Angka kematian ibu secara global masih tinggi, dengan 287.000 kasus tercatat pada tahun 2020. Sebagian besar disebabkan oleh komplikasi obstetri seperti perdarahan, infeksi, dan preeklampsia. SC merupakan prosedur yang semakin sering dilakukan untuk menangani persalinan berisiko tinggi, termasuk di Indonesia, yang mencapai 25,9% pada tahun 2023. Anestesi spinal menjadi pilihan utama karena efektif dan relatif aman, namun tetap memiliki risiko komplikasi, salah satunya TNS. TNS ditandai dengan nyeri sementara di punggung, gluteus, atau tungkai bawah pasca tindakan, yang dapat menghambat pemulihan dan kenyamanan ibu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kejadian TNS pada pasien pasca SC dengan anestesi spinal di RSUD Cilacap. Penelitian menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang. Sampel berjumlah 88 pasien, dipilih melalui consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui observasi dan kuesioner Numeric Rating Scale (NRS), lalu dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa 36,4% pasien mengalami TNS. Kejadian paling banyak ditemukan pada usia 26–40 tahun (75%), status ASA II (62,5%), tanpa riwayat operasi (68,8%), serta penggunaan bupivacaine (59,4%). Nyeri terbanyak berada pada kategori sedang-berat. TNS masih menjadi komplikasi yang cukup tinggi pada anestesi spinal pasca sectio caesarea. Faktor usia, status ASA, riwayat operasi, jenis anestesi lokal, dan jumlah tusukan turut berperan. Diperlukan peningkatan keterampilan teknis serta edukasi pasien untuk pencegahan dan penanganan TNS yang lebih optimal.