Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS PERUBAHAN MODE REGENERASI UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA OPERASIONAL CONDENSATE POLISHER PLANT PADA PLTU PAITON UNIT 8 MENUJU AMONIA CYCLE Adinda, Adinda; Rulianah, Sri; Yulianto, Erwan; Pahlevi, Rieza
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 11 No. 3 (2025): September 2025
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v11i3.7235

Abstract

Air merupakan kebutuhan vital dalam proses Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), terutama dalam menjaga kualitas air agar terhindar dari korosi dan pembentukan kerak (deposit). Pengolahan air dilakukan melalui sistem Condensate Polisher Plant (CPP) yang berfungsi sebagai penukar ion untuk menghilangkan kotoran, sehingga air yang dihasilkan memiliki konduktivitas ≤ 0,1 μs/cm. Pada PLTU Paiton unit 7/8, regenerasi CPP saat ini dilakukan menggunakan mode low, namun, mode regenerasi ini dianggap kurang efisien karena memerlukan penggunaan bahan kimia, air, dan listrik yang lebih banyak serta frekuensi regenerasi yang lebih sering. Siklus amonia dalam CPP merujuk pada penggunaan resin ion exchange yg dioperasikan dalam bentuk amonium (NH4+) untuk memurnikan kondensat, dengan tujuan memurnikan air, mengendalikan pH, mencegah pembentukan deposit, serta meningkatkan efisiensi regenerasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis perubahan mode regenerasi dari low ke high untuk meningkatkan performa operasional CPP di PLTU Paiton unit 8 menuju implementasi siklus amonia. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dan pengumpulan data primer, termasuk pengukuran direct conductivity, cation conductivity, dan konsentrasi natrium pada boiler blowdown. Pengamatan dilakukan secara online menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) setelah proses regenerasi mode high. Hasil menunjukkan peningkatan durasi remain hour dari 358,5 jam pada regenerasi pertama menjadi 385 jam pada regenerasi kedua, serta penurunan konsentrasi impurities. Mode high terbukti lebih efektif dalam memulihkan performa resin dan mengurangi frekuensi regenerasi, memberikan dampak positif pada efisiensi biaya operasional perusahaan.
Manajemen Risiko Operasional Ammonia Recovery Plant di PLTU Paiton dengan Menggunakan Metode Risk Failure Mode & Effect Analysis dan Fault Tree Analysis Pahlevi, Rieza; Dwi P., A.A.B. Dinariyana
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i8.16113

Abstract

Dalam industri pembangkitan listrik, kepatuhan terhadap regulasi lingkungan terkait kualitas buangan air limbah sangat penting, khususnya parameter ammonia. Fasilitas Ammonia Recovery Plant (ARP) di PLTU Paiton berfungsi sebagai tahap pengolahan intermediate dari Wastewater Treatment Plant (WWTP) untuk mengatasi air limbah dengan kandungan ammonia tinggi. Kegagalan operasional ARP dapat mempengaruhi kualitas effluent dari WWTP, yang dipantau sesuai dumping permit dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Dari 2020 hingga 2023, tercatat 79 fault work order untuk memperbaiki masalah dalam sistem ARP di sistem MAXIMO CMMS, beberapa di antaranya menyebabkan ARP tidak beroperasi lebih dari 1 bulan. Masalah utama adalah kurangnya suku cadang akibat kerusakan berulang pada peralatan yang sama. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi risiko kritis kegagalan operasional ARP dan menentukan solusi pencegahannya. Proses penelitian diawali dengan identifikasi risiko kegagalan operasional menggunakan metode Risk Failure Modes and Effects Analysis (RFMEA), yang menyederhanakan pencarian penyebab kegagalan operasional berdasarkan kriteria penilaian sehingga dapat dilakukan seleksi kegagalan operasional yang pernah terjadi (risk mapping). Analisa dilanjutkan dengan metode Fault Tree Analysis (FTA) untuk menentukan basic event dari kegagalan operasional tersebut. Sebanyak 34 mode kegagalan diidentifikasi, dan dari analisa RFMEA diperoleh 4 mode kegagalan kritis: Innacurate pH reading, Valve Leaks, WWFD pipeline leaks pada Feed Pre-Adjust Systems, dan acid injection failure pada Chemical Injection Systems. Risiko kritis ini kemudian dianalisis menggunakan FTA untuk menentukan basic event dan langkah mitigasi risiko dalam bentuk risk control options (RCO). Diharapkan mitigasi risiko yang lebih baik dapat mengurangi atau menghindari kerugian dari kegagalan operasional pabrik di masa depan, sebagai bagian dari penerapan manajemen risiko yang efektif.