Atanggae, Putra Samudra
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

HUBUNGAN DETERMINAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) OLEH IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OEPOI TAHUN 2024 Limbu, Ribka; Romeo, Petrus; Marni, Marni; Atanggae, Putra Samudra
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.45761

Abstract

Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadi tantangan serius dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya di Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Program Keluarga Berencana (KB), khususnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), menjadi strategi penting dalam pengendalian populasi dan peningkatan kualitas kesehatan ibu dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara determinan sosial budaya dengan penggunaan AKDR oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Oepoi, Kota Kupang tahun 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu akseptor KB baru sebanyak 550 orang, dan sampel diambil menggunakan rumus Lemeshow. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur dan pendidikan ibu dengan penggunaan AKDR. Namun, tidak ditemukan hubungan signifikan antara pekerjaan, penghasilan keluarga, maupun kepercayaan terhadap mitos dengan penggunaan AKDR. Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya pendekatan berbasis pendidikan dan usia dalam promosi penggunaan AKDR, dengan tetap mempertimbangkan aspek budaya lokal dalam perencanaan program KB. Saran diperlukan edukasi yang lebih intensif mengenai manfaat dan keamanan AKDR perlu ditingkatkan, program KB disesuaikan dengan kelompok usia ibu, serta strategi komunikasi yang digunakan hendaknya melibatkan nilai budaya lokal. Selain itu, tenaga kesehatan perlu dilatih untuk menangani mitos secara bijak, dan keterlibatan tokoh masyarakat menjadi penting dalam memperluas jangkauan program.