Tradisi perayaan Lebaran memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan mental dan sosial masyarakat Desa Dungun Laut, Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana praktik sosial, nilai kekeluargaan, serta interaksi komunitas selama perayaan Lebaran berkontribusi terhadap pembentukan kesejahteraan individu dan kolektif masyarakat. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap empat informan dengan latar sosial dan usia yang berbeda, mencakup tokoh masyarakat, ibu rumah tangga, remaja, dan anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lebaran berfungsi sebagai ruang sosial yang memperkuat ikatan kekeluargaan, solidaritas sosial, dan regulasi emosi positif, yang berdampak pada meningkatnya perasaan bahagia, rasa syukur, dan keterhubungan sosial antarwarga. Selain itu, dukungan sosial dari lingkungan keluarga dan komunitas berperan penting dalam menjaga resiliensi psikologis masyarakat pasca-Ramadan. Temuan ini memperkuat teori social integration Durkheim serta konsep resilience Masten yang menekankan pentingnya keterikatan sosial dalam membangun kesejahteraan mental. Penelitian ini merekomendasikan penguatan pendidikan karakter berbasis nilai lokal dan kegiatan komunitas sebagai strategi berkelanjutan untuk menjaga kesejahteraan sosial masyarakat pedesaan. The Lebaran celebration tradition has a significant impact on the mental and social well-being of the community in Dungun Laut Village, Jawai District, Sambas Regency. This study aims to analyze how social practices, family values, and community interactions during the Lebaran festivities contribute to both individual and collective well-being. Using a descriptive qualitative approach, data were collected through in-depth interviews and observations involving four informants representing different social backgrounds and age groups, including a community leader, a housewife, an adolescent, and a school-aged child. The findings reveal that Lebaran serves as a social space that strengthens family bonds, social solidarity, and positive emotional regulation, leading to increased happiness, gratitude, and social connectedness among community members. Moreover, emotional and social support from families and the surrounding community play a crucial role in maintaining psychological resilience after the fasting month. These findings reinforce Durkheim’s (1897) social integration theory and Masten’s (2014) concept of resilience, emphasizing the importance of social attachment in fostering mental well-being. The study recommends promoting local value-based character education and community engagement programs as sustainable strategies to enhance rural social welfare.