Obert, Hendra August
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peran terapi komplementer, budaya, dan edukasi dalam penatalaksanaan kanker payudara: Sebuah tinjauan literatur Obert, Hendra August; Uly, Nilawati; Alim, Andi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 6 (2025): Volume 19 Nomor 6
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i6.1198

Abstract

Background: Breast cancer is one of the leading causes of cancer-related deaths among women, especially in developing countries such as Indonesia. Its management is not solely dependent on medical interventions but is also influenced by cultural, psychosocial factors, and patient preferences for non-conventional therapies. Purpose: To examine the role of complementary therapies, culture, and education in the management of breast cancer. Method: A literature review approach was employed using a narrative systematic review. The data sources consisted of scientific articles published in nationally accredited journals, specifically those ranked 2 to 5 in the Science and Technology Index (SINTA). The articles were purposively selected based on their relevance to the study’s focus: the use of complementary and alternative medicine (CAM) in breast cancer patients, the influence of culture on health-seeking behavior and decision-making, and the effectiveness of community education interventions in enhancing knowledge and awareness of breast cancer. Results: CAM such as the use of herbal remedies, spiritual practices, yoga, and massage, has positive potential in improving the quality of life of breast cancer patients, particularly in physical and emotional aspects. Nevertheless, the application of CAM should be carried out cautiously and in integration with conventional medical treatment to avoid the risk of negative interactions. On the other hand, cultural aspects including beliefs in traditional medicine, stigma surrounding cancer, and the dominance of family decision making have been shown to be significant barriers to healthcare access and acceptance. Conclusion: Complementary therapies, cultural factors, and education significantly influence the management of breast cancer. The use of CAM can improve patients’ quality of life, while culture and education affect treatment-seeking behaviors and the success of early detection efforts. Suggestion: A holistic approach that integrates medical, cultural, and educational aspects is essential in breast cancer management to achieve more comprehensive health outcomes.   Keywords: Culture; Breast Cancer; Complementary Therapy; Early Detection; Education.   Pendahuluan: Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di kalangan perempuan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penatalaksanaannya tidak hanya bergantung pada intervensi medis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor budaya, psikososial, serta preferensi pasien terhadap terapi non-konvensional. Tujuan: Untuk mengkaji peran terapi komplementer, budaya, dan edukasi dalam penatalaksanaan kanker payudara melalui suatu tinjauan literatur. Metode: pendekatan literature review dengan jenis tinjauan sistematis naratif. Sumber data dalam tinjauan ini berasal dari artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi, yaitu jurnal yang termasuk dalam SINTA (Science and Technology Index) peringkat 2 hingga 5. Artikel-artikel ini dipilih secara purposif berdasarkan kesesuaian topik dengan fokus kajian, yaitu penggunaan terapi komplementer dan alternatif Complementary and Alternative Medicine (CAM) pada pasien kanker payudara, pengaruh budaya terhadap perilaku pencarian pengobatan dan pengambilan keputusan, serta efektivitas intervensi edukasi masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terkait kanker payudara. Hasil: Terapi komplementer dan alternatif CAM, seperti penggunaan herbal, spiritual, yoga, dan pijat, memiliki potensi positif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara, terutama dalam aspek fisik dan emosional. Meskipun demikian, penerapan CAM harus dilakukan secara hati-hati dan terintegrasi dengan pengobatan medis konvensional untuk menghindari risiko interaksi negatif. Di sisi lain, aspek budaya, termasuk kepercayaan terhadap pengobatan tradisional, stigma terhadap kanker, serta dominasi keputusan keluarga, terbukti menjadi hambatan signifikan dalam akses dan penerimaan layanan kesehatan. Simpulan: Terapi komplementer, faktor budaya, dan edukasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penatalaksanaan kanker payudara. Penggunaan CAM dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, sementara budaya dan edukasi memengaruhi perilaku pencarian pengobatan dan keberhasilan deteksi dini. Saran: Diperlukan pendekatan holistik yang menggabungkan aspek medis, kultural, dan edukatif dalam penatalaksanaan kanker payudara untuk meningkatkan hasil kesehatan yang lebih menyeluruh.   Kata Kunci: Budaya; Deteksi Dini; Edukasi; Kanker Payudara; Terapi Komplementer.
Pendekatan verifikasionisme empiris terhadap efektivitas ultrasonografi mammae dalam proses diagnosis kanker payudara Obert, Hendra August; Adam, Arlin
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 8 (2025): Volume 19 Nomor 8
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i8.1322

Abstract

Background: Breast cancer is a leading cause of death among women in Indonesia. Ultrasonography (USG) is widely used as an alternative diagnosis, especially for dense breast tissue. From a verificationist perspective, scientific validity must be supported by empirical verification. Purpose: To analyze the empirical verificationist approach to the effectiveness of breast ultrasonography in diagnosing breast cancer. Method: A retrospective cross-sectional design involving 100 adult patients undergoing ultrasonography and biopsy was used. Diagnostic analysis used a 2x2 matrix. Results: Sensitivity was 90%, specificity was 80%, NPP was 82%, and NPN was 88%. A sensitivity level of 90% indicates that ultrasound is capable of detecting most cases of breast cancer. Specificity of 80% indicates that a small proportion of non-cancerous cases are misclassified as cancer (false positives), but this is still within acceptable practical limits. Conclusion: Breast ultrasound (USG) examination demonstrated 90% sensitivity and 80% specificity in detecting breast cancer compared with histopathology, the gold standard. The positive predictive value (NPV) of 81.8% and negative predictive value (NPV) of 88.9% confirm that breast ultrasound has high diagnostic capability, particularly in providing a negative diagnosis in patients without cancer. Suggestion: Breast ultrasound clinical practice can be used as an initial method for breast cancer screening and diagnosis in hospitals. Healthcare workers require regular training to improve the accuracy of result interpretation.   Keywords: Breast Cancer; Breast Ultrasonography; Empirical Verification.   Pendahuluan: Kanker payudara merupakan penyebab kematian utama pada wanita di Indonesia. Ultrasonografi (USG) banyak digunakan sebagai alternatif diagnosa, terutama pada jaringan payudara padat. Dari perspektif verifikasionisme, keabsahan ilmiah harus didukung verifikasi empiris. Tujuan: Untuk menganalisis pendekatan verifikasionisme empiris terhadap efektivitas ultrasonografi mammae dalam proses diagnosis kanker payudara. Metode: Desain potong-lintas retrospektif melibatkan 100 pasien dewasa yang menjalani USG dan biopsi. Analisis diagnostik menggunakan matriks 2×2. Hasil: Sensitivitas 90%, spesifisitas 80 %, PPV 82%, NPV 88%. Tingkat sensitivitas 90% menandakan bahwa USG mampu mendeteksi mayoritas kasus kanker payudara. Spesifisitas 80% menunjukkan ada sebagian kecil kasus non-kanker yang salah diklasifikasikan sebagai kanker (false positive), namun masih dalam ambang batas penerimaan praktis. Simpulan: Pemeriksaan ultrasonografi (USG) mammae menunjukkan tingkat sensitivitas sebesar 90% dan spesifisitas sebesar 80% dalam mendeteksi kanker payudara jika dibandingkan dengan hasil histopatologi sebagai standar emas. Nilai prediktif positif (PPV) sebesar 81.8% dan nilai prediktif negatif (NPV) sebesar 88.9% menegaskan bahwa USG mammae memiliki kemampuan diagnostik yang tinggi, terutama dalam memberikan kepastian negatif bagi pasien tanpa kanker. Saran: Praktik Klinis USG mammae dapat dijadikan sebagai metode awal dalam skrining dan diagnosis kanker payudara di rumah sakit. Tenaga kesehatan perlu diberikan pelatihan rutin, guna meningkatkan akurasi interpretasi hasil.   Kata Kunci: Kanker Payudara; Ultrasonografi Mammae; Verifikasionisme Empiris.