Abstract Islamic boarding schools (pondok pesantren) are not only traditional Islamic educational institutions but also dynamic social agents capable of adapting to the evolving landscape of modern society, including in strategic tourism areas. This article aims to examine the socio-religious role of Pondok Pesantren Al-Aziziyah in localizing Qur’anic values within the conte xt of Lombok Barat, a region undergoing social transformation driven by rapid growth in the tourism sector. Employing a qualitative approach based on library research and content analysis of documents, scholarly articles, and institutional publications related to the pesantren’s activities, this study reveals three key findings: (1) Al-Aziziyah implements an integrative educational system that combines tahfizh (Qur’an memorization), classical Islamic texts (kitab kuning), and character development; (2) the pesantren actively engages public spaces through cultural da‘wah initiatives, such as “Kafe Taman Langit,” serving as contextual expressions of Qur’anic values; and (3) its alumni emerge as transformative agents across strategic sectors, including religion, education, and sociopolitical domains. The primary contribution of this article lies in its integration of three academic domains—Qur’anic values, pesantren education, and tourism society dynamics—into a cohesive analytical framework that remains underexplored in contemporary scholarship. Intisari Pondok pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, tetapi juga sebagai agen sosial yang adaptif terhadap dinamika masyarakat modern, termasuk di kawasan strategis pariwisata. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran sosial-keagamaan Pondok Pesantren Al-Aziziyah dalam membumikan nilai-nilai Qur’ani di Lombok Barat, daerah yang mengalami transformasi sosial akibat pesatnya pertumbuhan sektor wisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka dan analisis isi terhadap dokumen, artikel ilmiah, dan publikasi institusional terkait aktivitas pesantren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sistem pendidikan Al-Aziziyah dirancang secara integratif antara tahfizh, kitab kuning, dan penguatan karakter; (2) pesantren ini aktif mengintervensi ruang publik melalui dakwah kultural, seperti Kafe Taman Langit, sebagai bentuk ekspresi nilai Qur’ani yang kontekstual; dan (3) alumni pesantren tampil sebagai agen transformasi di berbagai sektor strategis, baik keagamaan, pendidikan, maupun sosial-politik. Kontribusi artikel ini terletak pada penyatuan tiga ranah kajian—nilai Qur’ani, pendidikan pesantren, dan dinamika masyarakat wisata—dalam satu kerangka analitis yang relevan dan masih jarang disentuh dalam kajian akademik kontemporer.Kata Kunci : Pesantren Tahfizh; Nilai Qur’ani; Kawasan Pariwisata; Peran Sosial Keagamaan