Abses leher dalam merupakan suatu infeksi yang melibatkan ruang potensial dan jaringan fasia di leher, ditandai oleh akumulasi nanah (pus). Infeksi ini dapat berasal dari berbagai sumber dan berkembang menjadi beberapa tipe, seperti abses peritonsil, retrofaring, parafaring, submandibular, hingga angina Ludwig, yang umumnya disertai gejala berupa nyeri tenggorokan, pembengkakan, dan keluhan lainnya. Kondisi ini memiliki potensi untuk berkembang dengan cepat dan menyebabkan komplikasi serius yang mengancam jiwa, serta memberikan dampak besar terhadap kesehatan karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sehingga membutuhkan penanganan segera dan tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien dan klasifikasi abses leher dalam di RSUD Waled selama periode 2022 hingga 2024. Penelitian menggunakan desain yang mencakup populasi, sampel, metode sampling, variabel yang diteliti, alat pengumpulan data, serta metode analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 63 pasien dengan abses leher dalam, di mana kelompok usia terbanyak adalah usia 19–59 tahun (71,4%) dan mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki (66,7%). Penyebab paling umum dari abses leher adalah infeksi gigi (96,8%). Berdasarkan lokasi anatomis, jenis abses yang paling sering terjadi adalah abses submandibula (58,7%), dengan gejala utama berupa nyeri tenggorokan yang ditemukan pada sebagian besar pasien (96,8%). Penanganan yang dilakukan terhadap pasien mencakup tindakan insisi pada seluruh kasus (100%), serta pemberian antibiotik, baik secara oral (41,3%) maupun injeksi (58,7%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pasien dengan abses leher dalam sebagian besar merupakan laki-laki usia produktif dengan penyebab utama berupa infeksi gigi, dan jenis abses yang paling sering ditemukan adalah abses submandibula yang ditandai dengan nyeri tenggorokan, dengan penanganan melalui insisi dan pemberian antibiotik.