Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pendidikan Kristen Berbasis Alkitabiah: Membangun Fondasi Iman dan spiritualitas Terhadap Generasi Era Digital Ondang, Anastasia Gabrielle; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 6, No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen - Agustus 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v6i2.281

Abstract

Christian education today faces many new challenges in developing a solid foundation of faith and spirituality in the generation in the digital age. This research article explores an approach that is based on Biblical values in shaping faith and spirituality in the context of modern technology. context of modern technology. Through descriptive qualitative methods and theological analysis in the literature review, the researcher highlights the importance of the importance of integrating Biblical principles in Christian education in order to reach and shape a digitally connected generation. And the conclusion in this study provides an understanding of the importance of the challenges and opportunities of the Digital Age in Christian Education. The Digital Age in Christian Education can be used as an opportunity to apply Biblical Principles in the Digital Context. Biblical Principles in the Digital Context, so that the church can actualize the Role of Church and Family in Christian Education. actualize the Role of the Church and Family in Digital Education that strengthen the foundation of faith and spirituality amidst the flow of information and moral challenges posed by the digital era. moral challenges posed by the digital age. Thus, this article thus provides a holistic and relevant view for Christian education practitioners in facing the dynamics of the evolving times. in facing the dynamics of an ever-evolving age.AbstrakPendidikan Kristen saat ini menghadapi banyak tantangan baru dalam mengembangkan fondasi iman dan spiritualitas yang kokoh pada generasi di era digital. Artikel penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pendekatan yang berbasis nilai-nilai Alkitabiah dalam membentuk iman dan spiritualitas dalam konteks teknologi modern. Melalui metode kualitatif deskritif dan analisis teologis dalam kajian kepustakaan, peneliti menyoroti pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip Alkitabiah dalam pendidikan Kristen untuk menjangkau dan membentuk generasi yang terhubung secara digital. Dan kesimpulan dalam penelitian ini memberikan pemahaman akan pentingnya tantangan dan peluang Era Digital dalam Pendidikan Kristen yang dapat dijadikan kesempatan untuk menerapkan Prinsip-prinsip Alkitabiah dalam Konteks Digital, sehingga gereja dapat mengaktualisasi Peran Gereja dan Keluarga dalam Pendidikan Digital yang memperkuat fondasi iman dan spiritualitas di tengah arus informasi dan tantangan moral yang ditimbulkan oleh era digital. Dengan demikian, artikel ini memberikan pandangan yang holistik dan relevan bagi praktisi pendidikan Kristen dalam menghadapi dinamika zaman yang terus berkembang.
Urgensi Pendidikan Teologi Bagi Gembala Jemaat Dalam Menghadapi Era Postmodern Dandel, Fredrik; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 6, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen (Februari 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v6i1.259

Abstract

Di era postmodern saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sangat pesat. Tidak sedikit orang yang meskipun tidak menempuh pendidikan secara formal dalam bidang ilmu tertentu, menjadi cakap dalam menyampaikan, mendiskusikan bahkan mengajarkan hal tersebut kepada orang lain. Dalam bidang ilmu teologi, masyarakat awam menjadi paham tentang seluk beluk dunia teologi. Disatu sisi ancaman serius terhadap eksistensi iman Kristen melalui berbagai pengajaran yang menyesatkan menjadi sesuatu yang penting untuk disikapi. Hal tersebut menuntut keberadaan seorang gembala jemaat yang mampu memberi makanan rohani yang sehat dan berkualitas bagi semua anggota jemaat. Pendidikan teologi tidak dapat ditampik merupakan sesuatu yang sangat urgen dibutuhkan. Artikel ini membahas tentang urgensi pendidikan teologi yang berkontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh gembala jemaat selaku pemimpin rohani dalam menjawab tantangan era postmodern. Melalui kajian deskriptif dengan metode kepustakaan, disimpulkan : Era postmodern menuntut kualifikasi pendidikan teologi yang mumpuni dari seorang gembala jemaat, sehingga ia dapat menyesuaikan dengan keberadaan atau kebutuhan jemaat yang digembalakan; Manfaat penting pendidikan teologi dari seorang gembala jemaat memungkinkan ia dapat mengimbangi atau melebihi pengetahuan dari anggota jemaat yang digembalakan sehingga mengurangi kesenjangan yang terjadi dalam pelayanan, serta mampu memberi penguatan iman bagi jemaat yang dia gembalakan terutama dalam menghadapi ancaman pengajaran sesat; Pendidikan teologi yang diperoleh melalui pembelajaran secara formal akan menjadi lebih efektif ketika kita dengan penuh kerendahan hati berserah diri dalam tuntunan dan pengurapan kuasa Roh Kudus.
Implementasi Pemimpin Kristen Berhati Hamba Menurut Markus 5:21-43 Subagyo, Heru; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 2 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i2.41

Abstract

A leader is a person who gives orders to his followers. To lead means to walk in front, to show the way for followers to follow. This means that the leader is a figure who becomes an example or role model. The concept of Christian leadership is based on the leadership of Jesus. Jesus' leadership style was “servant leadership” and not being served. The purpose of this paper is to make the servant-hearted leadership style a role model for every Christian leader, the figure who becomes the servant-hearted leader is Jairus.This research uses a descriptive literature method, which is to learn about servant-hearted leaders according to Mark 5:21-43. The conclusions that can be conveyed are, first, servant-hearted leadership becomes the lifestyle of every Christian leader. Second, Christian leaders can impart their exemplary ministry style so that it has an impact on the character of the congregation or other God's ministries. Third, it can encourage the emergence of new leaders who have a servant's heart.Pemimpin, adalah orang yang memberi perintah kepada pengikutnya. Memimpin berarti berjalan di depan, menunjukkan jalan agar pengikutnya mengikutnya. Ini artinya pemimpin adalah figur yang menjadi contoh atau teladan. Konsep kepemimpinan kristen berdasar pada kepemimpinan Yesus. Gaya kepemimpinan Yesus adalah “kepemimpinan yang melayani” dan bukan dilayani. Tujuan karya tulis ini agar gaya kepemimpinan berhati hamba menjadi panutan  bagi setiap pemimpin Kristen, tokoh yang menjadi figur pemimpin berhati hamba adalah Yairus.Penelitian ini menggunakan metode diskritif literatur, yaitu mempelajari tentang Pemimpin yang berhati hamba menurut Markus 5:21-43 Kesimpulan yang dapat disampaikan, pertama, kepemimpinan berhati hamba menjadi gaya hidup setiap pemimpin Kristen. Kedua, para pemimpin Kristen dapat mengimpartasikan teladan gaya pelayanannya sehinga berdampak pada karakter jemaat atau pelayanan Tuhan lainnya. Ketiga, dapat mendorong munculnya  pemimpin-pemimpin baru yang memiliki hati hamba.
Memetakan Tantangan Kepemimpinan Kristen dalam Pembacaan Reflektif 2 Timotius 2:15-16 Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim; Arifianto, Yonatan Alex
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 6, No 1: Agustus 2023
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v6i1.192

Abstract

Churches and service organizations today experience many obstacles and problems related to leaders or leadership patterns. The problem is not only about immature leadership but also that a leader's personality is degraded, as happened in the upheaval and immorality among church leaders. Individuals with cases of infidelity or immoral acts are damaging the phenomenon of Christian leadership. Therefore, this writing aims to understand Christian leadership patterns based on 2 Timothy 2:15-16. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the actualization of Christian leaders can be put forward several qualifications and patterns of leadership in the theological studies of 2 Timothy 2:15-16, including leaders who are worthy of God, who have the traits of leaders who work hard and do not embarrassed because of his work. So, the leader has integrity by telling the truth and has the dedication of a leader who avoids empty talk. Abstrak Gereja dan organisasi pelayanan dewasa ini mengalami banyak kendala dan persoalan terkait pemimpin atau pola kepemimpinan. Persoalan tersebut bukan saja tentang kepemimpinan yang tidak matang namun pribadi seorang pemimpin mengalami degradasi seperti yang terjadi fenomena tentang kegaduhan dan asusila para pemimpin gereja. Fenomena tentang kepemimpinan Kristen dirusak oleh oknum dengan kasus perselingkuhan maupun tindakan asusila. Oleh karena itu tujuan penulisan ini memberikan pemahaman berdasarkan pola kepemimpinan Kristen berdasarkan 2 Timotius 2:15-16. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literatur maka dapat disimpulkan bahwa Aktualisasi Pemimpin Kristen dapat dikemukakan beberapa kualifikasi dan pola kepemimpinan dalam kajian teologis 2 Timotius 2:15-16 antara lain: Pemimpin yang dilayakkan oleh Allah, yang memiliki tabiat pemimpin yang pekerja keras dan tidak malu karena pekerjaannya. Sehingga pemimpin tersebut berintegritas dengan berkata benar dan memiliki dedikasi pemimpin yang menghindari omongan kosong.
Aktualisasi Pemimpin Gereja menjaga Moral dan Integritas Umat dalam Menghadapi Tahun Politik Arifianto, Yonatan Alex; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Jurnal Salvation Vol. 4 No. 1 (2023): Juli 2023
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56175/salvation.v4i1.27

Abstract

Abstract: Political years often bring problems and can also bring about internal church conflicts as well as horizontal conflicts between people. However, this is a challenge for society and also for the country, because it is related to sensitive political issues, diseases of democracy, and even the politics of dishonesty involving pastors and Christianity regarding choice and support. Therefore the lack of political education for Christianity can exacerbate the political situation and undermine democracy. Therefore, church pastors or church leaders need to be vigilant and try to deal with these problems wisely and responsibly. So that the morality and integrity of the pastor in facing the political year can be an example for God's congregation. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the morality and integrity of church leaders in facing the first 2024 political year church leaders can understand the nature of morality and integrity for politics so they can understand how the political paradigm and its influence on the church. Of course this is a reflection of the Bible's teaching of morality and integrity towards church leadership to be on the right path and in accordance with the basics of Biblical truth. So as to bring up the movement which is the value of the actualization of church leaders in politics as maintaining morale and integrity Abstrak: Tahun politik seringkali membawa persoalan dan bisa juga mendatangkan konflik internal gereja maupun konflik horizontal antar sesama. Namun hal itu merupakan tantangan bagi masyarakat dan juga negara, sebab terkait dengan adanya isu-isu politik yang sensitif, penyakit demokrasi, bahkan politik uang dan politik ketidakjujuran yang melibatkan para pemimpin gereja dan kekristenan, terkait pilihan dan dukungan sering terjadi. Maka dari itu kurangnya pendidikan politik bagi kekristenan dapat memperburuk situasi politik dan merusak demokrasi. Oleh karena itu, gembala jemaat atau pemimpin gereja perlu waspada dan berupaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Supaya moralitas dan integritas gembala dalam menghadapi tahun politik dapat menjadi teladan bagi jemaat Tuhan. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature maka dapat disimpulkan bahwa moralitas dan integritas pemimpin gereja dalam menghadapi tahun politik 2024 pertama para pemimpin gereja dapat mengerti akan hakikat moralitas dan integritas bagi politik sehingga dapat memahami bagiamana paradigma politik dan pengaruhnya Bagi gereja. Tentunya hal itu menjadi reflektif pengajaran Alkitab moralitas dan integritas terhadap kepemimpinan gereja untuk berada dijalan yang benar dan sesuai dengan dasar kebenaran Alkitabiah. Sehingga memunculkan gerekan yang menjadi nilai akan aktualisasi pemimpin gereja dalam perpolitikan sebagai menjaga moral dan integitas.
Peran Gembala dalam mendidik Keuangan dalam Perspektif Etis teologis dan Moral terhadap Fenomena Pinjaman Online di Kalangan Jemaat Gereja Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim; Rahayu, Yohana Fajar
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 7, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - Februari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v7i1.347

Abstract

Fenomena pinjaman online atau pinjol di Indonesia semakin berkembang pesat, signifikan terutama di kalangan masyarakat yang mengalami kesulitan akses keuangan dan sumber daya. Di tengah situasi ini, banyak masyarakat yang terjerat dalam utang pinjaman online akibat perilaku konsumtif yang dipicu oleh kondisi ekonomi yang sulit, terutama setelah pandemi Covid-19. Hal ini menimbulkan tantangan bagi gereja, khususnya bagi para gembala, untuk memberikan bimbingan moral dan etis terkait pengelolaan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran gembala dalam mendidik jemaat mengenai etika keuangan Kristen yang sesuai nilai alkitabiah, serta bagaimana ajaran teologis dan moral dapat diterapkan dalam menghadapi fenomena pinjaman online. Menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature yang menganalisis literatur teologis mengenai etika keuangan Kristen, serta kebijakan gereja dalam mengelola masalah keuangan jemaat. Dapat disimpulkan bahwa gembala memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing jemaat agar memahami prinsip-prinsip etika Kristen dalam mengelola keuangan. Oleh karena itu jemaat dapat memahami hakikat dan fenonema pinjaman online serta keuangan Kristen  dalam bingkai alkitabiah dan moral. Hal ini menjadi bagian peran gembala dalam pendidikan etika keuangan dan implementasinya. Sehingga pendidikan etika ini dapat diaktualisasi oleh gembala dalam peran potensi  solusi bagi jemaat. Yang mana gembala harus aktif memberikan pendidikan keuangan yang berbasis moral Kristen, serta menyediakan solusi yang tepat agar jemaat tidak terjebak dalam praktek pinjaman online yang merugikan. terlebih gereja perlu mengintegrasikan ajaran etika keuangan dalam pembinaan jemaat untuk mencegah dampak negatif dari pinjaman online.
Membumikan Nilai dan Etika Politik Kristen dalam Teologi Titus 3:1-7 bagi Politikus Kristen Masa Kini Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim; Arifianto, Yonatan Alex; Indriana, Nining
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 5, No 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v5i2.323

Abstract

Many people of God feel reluctant or unwilling to discuss political ethics. Moreover, when Christians talk about politics, they will unilaterally stay away from it.  Because there is an assumption that Christianity should not be mixed with politics. Through this research, Christian politicians who are involved in politics can ground the values and ethics of Christian politics in the theology of Titus 3:1-7 for today's Christian politicians as a basis for building healthy political theological ethics. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that grounding Christian political values and ethics in the theology of Titus 3:1-7 for today's Christian politicians requires an understanding and paradigm that Christian politicians can know the nature of politics and its interests. They can even understand the church and political challenges. So that politicians who live with integrity have attitudes and principles that are in accordance with Christian political values and ethics. Of course, Christian politicians must submit to the government and the law, which is to bring obedience in doing good deeds, not slander, not quarrel and be able to live in obedience. Not going astray, not being a slave to lust, not living in wickedness, not living in malice and hatred and certainly being able to appreciate grace. AbstrakBanyak umat Tuhan yang merasa sungkan atau tidak mau untuk membahas etika politik. Apalagi adanya orang Kristen bila berbicara tentang politik maka secara sepihak akan menjauhi hal tersebut.  Karena adanya anggapan bahwa kekristenan tidak boleh dicampuradukan dengan politik. Melalui penelitian ini maka politikus Kristen yang terjun dalam percaturan politik dapat membumikan nilai dan etika politik Kristen dalam teologi Titus 3:1-7 bagi politikus Kristen masa kini sebagai dasar dalam membangun etika teologis politik yang sehat. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur maka dapat disimpulkan membumikan nilai dan etika politik Kristen dalam teologi Titus 3:1-7 bagi politikus Kristen masa kini, diperlukan pengertian dan paradigma bahwa politikus Kristen dapat mengetahui hakikat politik dan kepentingannya. Bahkan mereka dapat memahami gereja dan tantangan politik. Supaya politikus yang hidup berintegritas memiliki sikap dan prinsip yang sesuai dengan nilai dan etika politik Kristen. Tentunya politikus Kristen harus tunduk kepada pemerintah dan hukum, yang memang untuk membawa ketaatan dalam melakukan perbuatan baik, tidak memfitnah, tidak bertengkar dan dapat hidup dalam Ketaatan. Tidak Sesat, tidak menjadi budak hawa nafsu, tidak hidup dalam kejahatan, tidak hidup dalam kedengkian dan keji serta kebencian dan tentunya dapat menghargai kasih karunia.
Fallen Leaders dan Mereduksi Celebrity Pastor Culture dalam Perspektif Etis Teologi Fau, Astria Gempita; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 7, No 2 (2025): Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) - Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v7i2.403

Abstract

The crisis of spiritual leadership marked by the moral downfall of church leaders (fallen leaders) poses a serious challenge to the spiritual integrity of the church today. This phenomenon does not stand alone but often stems from a culture of celebrity worship within church ministry that prioritises popularity over holiness. The culture of celebrity pastors has shifted the focus of ministry from Christ to the leader themselves, leading to abuse of authority, spiritual narcissism, and manipulation of the congregation. This phenomenon indicates a paradigm shift in leadership that no longer is based on Christian ethics and the spirituality of the cross. The purpose of this study is to critically examine how theological ethical perspectives can respond to and reduce the culture of celebrity in church leadership. Using a qualitative method with a literature review approach, it can be concluded that Christ-centred Leadership Theology is the antithesis of the culture of popularity that dominates current church leadership models. In this context, the culture of celebrity pastors creates an identity crisis for church leaders that can only be addressed through theological ethics and the integrity of theological education that reshapes leadership rooted in the spirituality of the cross.AbstrakKrisis kepemimpinan rohani yang ditandai oleh kejatuhan moral para pemimpin gereja (fallen leaders) merupakan tantangan serius bagi integritas spiritual gereja masa kini. Fenomena ini tidak berdiri sendiri, tetapi sering kali berakar pada budaya selebritisasi dalam pelayanan gereja yang mengagungkan popularitas lebih dari kekudusan. Budaya celebrity pastor telah menggeser orientasi pelayanan dari Kristus kepada diri pemimpin itu sendiri, yang berujung pada penyalahgunaan otoritas, narsisme spiritual, dan manipulasi jemaat. Fenomena ini mengindikasikan adanya pergeseran paradigma kepemimpinan yang tidak lagi berbasis pada etika Kristiani dan spiritualitas salib. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara kritis bagaimana perspektif etis teologi dapat merespons dan mereduksi budaya selebritisasi dalam kepemimpinan gereja. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa Teologi Kepemimpinan Kristus merupakan antitesis terhadap budaya popularitas yang mendominasi model kepemimpinan gereja masa kini. Dalam konteks ini, budaya pastor selebriti menciptakan krisis identitas pemimpin gereja yang hanya dapat dijawab melalui etika teologis dan integritas pendidikan teologi yang membentuk ulang kepemimpinan yang berakar pada spiritualitas salib.
Model Pemerintahan Teokratis Dalam Perspektif Alkitab: Memahami Relevansinya Dalam Konteks Sosial Kontemporer Ajon, Antonius; Noviana, Noviana; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
Jurnal Lentera Nusantara Vol 3, No 1 (2023): Pendidikan Kristen dan Teologi - Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/jls.v3i1.247

Abstract

This study analyzes the model of theocratic governance in the biblical perspective and understands its relevance in the contemporary social context. Through a qualitative method with a hermeneutic approach, and an in-depth literature review, this study highlights the basic concept of theocratic governance according to the Bible, its implications and relevance in the contemporary social framework, the social, political, and religious impact of its application, and the challenges and opportunities associated with applying the principles of theocratic governance in a changing social context. An assessment of interpretive approaches to biblical texts was also conducted to understand our understanding of the principles of theocratic governance. The results of this study provide a comprehensive insight into the role of religion in societal governance and formulating policies that are compatible with the needs of modern society and relevant religious values.AbstrakPenelitian ini menganalisis model pemerintahan teokratis dalam perspektif Alkitab dan memahami relevansinya dalam konteks sosial kontemporer. Melalui metode kualitatif dengan   pendekatan hermeneutik, dan tinjauan literatur yang mendalam, penelitian ini menyoroti konsep dasar pemerintahan teokratis menurut Alkitab, implikasi dan relevansinya dalam kerangka sosial kontemporer, dampak sosial, politik, dan agama dari penerapannya, serta tantangan dan peluang yang terkait dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan teokratis dalam konteks sosial yang terus berubah. Penilaian terhadap pendekatan interpretatif terhadap teks Alkitab juga dilakukan untuk memahami pemahaman tentang prinsip-prinsip pemerintahan teokratis. Hasil penelitian ini memberikan wawasan yang komprehensif tentang peran agama dalam tata kelola masyarakat dan merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern dan nilai-nilai agama yang relevan.
Penggembalaan spiral: Memetakan tantangan penggembalaan di era posmodern melalui refleksi naratif perempuan Siro-Fenisia Purwoko, Paulus Sentot; Ngesthi, Yonathan Salmon Efrayim
KURIOS Vol. 9 No. 2: Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v9i2.240

Abstract

The practice of pastoral is required to be able to follow and respond to the dynamics of developments that have reached the postmodern era. There is a tendency in the postmodern era to present a post-truth reality, where many things are contrary to the values of the Christian faith. This study aims to descriptively stimulate pastoral needs in the postmodern era through identified challenges. This study uses descriptive-analysis methods and narrative analogies on the text Mark 7:24-30. The study results show a pattern of priorities in serving practices; This is analogous to the practice of grazing. By using the analogy of service that gives priority, spiral shepherding is an offer that needs to be actualized in Christian shepherding in the postmodern era. AbstrakDunia penggembalaan dituntut agar dapat mengikuti sekaligus merespons dinamika perkembangan zaman yang telah sampai pada era posmodern. Ada kecenderungan era posmodern menghadirkan realitas post-truth, di mana banyak hal yang bertentangan dengan nilai-nilai iman kristiani. Kajian ini bertujuan untuk menstimulasi secara deskriptif kebu-tuhan penggembalaan di era posmodern melalui tantangan yang diidenti-fikasi. Kajian ini menggunakan metode analisis-deskriptif dan analogi naratif pada teks Markus 7:24-30. Hasil kajian memperlihatkan adanya pola prioritas pada praktik melayani; hal ini yang dianalogikan pada praktik penggembalaan. Dengan menggunakan analogi pelayanan yang memberikan prioritas, maka penggembalaan spiral menjadi tawaran yang perlu diaktualisasikan dalam penggembalaan kristiani di era posmodern. Â