Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Nilai Tumor Marker CA 15-3 dan Kadar Leukosit Pada Penderita Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Jahidin, Wiwin; Irfani, Farida Noor; Widyantara, Aji Bagus
Jurnal Analis Kesehatan Vol. 13 No. 1 (2024): Jurnal Analis Kesehatan
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v13i1.4525

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati penggunaan CA 15-3 sebagai penanda tumor dalam memantau efektivitas pengobatan pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Data penelitian berupa data sekunder diperoleh 46 penderita yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel (100%) adalah perempuan, dengan 9 orang (19,6%) berusia dewasa, 26 orang (56,5%) pra-lansia, dan 11 orang (23,9%) lansia. Sebanyak 15 orang (32,6%) tidak memiliki riwayat keganasan kanker payudara dalam keluarga, sementara 31 orang (67,4%) memiliki riwayat  keganasan kanker payudara dalam keluarga. Hasil pemeriksaan CA 15-3 menunjukkan bahwa 40 orang (87%) memiliki nilai di bawah 25 U/mL, sedangkan 6 orang (13%) memiliki nilai di atas 25 U/mL. Sementara itu, dalam hal kadar leukosit, 36 orang (76,1%) mengalami leukopenia, 10 orang (21,7%) memiliki kadar normal, dan 1 orang (2,2%) mengalami peningkatan kadar. Uji chi-square untuk kedua parameter menunjukkan nilai p value masing-masing 0,858 dan 0,919 (p < 0,05), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan hasil pemeriksaan CA 15-3 dan leukosit pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
PENGARUH BERAT LAHIR DAN USIA GESTASI TERHADAP KADAR THYROID STIMULATING HORMONE (TSH) DAN FREE THYROXINE (FT4) PADA NEONATUS Rahayu, Eka Puji; Irfani, Farida Noor; Shafriani, Nazula Rahma
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34223

Abstract

Hipotiroid kongenital (HK) merupakan kondisi terjadinya penurunan atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapatkan sejak bayi baru lahir. Hipotiroid kongenital adalah salah satu penyebab keterbelakangan mental paling umum yang dapat dicegah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat lahir dan usia gestasi terhadap kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan Free Thyroxine  (FT4) pada neonatus. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode bulan Januari 2022 hingga Juni 2024. Total seluruh sampel yang masuk dalam kriteria penelitian sebanyak 31 neonatus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata TSH pada neonatus sebesar 12,85 uIU/mL dengan nilai minimal 0,18 dan maksimal 60,00. Rata-rata kadar FT4 pada neonatus sebesar 17,28 dengan nilai minimal 2,41 dan maksimal 27,30. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara berat lahir dan usia gestasi terhadap kadar TSH dengan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,5 33 >? (?=0,05) dan 0,603 > ? (?=0,05) dengan nilai r sebesar 0,014. Berat lahir dan usia gestasi juga tidak mempengaruhi kadar FT4 dengan nilai signifikansi berturut-turut yaitu 0,188 dan 0,952>? (?=0,05) dengan nilai r sebesar 0,098. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh berat lahir dan usia gestasi terhadap kadar TSH dan FT4 pada neonatus.
GAMBARAN KADAR LUTEINIZING HORMONE (LH), FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH), DAN ANTI-MULLERIAN HORMONE (AMH) PADA PASIEN INFERTILITAS mardliyah, Khairunnisa; Irfani, Farida Noor; Amalia, Arifiani Agustin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34228

Abstract

Infertilitas merupakan penyakit yang terdapat pada sistem reproduksi atau ketidakmampuan pasangan untuk medapatkan kehamilan setelah rutin melakukan hubungan seksual selama 12 bulan atau lebih tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Kejadian infertilitas di Indonesia terjadi sekitar 10 – 15 % atau sama dengan 4 – 6 juta pasangan dari 39,8 juta pasangan di usia subur. Penyebab infertilitas terbanyak didominasi oleh faktor istri (65%), faktor suami (20%), dan 15% sisanya disebabkan kondisi lain yang belum di ketahui (kemenkes, 2022).. Desain penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif observasional. Populasi adalah seluruh pasien infertilitas yang melakukan pemeriksaan kadar hormon LH, FSH, dan AMH di RS KIA Sadewa tahun 2023. Sampel berjumlah 191 responden dengan metode total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan data rekam medis yang lengkap. Penelitian ini menggunakan uji analisis data deskriptif dalam bentuk tabel dengan program statistik SPSS. Kelompok usia dengan prevalensi tertinggi yaitu 31 – 35 tahun yaitu 38,2 %. Kadar LH sebagian besar memiliki kadar rendah yaitu 56, 5%. Kadar FSH sebagian besar memiliki kadar tinggi yaitu 48,4 %. Kadar AMH memiliki kadar rendah yaitu 48,7%. Kelompok usia terbanyak adalah usia 31 – 35 tahun. Kadar hormon LH dan AMH terbanyak adalah kadar hormon LH dan AMH yang rendah. Kadar hormon FSH terbanyak adalah kadar hormon FSH yang tinggi.
GAMBARAN ANTI-STREPTOLISIN O DAN C-REACTIVE PROTEIN PENANDA INFEKSI STREPTOCOCCUS PADA ANAK USIA 3-15 TAHUN DI RSUD DR. Ir IWAN BOKINGS Kadir, Rini Nur’aini; Irfani, Farida Noor; Suryanto, Suryanto
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34356

Abstract

Penyakit yang disebut infeksi diakibatkan oleh masuk sekaligus berkembangnya mikroorganisme, yang termasuk kategori luas organisme mikroskopis mencakup satu ataupun lebih sel. Infeksi saluran pernapasan sebanyak 27% bakteri dimana salah satu bakterinya ialah Streptococcus ? Hemolyticus Grup A. Streptococcus ? Hemolyticus Grup A bisa ditularkan melalui tangan, ciuman, beserta droplet di udara. Seluruh umur bisa tertular infeksi bakteri ini, spesifiknya pada anak Di Indonesia, anak - anak menyumbang 18% dari kasus ini. Untuk mengetahui apakah sebelumnya pernah terinfeksi Streptococcus ? Hemolyticus Grup A dapat ditegakan berdasarkan anamnesa yaitu dengan melakukan tes serologi. Tes serologi untuk konfirmasi Infeksi Streptococcus ? Hemolyticus Group A (GAS) diterapkan memakai Anti Streptolisin O (ASTO) dan pemeriksaan penunjang sederhana yang bisa digunanakan selaku penyortiran apakah komplikasi tersebut diakibatkan oleh peradangan infeksi bakteri ataukah tidak diantaranya yaitu C-Reactive Protein (CRP). Tujuan penelitian ini yakni guna mengetahui gambaran pemeriksaan anti-streptolisin o (ASTO) dan C-Reactive Protein (CRP) sebagai penanda infeksi Streptococcus ? Hemolyticus pada pasien anak usia 3 – 15 tahun di RSUD DR. Ir Iwan Bokings. Penelitian ini berjenis deskriptif disertai pendekatan cross sectional. Penetapan sampel menerapkan Total sampling sebanyak 30 sampel pasien anak. Hasil penelitian dari total 30 sampel, terdapat 1 sampel (3,3%) yang menunjukkan hasil positif dengan kadar titer (ASTO) 1.600 IU/mL (1/8) dan hasil positif (CRP) dengan kadar titer 192 mg/dL (1/32) pada anak usia 15 tahun. dapat disimpulkan bahwa dari total 30 sampel ditemukan 1 sampel (3,3%) menunjukkan hasil positif menandakan bahwa anak – anak berpotensi terhadap penularan.
GAMBARAN KADAR PEMERIKSAAN THYROID STIMULATING HORMONE (TSH) DAN FREE THYROXINE (FT4) PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN TIROID DI RSUD BAGAS WARAS KLATEN Cut Tiara, Rizka; Irfani, Farida Noor; Bimantara, Arif
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34511

Abstract

Kelainan tiroid ialah sebuah kondisi dimana individu mengalami gangguan kelenjar tiroid, yang meliputi perubahan bentuk ataupun perubahan fungsi. Gangguan fungsi tiroid yakni sebuah kondisi yang mana produksi hormon tiroid menjadi tidak seimbang. Secara global dilaporkan individu yang mengalami kelainan tiroid sekitar 300 juta jiwa, gangguan tiroid dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan kadar TSH dan FT4. Penelitian ini memiliki tujuan guna melihat gambaran kelainan hormon tiroid berdasarkan jenis kelamin serta usia pada pasien dengan gangguan tiroid di RSUD Bagas Waras Klaten. Jenis penelitian yang dipergunakan yaitu deskriptif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan melakukan total sampling pada tahun 2023 yang berjumlah 42 responden dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif serta uji korelasi spearman’s rho. Dari hasil yang diperoleh, diperoleh bahwa gangguan tiroid lebih banyak terjadi pada perempuan (71,4%) daripada pada laki-laki (28,6%). Berdasarkan usia, gangguan tiroid lebih banyak ditemukan pada responden dengan usia 36-45 tahun (31,0%). Temuan menunjukan ada hubungan yang kuat antara kadar TSH serta FT4 pada pasien dengan gangguan tiroid. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis nilai sig 0,000 (p < 0,05) maknanya terdapat hubungan dari kedua variabel tersebut. Dari keseluruhan jumlah pasien yang memeriksakan TSH dan FT4 di RSUD Bagas Waras Klaten didapatkan bahwa pasien dengan hipertiroid lebih dominan dengan jenis kelamin perempuan dan rentan usia dari 36-63 tahun.
Analysis of The Presence of Pathogen Bacteria in Rectal Swab of Food Handler at The Yogyakarta Health and Calibration Laboratory: Analisis Keberadaan Bakteri Patogen pada Rectal Swab Penjamah Makanan di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Yogyakarta Ratna Kusumaningtyas; Dhiah Novalina; Irfani, Farida Noor
Medicra (Journal of Medical Laboratory Science/Technology) Vol. 7 No. 2 (2024): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/medicra.v7i2.1760

Abstract

Food handlers are workers who are responsible for handling food from preparation to serving. In accordance with the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 1096/MENKES/PER/VI/2011, food handlers must be checked periodically every six months by carrying out anal swabs to find out whether the food handler is free. of pathogenic bacteria and act as carriers or not. This study aims to find out whether food handlers who work at Food Management Places (TPM) in Yogyakarta act as careers or not through identifying pathogenic bacteria in rectal swab samples. The type of research used was descriptive qualitative with a cross-sectional approach by taking data at BLKK Yogyakarta from January to December 2023. The sample in this study amounted to 86 data using a purposive sampling technique based on inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed for frequency distribution and Chi-Square and Odds Ratio statistical tests were carried out. The results of the study showed that the examination was dominated by the TPM type, namely catering class B (hospital) as many as 4 (40,0%) applicants, the early adult age group (18-40 years) as many as 73 (84,9%) and gender men were 44 (51,2%) food handlers. The results of the rectal swab examination showed positive Escherichia coli bacteria (carrier) in 33 (38,4%) food handlers and there was a significant relationship between the results of the examination for pathogenic bacteria and TPM sanitation (p-value 0,023), but there was no significant relationship between results of examination of pathogenic bacteria with age (p-value 0,531) and gender (p-value 0,695).
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN VARIASI PENGENCERAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PENGGANTI EOSIN 2% Montoya, Pablo; Solikah, Monika Putri; Irfani, Farida Noor
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48077

Abstract

Kecacingan merupakan kondisi kesehatan yang terjadi ketika organisme parasit berupa cacing masuk dan berkembang biak di dalam tubuh manusia sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan tertentu. Manusia menjadi tempat tinggal utama (hospes definitif) bagi berbagai jenis cacing dikarenakan ditemukannya telur dalam sampel tinja yang terinfeksi. Metode pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan mikroskopik metode natif (direct slide) dengan menggunakan pewarna Eosin 2%. Kulit buah naga termasuk dalam jenis pewarna alternatif yang mampu dimanfaatkan sebagai pewarna yang bersifat ramah lingkungan karna memiliki kandungan zat pigmen warna antosianin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas sediaan telur cacing STH dengan metode natif (direct slide) menggunakan pewarna ekstrak kulit buah naga dan Eosin 2% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini merupakan sampel feses yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang, sedangkan sampel penelitian ini yaitu sampel feses positif telur cacing STH yang dibuat 30 preparat dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Metode analisis data diuji dengan SPSS menggunakan uji normalitas dan uji Kruskal Wallis. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (1:1, 1:3, 1:5, 1:7, 1:9) dengan demikian pemberian ekstrak kulit buah naga pada masing-masing kelompok memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil penilaian. Disimpulkan bahwa kualitas ekstrak kulit buah naga dapat dijadikan pewarna alternatif Eosin 2%. Perbandingan 1:1 merupakan kualitas yang hampir mendekati pewarna Eosin 2%.
IDENTIFIKASI KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA CUCI MOTOR DAN MOBIL DI KELURAHAN NOGOTIRTO KABUPATEN SLEMAN Qanitat, Asma'; Putri, Novita Eka; Irfani, Farida Noor
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49283

Abstract

Salah satu pekerjaan yang beresiko tinggi atas kejadian tinea pedis adalah pekerja di tempat cuci motor dan mobil. Berdasarkan observasi, tempat cuci motor dan mobil di Kelurahan Nogotirto, Kabupaten Sleman menunjukkan masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alas kaki saat bekerja dan tingkat paparan tinea pedis yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian Tinea pedis serta faktor-faktor yang berhubungan pada pekerja cuci motor dan mobil di Kelurahan Nogotirto, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 32 responden yang diambil secara purposive sampling sesuai kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan kerokan kulit jari kaki. Identifikasi jamur dilakukan dengan pemeriksaan KOH 10% dan kultur pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan kejadian Tinea pedis. Dari 32 responden, 21 orang menunjukkan gejala Tinea pedis, namun hanya 7 sampel yang terkonfirmasi positif Trichophyton sp. melalui kultur SDA. Selain itu, ditemukan juga jamur non-dermatofita seperti Candida sp., Aspergillus sp., Rhizopus sp., serta bakteri. Uji Chi-square memperlihatkan bahwa gejala klinis (pv=0,030) dan kebiasaan mencuci kaki sebelum dan setelah beraktivitas (pv=0,025) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian Tinea pedis. Sebaliknya, usia (pv=0,740), tingkat pendidikan (pv=0,188), durasi kerja (pv=0,454), lama bekerja (pv=0,669), kebiasaan mandi teratur (pv=0,055), dan penggunaan alas kaki (pv=0,805) tidak menunjukkan hubungan signifikan.
Gambaran Infertilitas Pada Wanita Berdasarkan Status Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) Rskia Sadewa Poha, Salzabilla; Irfani, Farida Noor; Bimantara, Arif
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 10 (2025): Volume 7 Nomor 10 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i10.22588

Abstract

ABSTRACT Infertility is a complex condition that can be caused by various factors, including imbalances in reproductive hormones such as Follicle-Stimulating Hormone (FSH) and Luteinizing Hormone (LH). To describe infertility in women based on FSH and LH hormone levels at RSKIA Sadewa. This study used a descriptive quantitative method with secondary data obtained from the medical records of infertile female patients at RSKIA Sadewa during the period of July 2024 to June 2025. Data were analyzed univariately and Chi-square using SPSS. Examinations for infertility were most commonly performed in women aged 26–35 years. Abnormal levels of FSH and LH were more frequently observed in age groups <25 years and >35 years. Chi-square test showed no significant association between age and FSH levels (p=0.371) or LH levels (p=0.377). There is no significant association between FSH and LH levels and age in infertile women. Infertility is multifactorial, influenced not only by hormonal levels but also by other factors beyond the reproductive hormonal system. Keywords: Infertility, FSH Hormone, LH Hormone, Female Reproduction  ABSTRAK Infertilitas merupakan permasalahan kompleks yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakseimbangan hormon reproduksi seperti Folliclestimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).Mengetahui gambaran infertilitas pada wanita berdasarkan kadar hormon FSH dan LH di RSKIA Sadewa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan data sekunder dari rekam medis pasien wanita infertil di RSKIA Sadewa periode Juli 2024–Juni 2025. Data dianalisis secara univariat dan uji Chi-square menggunakan SPSS.Pemeriksaan infertilitas paling banyak ditemukan pada wanita usia 26–35 tahun. Abnormalitas kadar FSH dan LH lebih sering terjadi pada kelompok usia <25 tahun dan >35 tahun. Uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara usia dengan kadar FSH (p=0,371) maupun LH (p=0,377). Tidak terdapat hubungan signifikan antara kadar FSH dan LH dengan usia pada wanita infertil. Infertilitas bersifat multifaktorial, tidak hanya dipengaruhi kadar hormon, tetapi juga faktor lain di luar sistem hormonal. Kata kunci: Infertilitas, Hormon FSH, Hormon LH, Reproduksi Wanita
Hubungan antara Kejadian HIV dengan Karakteristik Pasien di Salah Satu Puskesmas di Kabupaten Bantul, Yogyakarta Periode Tahun 2021 – 2023 Putria, Wina; Shafriani, Nazula Rahma; Irfani, Farida Noor
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit menular yang mengakibatkan penurunan kekebalan tubuh seseorang. Virus HIV termasuk dalam keluarga Retrovirus yang menyerang sel CD4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pemeriksaan HIV di salah satu Puskesmas di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, periode Tahun 2021 - 2023. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimen dengan jenis deskriptif observasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data pasien positif HIV di Kabupaten Bantul. Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 32 data pasien positif HIV yang ada di salah satu Puskesmas di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian berdasarkan usia pasien terbanyak diperoleh usia 20-45 tahun sebanyak 18 (56.2%) orang, dengan p-value 0.027 < a(0.05). Berdasarkan jenis kelamin didapatkan p-value 0.006 <a(0.05) dengan kasus HIV tertinggi yaitu pasien berjenis kelamin Perempuan sebanyak 20 (62.5%) orang. Berdasarkan pekerjaan pasien didapatkan p-value 0.044 < a(0.05) dan kasus HIV tertingi pada pasien dengan pekerjaan sebagai pekerja seks komersial (PSK) sebanyak 21 (65.6 %) orang. Berdasarkan riwayat seksualitas tertinggi yaitu heteroseksual sebanyak 28 (87.5%) orang. Berdasarkan infeksi oportunistik pasien diperoleh p-value 0.304 > a (0.05) dengan kasus HIV terbanyak yaitu pasien yang tidak mengalami infeksi oportunistik sebanyak 26 (81.2%) orang. Hasil disimpulkan bahwa adanya hubungan pada karakteristik pasien berdasarakan usia dengan keeratan hubungan sedang (0,471), jenis kelamin pasien dengan keeratan hubungan sedang (0,439) dan pekerjaan dengan keeratan hubungan rendah (0,336).