Perilaku perundungan (bullying) di sekolah dasar merupakan masalah krusial yang menuntut intervensi sistematis dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program anti-perundungan yang komprehensif melalui manajemen kesiswaan di SDN 1 Negararatu. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang dirancang dalam beberapa siklus. Program ini mengintegrasikan langkah-langkah yang telah diambil sekolah, seperti pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) dan program "Dongeng Anti-Perundungan", dengan intervensi baru yang akan dilaksanakan. Intervensi utama yang diusulkan adalah pembentukan Duta Anti-Bullying sebagai edukator sebaya (peer educator) dan pelopor perubahan, serta peluncuran Gerakan Anak Baik dan Tangguh (GABATA). Program GABATA berfokus pada penguatan karakter, promosi perilaku positif, dan pembangunan ketangguhan (resiliensi) siswa. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model intervensi holistik yang efektif dalam menekan angka perundungan dan membangun budaya sekolah yang aman, positif, dan inklusif di SDN 1 Negararatu. Teknik pengumpulan data meliputi kuesioner pre-test/post-test, observasi sistematik, analisis jurnal perilaku, dan wawancara semi-terstruktur. Hasil utama menunjukkan penurunan insiden ejekan dari 15 menjadi 6 kasus, pertengkaran dari 10 menjadi 3 kasus, dan pengucilan dari 8 menjadi 2 kasus setelah dua siklus pelaksanaan. Peran Duta Anti-Bullying dan kegiatan GABATA meningkatkan kesadaran, empati, dan inisiatif pelaporan oleh siswa. Implikasi praktis penelitian ini adalah model intervensi berbasis partisipasi siswa (Duta + GABATA) dapat menjadi komponen penting dalam manajemen kesiswaan untuk menekan perundungan di tingkat dasar, serta direkomendasikan untuk diadaptasi dan diuji di konteks sekolah lain.