Dalam dua tahun, Indonesia berencana untuk menambah 30 smelter nikel baru, untuk beberapa di antaranya khusus dirancang untuk menghasilkan nikel baterai. Lingkungan perairan akan menjadi sasaran milyaran ton limbah beracun yang akan di buang ke perairan, salah satu bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah adalah logam berat yang beracun. Adanya logam berat di perairan berbahaya baik secara langsung terhadap Kesehatan manusia, hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu sulit terurai, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan seperti biota air atau sedimen laut, bahan pencemar logam bila konsentrasi atau keberadaannya tidak terkontrol dapat meracuni biota air maupun manusia. Kualitas air laut yang dig unakan untuk biota laut dan aktivitas lain secara ideal harus memenuhi standar, baik secara fisik, kimia, dan biologi. Kualitas air laut yang meliputi faktor fisika, kimia, dan biologi perlu dimonitor secara kontinu untuk mengetahui kondisi suatu perairan. Pentingnya dilakukan monitoring karena pertumbuhan biota-biota di laut dipengaruhi oleh kondisi kualitas air laut. Setiap jenis biota laut memiliki sensitivitas terhadap parameter-parameter kualitas air laut tertentu. Sehingga, peneliti berinisiatif untuk menganalisis pencemaran logam yang terjadi di perairan sekitar kawasan industri Bantaeng, dengan menggunakan analisis kandungan unsur logam pada perairan tersebut. Untuk mengetahui konsentrasi dari logam tersebut kita menggunakan analisis Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Dari hasil analisis tersebut didapatkan unsur logam tembaga (Cu) yang melebihi standar baku mutu air laut, logam timbal (pb) melebihi standar baku mutu air laut, logam raksa (Hg) melebihi standar baku mutu air laut, dan untuk logam nikel (Ni) tidak memiliki standar baku mutu pada area Pelabuhan.