Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dari Penolak Bala Hingga Pengamen Jalanan: Pergeseran Eksistensi Ondel-Ondel Perspektif Mulla Sadra Dan Baudrillard Syarifudin Choirul Umam; Halid; Frans Sayogie
Nazharat: Jurnal Kebudayaan Vol. 31 No. 1 (2025): NAZHARAT: Jurnal Kebudayaan
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/nazharat.v31i1.181

Abstract

Abstract This study represents the researcher's response to the phenomenon of ondel-ondel as street performers. The study aims to examine the existence of ondel-ondel through the lens of both Islamic and Western philosophy. Using a qualitative approach, the method relies on words, phrases, or sentences to build a narrative and is generally applied in case study research. The findings reveal, from the perspective of Islamic philosophy, that the existence of ondel-ondel has undergone a shift and displays a gradation of existence as street buskers. Meanwhile, from a Western philosophical viewpoint, ondel-ondel busking represents hyperreality, as it becomes detached from its original standards and context as part of Betawi art and culture.
KRITIK TERJEMAHAN KATA HUR  DALAM AL-QUR'AN KEMENTERIAN AGAMA PERSFEKTIF QIRA’AH MUBADALAH Syarifudin Choirul Umam; Zubair
Al-Dhikra Vol. 7 No. 1 (2025): Al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Butuh adanya penyegaran terhadap kata hur, kata ini termasuk kata kunci yang penting dalam kajian tafsir dan gender yang kemudian berimbas pada terjemahan tertentu, dalam konteks Indonesia yang memiliki masyarakat multikultural, terjemahan al-Quran memegang peranan penting dalam menciptakan keseimbangan dan pemahaman antar budaya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kritik terjemahan dan terjemahan alternatif terhadap kata Hur dalam Al-Qur'an, yang oleh Kementerian Agama Indonesia (Kemenag) diterjemahkan dengan ‘bidadari’. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan menganalisis kata hur dalam al-Quran (Āl-Ṭūr 20, Al-Dukhān 54, dan Al-Wāqi‘ah 22) melalui pendekatan Qira’ah Mubadalah serta penerjemahan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hur tidak terbatas pada perempuan semata, melainkan merujuk pada sosok dengan karakteristik spiritual tinggi yang dapat berlaku bagi laki-laki maupun perempuan serta memberikan terjemahaan alternatif kata tersebut dengan ‘pasangan surgawi’. Temuan ini mengkritik stereotip gender dalam penerjemahan al-Quran dan menekankan pentingnya pendekatan yang lebih inklusif dalam memahami teks suci. Dengan mempertimbangkan konteks historis dan linguistik, penelitian ini menawarkan alternatif terjemahan yang lebih netral dan resiprokal, sesuai dengan nilai-nilai keadilan gender. Hasil ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman masyarakat tentang al-Quran dan mendorong kajian lebih lanjut dalam studi tafsir dan penerjemahan al-Quran.