Tiga beban masalah gizi pada remaja di Indonesia adalah kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan anemia. Asupan makanan yang salah satunya didapat dari sarapan memengaruhi status gizi. Penelitian yang dilakukan di negara-negara Asia-Pasifik, seseorang yang melewatkan sarapan memiliki risiko kelebihan gizi meningkat sebanyak 75% dibanding seseorang yang rutin melakukan sarapan. Di Indonesia, sebanyak 44,6% remaja usia 11-19 tahun tidak melakukan sarapan. Sarapan yang optimal terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat, lauk, sayur atau buah dan memenuhi 15-30% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observasional analitik dan pendekatan case control serta teknik sampling menggunakan purposive sampling dan matching jenis kelamin dengan perbandingan 1:1 sehingga didapat 24 sampel pada masing-masing kelompok dengan total sampel sebanyak 48 sampel. Kuisioner frekuensi sarapan digunakan untuk mengetahui jumlah kejadian individu dalam mengonsumsi sarapan dalam satu minggu terakhir, IMT/U digunakan untuk mengukur status gizi, dan wawancara food recall 2x24 hours digunakan untuk menghitung jumlah rata-rata konsumsi sarapan dan jenis makanan. Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia didominasi 16 tahun. Ditemukan masih banyak remaja yang jarang sarapan dan kecukupan energi sarapan tidak sesuai. Hasil analisis bivariat terdapat hubungan frekuensi dan kecukupan energi sarapan dengan kelebihan gizi (nilai p masing-masing 0,020 dan 0,043 dan nilai OR masing-masing 7,857 dan 4,048). Kejadian kelebihan gizi berhubungan dengan frekuensi dan kecukupan energi sarapan.