Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Kematangan Karir Remaja Akhir Septiadi, Mi'roz; Sukirno, Agus; Windi Oktara, Tri
SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling Vol. 10 No. 2 (2025): SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling
Publisher : Indonesian Counselor Association (IKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23916/086148011

Abstract

Remaja membutuhkan keyakinan pada kemampuan diri serta rasa kendali atas hidupnya supaya dapat membangun kematangan karir yang kokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh lingkungan sosial terhadap kematangan karir remaja akhir. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain ex post facto. Sebanyak 37 responden remaja akhir usia 18-21 tahun digunakan sebagai sampel yang ditentukan dengan total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan skala lingkungan sosial yang disusun berdasarkan indikator Dewantara (2021) dan skala kematangan karir dikembangkan berdasarkan teori Donald E. Super (1990) yang telah divalidasi serta dianalisis menggunakan uji regresi linear sederhana dengan bantuan perangkat lunak SPSS 30. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan sosial dan kematangan karir (p = 0,002 < 0,05). Secara deskriptif, lingkungan keluarga tergolong sedang (43,2%), lingkungan sekolah rendah (37,8%), dan lingkungan masyarakat sedang (37,8%). Temuan ini menegaskan bahwa meskipun keluarga menjadi faktor dominan, masih ada 78,4% varians kematangan karir yang dipengaruhi faktor lain di luar model penelitian. Implikasi penelitian ini menekankan pentingnya sinergi keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mendukung kesiapan karir remaja akhir.
PERAN POLA ASUH BERBASIS KEARIFAN LOKAL "RUMASA" DALAM MEMBENTUK RESILIENSI PADA REMAJA DI KOMUNITAS PEDESAAN SUNDA BANTEN Zidni Assalam, Mohamad; Septarinjani, Hernindya; Rahman Hidayat, Raihan; Windi Oktara, Tri
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i2.6068

Abstract

Adolescent development in the modern era faces complex challenges due to the friction between local cultural values and the currents of globalization. Amidst these challenges, local wisdom has the potential to be an essential foundation for mental health. This study focuses on "Rumasa," a noble value in Sundanese culture that emphasizes self-awareness, empathy, and humility.This study aims to explore and describe in-depth the role and manifestation of "Rumasa"-based parenting in the process of resilience formation among adolescents in a Sundanese rural community. This research employed a qualitative approach with an ethnographic case study design. The participants consisted of five Sundanese families (parents and adolescents aged 15–18) who were purposively selected from an agrarian village in Tasikmalaya Regency, West Java. Data were collected through in-depth interviews, participant observation over a three-month period, and analysis of related cultural documents. Data analysis was conducted using a thematic approach, which includes six stages: data familiarization, initial coding, theme searching, theme reviewing, theme naming, and reporting.The findings identified three main practices of "Rumasa" parenting: (1) ngajénan (teaching respect for oneself and others), (2) teu adigung (educating not to be arrogant and to be aware of one's limitations), and (3) ngaragap rasa (training sensitivity and empathy toward the feelings of others). These practices directly contribute to the development of adolescent resilience pillars such as emotional regulation, social competence, and realistic optimism. "Rumasa" functions as vital cultural capital in Sundanese parenting. This value is not only taught verbally but also internalized through daily practices, equipping adolescents with resilience to face life's challenges. This research affirms the importance of integrating local wisdom into developmental psychology studies in Indonesia. ABSTRAK Perkembangan remaja di era modern menghadapi tantangan yang kompleks akibat adanya gesekan antara nilai-nilai budaya lokal dengan arus globalisasi. Di tengah tantangan tersebut, kearifan lokal berpotensi menjadi landasan penting bagi kesehatan mental. Penelitian ini berfokus pada "Rumasa", sebuah nilai luhur dalam budaya Sunda yang menekankan kesadaran diri, empati, dan kerendahan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan secara mendalam peran dan manifestasi pola asuh berbasis "Rumasa" dalam proses pembentukan resiliensi pada remaja di masyarakat pedesaan Sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus etnografi. Partisipan terdiri dari lima keluarga Sunda (orang tua dan remaja berusia 15-18 tahun) yang dipilih secara purposive dari sebuah desa agraris di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan selama tiga bulan, dan analisis dokumen budaya terkait. Analisis data dilakukan dengan pendekatan tematik, yang mencakup enam tahap: familiarisasi data, pembuatan kode awal, pencarian tema, peninjauan tema, penamaan tema, dan pelaporan. Temuan penelitian mengidentifikasi tiga praktik utama pola asuh "Rumasa": (1) ngajénan (mengajarkan rasa hormat kepada diri sendiri dan orang lain), (2) teu adigung (mendidik untuk tidak sombong dan menyadari keterbatasan diri), dan (3) ngaragap rasa (melatih kepekaan dan empati terhadap perasaan orang lain). Praktik-praktik ini secara langsung berkontribusi pada pengembangan pilar-pilar ketahanan remaja, seperti regulasi emosi, kompetensi sosial, dan optimisme yang realistis. "Rumasa" berfungsi sebagai modal budaya yang vital dalam pola asuh orang Sunda. Nilai ini tidak hanya diajarkan secara lisan tetapi juga diinternalisasi melalui praktik sehari-hari, membekali remaja dengan ketahanan untuk menghadapi tantangan hidup. Penelitian ini menegaskan pentingnya mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam studi psikologi perkembangan di Indonesia.
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN Wahyuningsih, Viandini; Nabila Wibowo , Chairunnisa; Juwita, Melly; Windi Oktara, Tri
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i2.6374

Abstract

Learning evaluation is an essential component of education; however, current practices are still dominated by conventional summative approaches, with limited use of formative, project-based, character-based, and technology-integrated evaluations. This gap indicates a lack of holistic, continuous, and adaptive assessment aligned with 21st-century competencies, particularly in Indonesian primary and lower secondary education. Such conditions require improved evaluation strategies in the Society 5.0 era to ensure more effective and relevant learning. This study employed a library research approach, reviewing 35 articles that met the inclusion criteria—empirical studies or conceptual papers on learning evaluation at the primary and lower secondary levels, published between 2010 and 2024, in Indonesian or English, and sourced from accredited national and international journals. The analysis covered formative, summative, and non-test evaluations (observation, questionnaires, and interviews) using thematic synthesis. The findings reveal that 75% of the articles emphasized summative evaluation, 30% highlighted the implementation of continuous formative assessment, 67% supported project-based evaluation, 60% addressed character-based evaluation, and only 25% discussed the integration of technology in assessment. These results indicate the need for a shift from summative dominance toward integrating formative, project-based, and technology-enhanced evaluation to address instructional weaknesses and optimize curriculum development. Objective, reliable, valid, and continuous evaluation has significant potential to enhance the quality of education and its relevance to future challenges. ABSTRAK Evaluasi pembelajaran merupakan komponen esensial dalam pendidikan, namun praktik di lapangan masih didominasi pendekatan sumatif konvensional dengan penerapan formatif, berbasis proyek, karakter, dan teknologi yang terbatas. Kesenjangan ini menunjukkan minimnya integrasi evaluasi yang holistik, berkelanjutan, dan adaptif terhadap kompetensi abad ke-21, khususnya pada jenjang SD SMP di Indonesia. Kondisi ini menuntut perbaikan strategi evaluasi di era Society 5.0 agar pembelajaran lebih efektif dan relevan. Penelitian ini merupakan library research terhadap 35 artikel yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu penelitian empiris atau kajian konseptual tentang evaluasi pembelajaran SD SMP, terbit antara 2010 - 2024, berbahasa Indonesia/Inggris, dan berasal dari jurnal nasional maupun internasional terakreditasi. Analisis mencakup evaluasi formatif, sumatif, dan non-tes (observasi, angket, wawancara) dengan sintesis tematik. Sebanyak 75% artikel menekankan evaluasi sumatif, 30% menggarisbawahi penerapan formatif berkelanjutan, 67% mendukung evaluasi berbasis proyek, 60% mengulas evaluasi berbasis karakter, dan hanya 25% membahas integrasi teknologi evaluasi. Temuan mengindikasikan perlunya pergeseran dari dominasi sumatif menuju integrasi formatif, proyek, dan teknologi, guna memperbaiki kelemahan instruksional dan mengoptimalkan pengembangan kurikulum. Evaluasi yang objektif, reliabel, valid, dan berkesinambungan berpotensi signifikan meningkatkan kualitas pendidikan dan relevansinya terhadap tantangan masa depan.