Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

SEVERE ALCOHOLIC HEPATITIS IN AN INDONESIAN ADOLESCENT : A RARE AND PREVENTABLE CASE OF CHRONIC ETHANOL ABUSE Sukardi, Cindy Clarissa; Tarigan, Cristina
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48179

Abstract

Hepatitis alkoholik (HA) adalah kondisi inflamasi akut pada hati yang disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan dan berkepanjangan, yang umumnya terjadi pada orang dewasa. Kejadian HA pada remaja sangat jarang dan menimbulkan kekhawatiran yang signifikan dalam konteks klinis maupun kesehatan masyarakat. Kami melaporkan kasus seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun asal Indonesia dengan riwayat konsumsi alkohol secara rutin selama dua tahun terakhir, yang datang dengan keluhan nyeri perut kuadran kanan atas, ikterus, urine berwarna coklat seperti teh, kelelahan, dan demam ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan sklera ikterik dan nyeri tekan epigastrium. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan kadar transaminase serum (SGOT 458 U/L, SGPT 1282 U/L) dan hiperbilirubinemia (bilirubin total 10,47 mg/dL), dengan serologi hepatitis virus yang negatif. Pemeriksaan USG dan CT scan menunjukkan adanya asites dan efusi pleura bilateral tanpa adanya massa hati atau obstruksi bilier. Pasien mendapatkan terapi suportif berupa cairan intravena, antibiotik, agen pelindung lambung, dan terapi pendukung fungsi hati, dengan perbaikan klinis dan biokimia yang signifikan dalam waktu satu minggu.Kasus ini menyoroti pentingnya mengenali hepatitis alkoholik pada populasi remaja, terutama mereka yang memiliki riwayat konsumsi alkohol tersembunyi namun kronis. Identifikasi dini, perawatan multidisipliner, dan edukasi pencegahan terhadap bahaya alkohol sangat penting untuk mencegah komplikasi dan kekambuhan.
PENDEKATAN DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS : LAPORAN KASUS Hutagaol, Nia Maylani; Tarigan, Cristina
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.30578

Abstract

Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronik yang dikarakteristikan dengan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) yang akan menggantikan jaringan hati yang normal. Proses tersebut terjadi akibat kerusakan yang disebabkan oleh berbagai penyakit hati seperti infeksi virus kronik, penyakit liver alkoholik, dan fatty liver non-alkoholik. Sirosis hepatis adalah kondisi kompleks dan beragam yang memerlukan penatalaksanaan dan perawatan yang komprehensif. Diagnosa sedini mungkin sangat menentukan tatalaksana dan prognosis pasien sirosis hepatis. Pendekatan diagnosis sirosis hepatis meliputi anamesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pencitraan. Penatalaksaan sirosis hepatis melibatkan pendekatan komprehensif untuk mencegah terjadinya komplikasi, mengelola gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Terdapat skoring berupa Child Pugh Score untuk menilai tingkat kelangsungan hidup dan memprediksi kemungkinan berkembangnya komplikasi serta prognosis pasien sirosis hepatis dalam 1 tahun. Telah disajikan kasus sirosis hepatis dalam laporan kasus ini pada pasien berusia 69 tahun dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh yang memberat sejak 1 minggu terakhir disertai mual, muntah setiap kali makan, perut membesar dan bengkak pada kedua kaki. Pemeriksaan fisik didapatkan ikterik, perut distensi dan nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen serta edema pada kedua ekstremitas inferior. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperbilirubinemia, peningkatan fungsi hati, leukositosis, peningkatan INR, hipoalbuminemia dan hiponatremia serta HbSAg reaktif. Hasil USG abdomen hanya menunjukkan adanya peradangan pada gallbladder. Skoring child pugh sebesar 10 poin dimana menunjukkan tingkat kelangsungan hidup pasien dalam 1 tahun ~ 45%.
LAPORAN KASUS: CROHN’S DISEASE Ananda, Muh. Pramudya; Tarigan, Cristina
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 1 (2024): MARET 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i1.22220

Abstract

Crohn’s disease adalah inflamasi yang dapat mengenai sepanjang traktus gastrointestinal, dimulai dari mulut hingga anus, terjadi secara segmental dan dapat diselingi jaringan sehat diantaranya, ulserasi yang dalam (transmural), asimetris dan sering terjadi reaksi granulomatosa. Sampai saat ini etiologinya belum diketahui pasti. Manifestasi penyakit ini bervariasi tergantung kerusakan dari lokasi mukosa intestinal yang terkena. Crohn’s disease cenderung mempunyai puncak usia yang terkena pada usia muda (umur 25-30 tahun) dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara wanita dan laki-laki. Ilustrasi kasus terdapat seorang pasien laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan BAB cair disertai darah segar yang menetes sejak 1 minggu, keluhan diare berdarah disertai nyeri perut kram pada perut kanan bawah, demam tinggi, mual dan muntah serta timbul sariawan pada rongga mulut. Pasien juga memeiliki keluhan serupa 6 bulan sebelumnya dan dilakukan pemeriksaan kolonoskopi. Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kolonoskopi sebelumnya.Penatalaksanaan pada pasien ini dengan melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dan pemberian obat asam aminosalisilat (salofalk 500 mg), antibiotik dan transfusi darah. Hasil dari penatalaksanaan pada pasien yaitu adanya perbaikan klinis setelah pemberian terapi dan transfusi darah. Kesimpulan laporan kasus ini adalah Crohn’s disease merupakan kasus yang jarang terjadi sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar morbiditas dan mortalitas tidak meningkat.
Case Report: Multiple Liver Nodules Due to Type 2 Diabetes Mellitus in a 55-Year-Old Male Patient Oktavian, Billy; Tarigan, Cristina
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 4 No. 5 (2024): Journal Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/eduvest.v4i5.1262

Abstract

Hepatic cirrhosis is characterized by fibrosis and formation of liver nodules caused by chronic injury, causing changes in the normal lobular organization of the heart. Hepatic cirrhosis can occur in all genders and about two-thirds occurs in men and one part in women. Diabetic patients can experience insulin resistance, which can be the basis for the development of complications into liver cirrhosis. This case study describes a 55 year old male patient who was diagnosed with hepatic cirrhosis with diabetes mellitus and discussed the course of the disease to the therapy given to the patient. A 55 year old male patient came with complaints of shortness of breath that had been felt for 3 months before entering the hospital. Based on the history, physical examination and search, the patient was diagnosed with liver cirrhosis, multiple liver nodules, type 2 diabetes mellitus and pulmonary tuberculosis. Hepatic cirrhosis can be caused by various diseases, one of which is diabetes mellitus. Diabetes can progress to nonalcoholic fatty liver disease and eventually to cirrhosis and hepatocellular carcinoma. Insulin resistance syndrome is the main factor that can cause cirrhosis in diabetes patients. Early diagnosis, resistance and control of risk factors as well as appropriate treatment also play an important role in reducing the damage to the prognosis of patients with hepatic cirrhosis due to diabetes mellitus.
Case Report: Periodik Paralisis Hipokalemia Suangga, Greyta; Tarigan, Cristina
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i10.16569

Abstract

Periodik Paralisis Hipokalemia adalah kondisi medis yang jarang terjadi namun serius, yang ditandai dengan episode kelemahan otot yang berkala akibat rendahnya kadar kalium dalam darah. Kondisi ini seringkali muncul pada masa remaja atau dewasa muda dan dapat menyebabkan kelumpuhan sementara yang bervariasi dalam intensitas dan durasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala klinis, komplikasi, serta tata laksana pralisis periodik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan studi literatur. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dalam tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala klinis Paralisis Periodik meliputi kelemahan otot yang terutama terjadi pada pagi hari setelah istirahat, sering dimulai pada ekstremitas bawah dan dapat disertai dengan hipokalemia. Komplikasi yang dapat terjadi selama serangan kelemahan otot meliputi aritmia jantung, kelemahan otot yang berlangsung lama di antara serangan, serta miopati proksimal progresif. Penanganan Paralisis Periodik meliputi manajemen serangan akut, pencegahan serangan dengan menghindari pemicu yang diketahui, dan penggunaan obat-obatan seperti kalium atau acetazolamide.
Case Report: Artritis Gout Kronis Bertofus Jap, Aydhing Nathasya; Tarigan, Cristina
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i10.16571

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi strategi manajemen pengobatan pada pasien gout kronis dengan riwayat hiperurisemia, hipertensi, dislipidemia, TB paru, AKI, dan CHF, serta mempertimbangkan peran terapi penurun kadar asam urat dalam mengurangi gejala dan mencegah serangan akut. Metode penelitian dilakukan melalui studi kasus dengan pendekatan deskriptif analitik yang mengkaji kondisi klinis pasien, riwayat medis, dan respons terhadap berbagai intervensi terapeutik, termasuk penggunaan inhibitor xantin oksidase (alopurinol, febuxostat) dan urikosurik (probenecid). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengobatan menggunakan inhibitor xantin oksidase efektif dalam menurunkan kadar asam urat serum dan mencegah serangan gout akut, sementara terapi profilaksis tambahan diperlukan untuk meminimalkan peradangan sendi yang parah. Pemilihan terapi penurun kadar asam urat harus disesuaikan dengan kondisi komorbiditas pasien, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal dan kardiovaskular, di mana pemantauan ketat diperlukan untuk menghindari komplikasi. Pendekatan individualistik penting dalam pengelolaan gout kronis, dengan mempertimbangkan riwayat penyakit dan respons terhadap terapi, serta perlunya edukasi pasien mengenai perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko serangan di masa mendatang.