Isu kemiskinan dan pendidikan sering diangkat dalam film-film yang membahas mengenai permasalahan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perspektif orang miskin terhadap pendidikan dalam film Stip dan Pensil (2017). Film Stip dan Pensil (2017) disutradarai oleh Ardy Octaviand dan menceritakan upaya anak-anak SMA yang berusaha membantu pendidikan anak-anak jalanan di perkampungan kumuh. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik semiotika Roland Barthes. Analisis dilakukan pada tiga tingkat. Pertama, denotatif yang melihat makna tanda dengan apa adanya dan bersifat eksplisit. Kedua, konotatif yaitu tanda akan dimaknai secara lebih mendalam sehingga memunculkan makna yang bersifat tidak pasti. Ketiga, mitos yang terbentuk melalui hubungan makna tanda konotatif dengan hal-hal yang dianggap benar dalam masyarakat. Artikel ini menganalisis tiga scene dari 15 scene yang sesuai dengan tema penelitian. Scene dipilih berdasarkan fokus penelitian yaitu tentang perspektif orang miskin terhadap pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pandang orang miskin terhadap pendidikan merupakan hasil dari pengalaman sosial dan kebiasaan yang telah dijalani sejak lama dan berulang-ulang. Perspektif orang miskin terhadap pendidikan yang tergambar dalam film ini yaitu negatif. Hal ini didasarkan pada kondisi aspek ekonomi orang miskin yang menjadikan uang sebagai patokan dalam melakukan segala hal, aspek sosial budaya yaitu kebiasaan belajar yang tidak dianggap penting, dan aspek struktural yaitu lingkungan pemukiman yang tidak mendukung akses pendidikan. Penelitian ini merekomendasikan kajian lebih lanjut tentang peran pendidikan dalam mengubah cara pandang orang miskin terhadap pentingnya pendidikan itu sendiri.