Fau, Astria Gempita
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Fallen Leaders dan Mereduksi Celebrity Pastor Culture dalam Perspektif Etis Teologi Fau, Astria Gempita; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 7, No 2 (2025): Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) - Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v7i2.403

Abstract

The crisis of spiritual leadership marked by the moral downfall of church leaders (fallen leaders) poses a serious challenge to the spiritual integrity of the church today. This phenomenon does not stand alone but often stems from a culture of celebrity worship within church ministry that prioritises popularity over holiness. The culture of celebrity pastors has shifted the focus of ministry from Christ to the leader themselves, leading to abuse of authority, spiritual narcissism, and manipulation of the congregation. This phenomenon indicates a paradigm shift in leadership that no longer is based on Christian ethics and the spirituality of the cross. The purpose of this study is to critically examine how theological ethical perspectives can respond to and reduce the culture of celebrity in church leadership. Using a qualitative method with a literature review approach, it can be concluded that Christ-centred Leadership Theology is the antithesis of the culture of popularity that dominates current church leadership models. In this context, the culture of celebrity pastors creates an identity crisis for church leaders that can only be addressed through theological ethics and the integrity of theological education that reshapes leadership rooted in the spirituality of the cross.AbstrakKrisis kepemimpinan rohani yang ditandai oleh kejatuhan moral para pemimpin gereja (fallen leaders) merupakan tantangan serius bagi integritas spiritual gereja masa kini. Fenomena ini tidak berdiri sendiri, tetapi sering kali berakar pada budaya selebritisasi dalam pelayanan gereja yang mengagungkan popularitas lebih dari kekudusan. Budaya celebrity pastor telah menggeser orientasi pelayanan dari Kristus kepada diri pemimpin itu sendiri, yang berujung pada penyalahgunaan otoritas, narsisme spiritual, dan manipulasi jemaat. Fenomena ini mengindikasikan adanya pergeseran paradigma kepemimpinan yang tidak lagi berbasis pada etika Kristiani dan spiritualitas salib. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara kritis bagaimana perspektif etis teologi dapat merespons dan mereduksi budaya selebritisasi dalam kepemimpinan gereja. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa Teologi Kepemimpinan Kristus merupakan antitesis terhadap budaya popularitas yang mendominasi model kepemimpinan gereja masa kini. Dalam konteks ini, budaya pastor selebriti menciptakan krisis identitas pemimpin gereja yang hanya dapat dijawab melalui etika teologis dan integritas pendidikan teologi yang membentuk ulang kepemimpinan yang berakar pada spiritualitas salib.
Perintisan Gereja Melalui Kontektualisasi Pemberitaan Injil Pada Suku Nias Sirait, Junio Richson; Harefa, Kristin; Fau, Astria Gempita
APOSTOLOS Vol 4 No 1 (2024): May
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52960/a.v4i1.218

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perintisan Gereja melalui kontektualisasi pemberitaan Injil pada suku Nias. Suku Nias adalah kelompok etnis yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang unik di Indonesia. Pada konteks ini, Gereja dan misionaris dalam menghadapi tantangan pemberitaan Injil secara relevan dan efektif kepada suku Nias. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi partisipatif, dan analisis konten pemberitaan Injil yang telah diadopsi dalam konteks suku Nias. Hasil penelitian menemukan bahwa Kontektualisasi dilakukan dengan menggabungkan elemen-elemen kebudayaan suku Nias dalam pemberitaan Injil, seperti menggunakan simbol-simbol lokal, bahasa yang akrab, dan memperhatikan konteks adat istiadat. Hal ini memungkinkan pesan Injil untuk diterima secara lebih baik oleh suku Nias dan meningkatkan efektivitas komunikasi antara gereja dan masyarakat. Penelitian ini memberikan kontribusi besar dalam pemahaman tentang perintisan Gereja melalui kontektualisasi pemberitaan Injil pada suku Nias. Temuan ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi Gereja dan misionaris yang bekerja di suku Nias untuk mengembangkan strategi pemberitaan yang lebih kontekstual dan relevan.