Kecacingan merupakan kondisi kesehatan yang terjadi ketika organisme parasit berupa cacing masuk dan berkembang biak di dalam tubuh manusia sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan tertentu. Manusia menjadi tempat tinggal utama (hospes definitif) bagi berbagai jenis cacing dikarenakan ditemukannya telur dalam sampel tinja yang terinfeksi. Metode pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan mikroskopik metode natif (direct slide) dengan menggunakan pewarna Eosin 2%. Kulit buah naga termasuk dalam jenis pewarna alternatif yang mampu dimanfaatkan sebagai pewarna yang bersifat ramah lingkungan karna memiliki kandungan zat pigmen warna antosianin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas sediaan telur cacing STH dengan metode natif (direct slide) menggunakan pewarna ekstrak kulit buah naga dan Eosin 2% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini merupakan sampel feses yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang, sedangkan sampel penelitian ini yaitu sampel feses positif telur cacing STH yang dibuat 30 preparat dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Metode analisis data diuji dengan SPSS menggunakan uji normalitas dan uji Kruskal Wallis. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (1:1, 1:3, 1:5, 1:7, 1:9) dengan demikian pemberian ekstrak kulit buah naga pada masing-masing kelompok memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil penilaian. Disimpulkan bahwa kualitas ekstrak kulit buah naga dapat dijadikan pewarna alternatif Eosin 2%. Perbandingan 1:1 merupakan kualitas yang hampir mendekati pewarna Eosin 2%.