Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisis Kontribusi Program “Peduli Guru” Lazismu Banyumas Terhadap Kesejahteraan Guru Pinangku Insan, Mahkota Utama; Mintarti; Dasuki, Niken Paramarti
Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development Vol 6 No 2 (2024): Juli-Desember 2024
Publisher : Asosiasi Profesi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia (AP3SI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52483/0wvfr392

Abstract

Lazismu Banyumas sebagai organisasi pengelola zakat menaruh kepedulian besar terhadap pendidikan. Di tahun 2023 pendistribusian dana pada bidang pendidikan mencapai Rp 455.265.500,- tertinggi diantara bidang lain seperti ekonomi, sosial, dakwah, dan kesehatan. Peduli Guru sebagai salah satu program dibidang pendidikan belum mendapat banyak perhatian para peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan Program Peduli Guru dan kontribusinya terhadap kesejahteraan guru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi lapangan. Data diperoleh melalui wawancara kepada pihak Lazismu Banyumas dan guru penerima program. Informan dipilih dengan metode purposive sampling dengan jumlah enam orang. Data selanjutnya dianalisis dengan metode analisis interaktif dengan tahapan kondensasi data dan penyajian data. Kemudian data diolah terus-menerus hingga memperoleh kesimpulan akhir. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pelaksanaan Program Peduli Guru secara managemen dan pelaksanaan program berjalan dengan baik, hal tersebut terlihat dari tidak adanya keluhan dari pelaksana program dan penerima bantuan program. Kontribusi Program Peduli Guru adalah 1) kontribusi ekonomi, meski jumlah bantuan kecil dan belum mampu menyejahterakan guru penerima program terbantu karena dana yang diterima lebih dari gaji pokok. 2) motivasi mengajar, ekonomi bukan faktor utama penerima program menjadi guru tetapi  Program Peduli Guru memberikan apresiasi kepada mereka sehingga meningkatkan motivasi mengajar.
Activity Testing Of Katuk Leaf Ethyl Acetate Fraction Gel Preparation (Sauropus Androgynus (L.) Merr.) On Healing Wistar Strain White Rat Burns Mintarti; Juvita Herdianty
Strada Journal of Pharmacy Vol. 5 No. 2 (2023): October
Publisher : Universitas STRADA Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30994/sjp.v5i2.98

Abstract

Burns are a condition of loss or damage to skin tissue due to contact between the skin and a heat source. The ethyl acetate fraction of katuk leaves (Sauropus Androgynus (L.) Merr.) is known to be able to help accelerate the healing process of burns because it contains flavonoids, alkaloids, tannins and saponins. The purpose of this study was to analyze the effect of giving the ethyl acetate fraction of katuk leaves and to find out the best concentration of the fraction in healing burns. This study was a laboratory experimental study using the Post Test Control Only Group Design approach using 25 male white rats divided into 5 groups (each group consisted of 5 rats). The treatment groups were K+ (bioplacenton), K- (base), the ethyl acetate fraction of katuk leaves which consisted of several concentrations, namely F I (5%), F II (10%), F III (20%). The parameters observed were a decrease in the diameter of the burn wound and healing of the skin of the rats. Based on the results of observations of healing of burns, statistically showed a significant difference between groups with a p value <0.05. The best concentration in healing burns on the rat's back was a concentration of 20% with a healing percentage of 83.11%, followed by a concentration of 10% (66.71%), a concentration of 5% (56.00%). The healing activity of burns in the positive control with a healing percentage of 82.35%. So the best burn healing activity was in the ethyl acetate fraction of katuk leaves with a concentration of 20% with a healing percentage of 83.11%.
Pendidikan dalam Perspektif Orang Miskin pada Film Stip dan Pensil (2017) Kustiarini, Ratna; Mintarti; Wardiyono, FX
Arus Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 5 No 2: Agustus (2025)
Publisher : Arden Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57250/ajsh.v5i2.1486

Abstract

Isu kemiskinan dan pendidikan sering diangkat dalam film-film yang membahas mengenai permasalahan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perspektif orang miskin terhadap pendidikan dalam film Stip dan Pensil (2017). Film Stip dan Pensil (2017) disutradarai oleh Ardy Octaviand dan menceritakan upaya anak-anak SMA yang berusaha membantu pendidikan anak-anak jalanan di perkampungan kumuh. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik semiotika Roland Barthes. Analisis dilakukan pada tiga tingkat. Pertama, denotatif yang melihat makna tanda dengan apa adanya dan bersifat eksplisit. Kedua, konotatif yaitu tanda akan dimaknai secara lebih mendalam sehingga memunculkan makna yang bersifat tidak pasti. Ketiga, mitos yang terbentuk melalui hubungan makna tanda konotatif dengan hal-hal yang dianggap benar dalam masyarakat. Artikel ini menganalisis tiga scene dari 15 scene yang sesuai dengan tema penelitian. Scene dipilih berdasarkan fokus penelitian yaitu tentang perspektif orang miskin terhadap pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pandang orang miskin terhadap pendidikan merupakan hasil dari pengalaman sosial dan kebiasaan yang telah dijalani sejak lama dan berulang-ulang. Perspektif orang miskin terhadap pendidikan yang tergambar dalam film ini yaitu negatif. Hal ini didasarkan pada kondisi aspek ekonomi orang miskin yang menjadikan uang sebagai patokan dalam melakukan segala hal, aspek sosial budaya yaitu kebiasaan belajar yang tidak dianggap penting, dan aspek struktural yaitu lingkungan pemukiman yang tidak mendukung akses pendidikan. Penelitian ini merekomendasikan kajian lebih lanjut tentang peran pendidikan dalam mengubah cara pandang orang miskin terhadap pentingnya pendidikan itu sendiri.
Kontroversi Pemakaian Turban sebagai Jilbab di kalangan Mahasiswa Indrisetiawati, Dwi; Puspitasari, Elis; Mintarti
Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development Vol 5 No 2 (2023): Juli-Desember 2023
Publisher : Asosiasi Profesi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia (AP3SI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52483/ijsed.v5i2.149

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menggali isu kontroversi pemakaian turban sebagai jilbab di kalangan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Informan penelitian melibatkan 4 mahasiswa pengguna turban, 3 mahasiswa bukan pengguna turban dan 3 mahasiswa yang terlibat dalam organisasi keagamaan Islam. Data diklasifikasikan sesuai dengan fokus yang diambil. Selanjutnya data dianalisis melalui tahap sajian data berupa restatement kutipan hasil wawancara. Setelah melalui proses reduksi dan interpretasi, kemudian ditarik kesimpulan sementara sampai diperoleh kesimpulan akhir dalam proses yang bersifat on going. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Bentuk kontroversi pemakaian turban di kalangan mahasiswa termanifestasi melalui reaksi yang diwujudkan dalam ekspresi terkejut dan reaksi emosional, munculnya komentar positif dan negatif, serta penolakan terhadap pemakaian turban. (2) Alasan terjadinya kontroversi pemakaian turban karena terdapat perbedaan cara pandang terhadap turban sebagai jilbab, yang ditandai dengan dukungan hingga penolakan. (3) Terdapat beberapa implikasi dari pemakaian turban sebagai jilbab, diantaranya; turban menjadi perbincangan dan melahirkan penilaian bahwa turban bukan sebuah jilbab; mahasiswa pengguna turban menjadi sorotan negatif, mendapatkan komentar kurang menyenangkan serta menjadi topik pembicaraan; dan pemakaian turban membawa perubahan dalam interaksi sosial mahasiswa pengguna turban.
POLA INTERAKSI ANTARA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DENGAN NON ABK DI LINGKUNGAN SEKOLAH (STUDI DI SDN 1 TANJUNG, PURWOKERTO SELATAN) Dewi, Vania Puspita; Mintarti; Agung Kurniawan
Qalam : Jurnal Ilmu Kependidikan Vol. 13 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33506/jq.v13i1.3416

Abstract

Abstrak Interaksi merupakan aktivitas sosial yang terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya pada dunia pendidikan khususnya di lingkungan sekolah, baik yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengenetahui mengenai interaksi yang terjadi antara siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan siswa non-ABK (siswa normal) serta menggambarkan bentuk interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekolah inklusi. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian yaitu siswa ABK dan siswa non-ABK. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi dalam dua pola yaitu asosiatif dan disosiatif. ABK mampu melakukan interaksi dengan siswa non-ABK meskipun interaksi yang dilakukan terbatas.
Gender-Responsive School Development in the Implementation of Kurikulum Merdeka (Independent Curriculum): A Case Study of SMA Negeri 7 Purworejo Husna, Nur Sallama; Mintarti; Tri Wuryaningsih
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol. 20 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/yinyang.v20i1.14488

Abstract

This study aims to analyze the efforts of school in developing gender-responsive schools, the indicators of gender-responsive schools, and the challenges encountered in implementing the Independent Curriculum. The background of this study lies in the urgency of gender-responsive education to fulfill the needs of each gender fairly and equally in the field of education. The study employed a descriptive qualitative research method. The informants included school principals; vice principals for curriculum, facilities and infrastructure, student affairs, and public relations; teachers; and students, who were selected using purposive sampling. Data were collected through interviews, observation, and documentation. The validity of the data was ensured through triangulation of sources, techniques, and time. Data analysis was carried out using the interactive model proposed by Miles, Huberman, and Saldana. The findings show that several efforts made by school to build gender-responsive schools within the framework of the Independent Curriculum. These include implementing differentiated learning, strengthening the capacity of teachers and staff, developing gender-sensitive P5 programs, integrating gender perspectives into teaching modules, and establishing TPPKS. Indicators of gender-responsive schools in the context of the Independent Curriculum can be observed through the standards of graduation, content, teaching and learning processes, teachers and educational staff, facilities and infrastructure, school management, financing, assessment, students, and community participation. The challenges in implementing the Independent Curriculum include limited time, diverse assessment formats, and the lack of offline training programs.