel-ondel at this time is easy to find around us or in the capital city of Jakarta, we often see ondel-ondel walking around the street accompanied by music that is surrounded by several people as driving music carts and there are also those who hold a container to get a purse coffe rupiah. Given this, some people assume that the cultural value of the Betawi people has decreased, the use of the method used is a qualitative method. The desired results can determine the right media for the ondel-ondel art preservation campaign as well as knowledge to the public about the importance of ondel-ondel art.
SIMBOLISASI DAN IMPLEMENTASI PACCE (SOLIDARITAS) SEBAGAI ANALOGI REPRESENTASI KEBERSAMAAN DALAM MASYARAKAT BUGIS
Irfandi Musnur
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Mercu Buana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Dua hal yang menjadi pegangan dalam adat istiadat masyarakat Bugis adalah siri’ na pesse’ (malu dan solidaritas) yang biasanya dalam bahasa Makassar siri’ na pacce. Makna yang terkandung dalam falsafah Bugis tersebut mengandung arti bagaimana Masyarakat Bugis menjunjung tinggi harga diri dan kebersamaan. Dari falsafah tersebut, Salah satu hal yang menarik bagi saya ungkapkan dalam penelitian ini adalah pesse (solidaritas) yang merupakan nilai kebersamaan. Ungkapan Pesse’ dalam masyarakat Bugis merupakan analogi simbolik yang berarti kesamaan rasa (solidaitas) sebagai pegangan dalam setiap tindakan, baik itu tutur kata, bekerja, maupun dalam membentuk pemerintahan. Salah satu aktualisasi pesse (kebersamaan) Bugis yang kuat dapat dilihat pada tindakan interaksi mereka baik kerjasama maupun berbahasa.Dalam penelitian ini mencoba mengungkap bagaimana analogi pesse (pacce) atau “rasa pedas” menjadi simbol dan analogi sebagai prinsip suku Bugis dalam bertindak. Tidak hanya melihat bagaimana simbolisasi tesebut, namun juga mengungkap bagaiman implementasi simbolisasi pesse dalam setiap interaksinya.
FENOMENA PROVOKASI NEGATIF PADA LUKISAN SOSIALIS INDONESIA ZAMAN DEMOKRASI
IRFANDI MUSNUR
Harmoni: Jurnal Pemikiran Pendidikan, Penelitian Ilmu-ilmu Seni, Budaya dan Pengajarannya Vol 5, No 1 (2015): HARMONI
Publisher : Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muham
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Fenomena Provokasi Negatif pada Lukisan Sosialis Indonesia Zaman Demokrasi. Jurnal ini berisi tentang bagaimana pengaruh provokasi negatif terhadap kondisi sosial Indonesia yang kebanyakan dimunculkan melalui lukisan pada zaman ini (demokrasi). Pola pikir masyarakat yang apatis dengan kondisi sosial indonesia, sebagai tolak ukur apakah provokasi negatif itu masih efektif pada zaman demokrasi sekarang ini. Maraknya lukisan sosialis yang menampilkan ejekan, makian, celaan merupakan gagasan yang muncul sebagai bentuk keritikan terhadap kondisi zaman yang terhegemoni oleh kebebasan berpendapat (demokrasi). Beberapa Karya lukisan sosialis seniman Indonesia yang menjadi ulasan dalam tulisan ini, merupakan bentuk perbandingan efektifnya lukisan sosialis dengan profovokasi negatif dari dua zaman. Kedua zaman ini antara lain zaman Sudjojono dan zaman demokrasi sekarang ini. Lukisan sosialis Sudjojono yang merupakan awal mula munculnya provokasi negatif terhadap zamannya, memiliki pengaruh yang sangat besar. Hal ini terlihat dari timbulnya kesadaran masyarakat akan kondisi lingkungannya yang terpuruk di masa mooi indie. Namun pada zaman sekarang ini gaya lukisan sosialis masih marak digunakan oleh sebagian seniman Indonesia. Dengan keadaan masyarakat di era drmokrasi, gaya lukisan ini justru tidak memiliki dampak apapun lagi selain hanya memberikan penilain buruk. Pembahsan inilah yang menjadi titik fokus dari jurnal ini.
Production and exchange of meaning in instagram beauty influencer visual content in Indonesia: a social semiotic analysis
Ariani Kusumo Wardhani;
Hanisa Hassan;
Irfandi Musnur
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol. 21 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33153/glr.v21i2.4748
The development of technology aligns with the evolution of information media, which is increasingly dynamic in contemporary times. Instagram serves as a social media platform employed by beauty influencers to disseminate information pertaining to beauty. Visual content showcasing diverse beauty reviews captivates a substantial female audience, resulting in millions of followers on Instagram. This study aims to interpret the conveyed meanings by Indonesian female beauty influencers, such as Tasya Farasya, Kesha Ratuliu, and Hanggini. The qualitative methodology employs social semiotic theory to extract meanings embedded in the text or discourse presented by each influencer, considering social and cultural perspectives. This research adopts a constructivist paradigm, emphasizing the production and exchange of meanings. The study analyzes the meaning behind the messages conveyed by each beauty influencer on social media. The images portrayed by Tasya Farasya, Kesha Ratuliu, and Hanggini exhibit distinct representations both interactively and compositionally. The interactive metaphoric function is evident in the endurance of their image, showcased through visually appealing content on Instagram photos. This results in the creation of a multimodal visual composition in the photos.
RELASI VISUAL PADA KONTEN YOUTUBE ANDRA ALODITA DAN MEILINDA KORNELLIA MELALUI KAJIAN SEMIOTIKA
Wardhani, Ariani Kusumo;
Musnur, Irfandi;
Hassan, Hanisa
PANGGUNG Vol 33, No 4 (2023): Eksistensi Tradisi dalam Narasi Seni Modern
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v33i4.2906
Media Youtube dan konten visual merupakan dua diksi yang melahirkan fenomena-fenomena baru dalam kajian tanda. Kehadiran media tersebut membongkar ketatnya produksi visual yang terlihat pada media televisi (konvensional). Menarikya, media Youtube kini membuka wahana baru dalam penciptaan relasi visual yang lebih longgar. Kebebasan ini menciptakan beragam kreatifitas dalam produksi visual. Tawaran baru bermunculan melalui tampilan visual keseharian dari para Vlogger maupun influencer. Khususnya pada beautyinfluencer, produksi promosi melalui youtube tidak lagi menyuguhkan kompleksitas desain ala iklan televisi, namun visualisasi keseharian para influencer menggunakan skincare menarik banyak pengunjung maya. Persitiwa ini menjadi sebuah wacana yang sangat menarik untuk didiskusikan. Untuk itu, kehadiran penelitian ini mencoba mengungkap bagaiman relasi visual tersebut dapat terjadi melalui kajian semiotika intertekstual. Objek materi dalam kajian ini adalah dua beauty influencer perempuan Indonesia yakni Andra Alodita dan Meilinda Kornellia. Pendekatan jenis peneltian dilakukan melalui paradigma kualitatif dengan metode studi kasus. Melalui metode tersebut, data diperoleh dengan teknik observasi, literasi, pustaka dan analisa konten visual pada video Youtube. Selanjutnya pembahasan mendalam dilakukan melalui kajian semiotika intertekstual Charles Sanders Peirce. Pembacaan semiotika melalui Pierce membongkar persoalanpersoalan dalam kehadiran relasi tanda-tanda baru yang lahir dari para beauty influencer melalui media Youtube. Hal ini berimplikasi pada tawaran-tawaran baru dalam dunia kreatifitas periklanan yang lebih bebas. Keywords: beauty influencer, semiotika intertekstual, YouTube, Relasi Visual.
Transformasi Atribut Menjadi Elemen Estetis Pada Kostum Olahraga
Musnur, Irfandi
Visualita Jurnal Online Desain Komunikasi Visual Vol 11 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Komputer Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34010/visualita.v11i2.8841
The use of sports jersey T-shirt products has become a stylish variant of the fashion trend for the community. Users of this t-shirt product have penetrated several circles, both children, teenagers and the elderly. What's interesting is that the jersey basically has attribute components that are produced as function demands, now present as an aesthetic visual ornament in fashion. This research basically comes as a follow-up research that has been done before. Previous research has revealed that there is an additional function of the soccer jersey, both in terms of supporters as a fan identity and a marker for the players themselves. In this study, we try to look at it from a different perspective, namely the form of the transformation function of sports jersey attributes (not limited to football) into aesthetic attributes in the World of Fashion. This will be explained through the aspects of material, visual, color and other functions which are usually used as a function of transforming into a fashion trend. Through the research that has been done, it is concluded that the transformation of Functional Motivation into aesthetics in sports jersey fashion products is a process of sign association. The association involves the role of previous markers (such as color, other attributes and visuals) that have been established in the mind. Through this empirical knowledge it is conceptualized into a "sporty" style which is realized in the jersey fashion trend.
RELASI VISUAL PADA KONTEN YOUTUBE ANDRA ALODITA DAN MEILINDA KORNELLIA MELALUI KAJIAN SEMIOTIKA
Ariani Kusumo Wardhani;
Irfandi Musnur;
Hanisa Hassan
PANGGUNG Vol 33 No 4 (2023): Eksistensi Tradisi dalam Narasi Seni Modern
Publisher : LP2M ISBI Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26742/panggung.v33i4.2906
Media Youtube dan konten visual merupakan dua diksi yang melahirkan fenomena-fenomena baru dalam kajian tanda. Kehadiran media tersebut membongkar ketatnya produksi visual yang terlihat pada media televisi (konvensional). Menarikya, media Youtube kini membuka wahana baru dalam penciptaan relasi visual yang lebih longgar. Kebebasan ini menciptakan beragam kreatifitas dalam produksi visual. Tawaran baru bermunculan melalui tampilan visual “keseharian” dari para Vlogger maupun influencer. Khususnya pada “ beautyinfluencer”, produksi promosi melalui youtube tidak lagi menyuguhkan kompleksitas desain ala iklan televisi, namun visualisasi keseharian para influencer menggunakan skincare menarik banyak pengunjung maya. Persitiwa ini menjadi sebuah wacana yang sangat menarik untuk didiskusikan. Untuk itu, kehadiran penelitian ini mencoba mengungkap bagaiman relasi visual tersebut dapat terjadi melalui kajian semiotika intertekstual. Objek materi dalam kajian ini adalah dua beauty influencer perempuan Indonesia yakni Andra Alodita dan Meilinda Kornellia. Pendekatan jenis peneltian dilakukan melalui paradigma kualitatif dengan metode studi kasus. Melalui metode tersebut, data diperoleh dengan teknik observasi, literasi, pustaka dan analisa konten visual pada video Youtube. Selanjutnya pembahasan mendalam dilakukan melalui kajian semiotika intertekstual Charles Sanders Peirce. Pembacaan semiotika melalui Pierce membongkar persoalanpersoalan dalam kehadiran relasi tanda-tanda baru yang lahir dari para beauty influencer melalui media Youtube. Hal ini berimplikasi pada tawaran-tawaran baru dalam dunia kreatifitas periklanan yang lebih bebas. Keywords: beauty influencer, semiotika intertekstual, YouTube, Relasi Visual.
Production and exchange of meaning in instagram beauty influencer visual content in Indonesia: a social semiotic analysis
Wardhani, Ariani Kusumo;
Hassan, Hanisa;
Musnur, Irfandi
Gelar: Jurnal Seni Budaya Vol. 21 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33153/glr.v21i2.4748
The development of technology aligns with the evolution of information media, which is increasingly dynamic in contemporary times. Instagram serves as a social media platform employed by beauty influencers to disseminate information pertaining to beauty. Visual content showcasing diverse beauty reviews captivates a substantial female audience, resulting in millions of followers on Instagram. This study aims to interpret the conveyed meanings by Indonesian female beauty influencers, such as Tasya Farasya, Kesha Ratuliu, and Hanggini. The qualitative methodology employs social semiotic theory to extract meanings embedded in the text or discourse presented by each influencer, considering social and cultural perspectives. This research adopts a constructivist paradigm, emphasizing the production and exchange of meanings. The study analyzes the meaning behind the messages conveyed by each beauty influencer on social media. The images portrayed by Tasya Farasya, Kesha Ratuliu, and Hanggini exhibit distinct representations both interactively and compositionally. The interactive metaphoric function is evident in the endurance of their image, showcased through visually appealing content on Instagram photos. This results in the creation of a multimodal visual composition in the photos.