Kekuatan otot, khususnya kekuatan genggaman tangan, merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kebugaran fisik remaja. Penurunan kekuatan otot tidak hanya dikaitkan dengan penuaan, tetapi juga mulai ditemukan pada usia muda akibat gaya hidup sedentari dan pola makan tidak seimbang. Deteksi dini melalui skrining kekuatan genggaman tangan penting dilakukan untuk mencegah gangguan kebugaran otot di masa depan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di salah satu SMA di wilayah Tangerang Raya dengan melibatkan 144 siswa sebagai responden. Pengukuran kekuatan genggaman tangan dilakukan menggunakan CAMRY EH101 Digital Hand Dynamometer pada tangan kanan dan kiri. Kriteria kelemahan otot merujuk pada batas normal menurut AWGS 2019, yaitu <28 kg untuk laki-laki dan <18 kg untuk perempuan. Data disusun secara agregat dan dianalisis berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kategori kekuatan otot. Sebagian besar siswa berusia 16 tahun (55,6%), dengan distribusi jenis kelamin 54,2% perempuan dan 45,8% laki-laki. Rerata kekuatan genggaman tangan kanan dan kiri lebih tinggi pada laki-laki (37,76 kg dan 35,07 kg) dibanding perempuan (23,80 kg dan 21,99 kg). Berdasarkan kriteria AWGS, sebanyak 13,9% siswa termasuk dalam kategori kelemahan otot, terdiri dari 9,7% perempuan dan 4,2% laki-laki. Skrining ini menunjukkan bahwa sebagian remaja telah mengalami penurunan kekuatan otot. Sekolah diharapkan dapat merancang intervensi preventif berbasis data, seperti peningkatan aktivitas fisik dan promosi gizi seimbang, guna mendukung kebugaran otot dan kualitas hidup siswa.