Penelitian ini mengkaji aspek psikolinguistik terkait masalah berbicara yang dialami anak-anak pada usia dini yang dipicu oleh cara orang tua berkomunikasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai bagaimana cara berkomunikasi, kebiasaan berbahasa, dan pola didik orang tua berdampak pada perkembangan kemampuan berbahasa anak, khususnya yang berusia antara 3 hingga 5 tahun. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan melaksanakan wawancara kepada anak-anak dan orang tua, lalu hasil wawancara tersebut dianalisis melalui transkrip dari interaksi verbal yang terjadi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki komunikasi yang aktif, responsif, serta rangsangan verbal yang cukup, cenderung mengalami perkembangan bahasa yang lebih optimal, baik dalam hal kosakata, struktur kalimat, mau pun keterampilan bernegosiasi. Di sisi lain, pola pengasuhan yang bersifat otoriter, terbuka, serta gaya komunikasi yang satu arah atau penggunaan kosakata yang tidak standar secara terus-menerus dapat berakibat pada keterlambatan berbicara, terbatasnya kosakata, dan gangguan dalam kemampuan berbahasa anak. Oleh sebab itu, peranan orang tua sangat krusial sebagai penggerak utama dalam membentuk kebiasaan berbahasa yang baik, sementara pencegahan dan intervensi terhadap masalah bahasa perlu diawali dari lingkungan keluarga. Berkomunikasi dengan orang lain tentu harus menggunakan kaidah yang benar dan tepat sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia. Anak mulai mengenal bahasa sejak mereka lahir yang tentu bertahap dalam perkembangan setiap kata sesuai dari pembicaraan yang mereka tangkap.