Cibodas Village in Pasirjambu District, ‘Bandung Regency’, has been designated a Pioneer Tourism Village since December 2022. Despite its abundant natural and cultural potential, the management of this tourism village remains suboptimal, particularly in terms of business planning and financial management. Based on the results of the first phase of community service visits by the Telkom University team, improvements to the previously developed Business Model Canvas (BMC) were identified. This second phase of community service aimed to provide further solutions for developing and updating the BMC through a participatory lecture approach, involving local stakeholders such as farmer groups, MSMEs, village officials, and tourism managers. The methods used included presentation materials, group discussions, BMC development simulations, and participant assessments. Results showed that participants were able to restructure the nine main elements of the BMC in a more realistic and relevant way to the village's conditions. Furthermore, this activity successfully raised public awareness of the importance of financial record-keeping and digital marketing strategies. The evaluation showed that over 70% of participants experienced an improved understanding of village tourism business planning. This activity contributes to building a more focused and sustainable community-based tourism business governance, and can be replicated in other pioneering tourism villages.ABSTRAKDesa Cibodas di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten ‘Bandung’, telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Rintisan sejak Desember 2022. Meskipun memiliki potensi alam dan budaya yang melimpah, pengelolaan desa wisata ini masih belum optimal, terutama dalam aspek perencanaan bisnis dan pengelolaan keuangan. Berdasarkan hasil kunjungan pengabdian tahap pertama oleh tim Universitas Telkom, ditemukan perlunya penyempurnaan Business Model Canvas (BMC) yang telah disusun sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian tahap kedua ini bertujuan untuk memberikan solusi lanjutan dalam penyusunan dan pemutakhiran BMC melalui pendekatan ceramah partisipatif, yang melibatkan stakeholder lokal seperti kelompok tani, pelaku UMKM, perangkat desa, dan pengelola wisata. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi material presentasi, diskusi kelompok, simulasi penyusunan BMC, serta evaluasi pemahaman peserta. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa peserta mampu menyusun ulang sembilan elemen utama BMC secara lebih realistis dan relevan dengan kondisi desa. Selain itu, kegiatan ini juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencatatan keuangan dan strategi pemasaran digital. Evaluasi menunjukkan bahwa lebih dari 70% peserta mengalami peningkatan pemahaman terhadap perencanaan usaha desa wisata. Secara keseluruhan, kegiatan ini memberikan kontribusi dalam membangun tata kelola usaha pariwisata berbasis komunitas yang lebih terarah dan berkelanjutan, serta dapat direplikasi di desa wisata rintisan lainnya.