Kemajuan teknologi saat ini telah secara radikal mengubah susunan sosial masyarakat pedesaan. Di era digital yang bergerak cepat dan sangat kompetitif, daerah pedesaan semakin menjadi pusat pertanian, dan hubungan sosial didasarkan pada saling membantu dan kerja sama. Dengan latar belakang ini, penelitian ini, melalui studi literatur, mengkaji hubungan antara budaya pedesaan dan kemajuan teknologi. Investigasi berfokus pada dua masalah sentral: bagaimana inovasi teknologi mempengaruhi lanskap budaya dan sosial daerah pedesaan. Bagaimana budaya dapat mempertahankan warisan budaya mereka sambil mengakomodasi perubahan ini. Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa inovasi bersifat ambivalen. Di satu sisi, meningkatkan ekonomi desa dalam hal peningkatan efisiensi produksi dan hubungan dengan pasar digital; Di sisi lain, hal ini menyebabkan masalah bagi sistem nilai tradisional, seperti munculnya interaksi tatap muka dan munculnya gaya hidup individualistis. Namun, sejauh penelitian sebelumnya telah menunjukkan, masyarakat desa juga tidak berdiam diri ketika arus inovasi mencapai mereka. Sebaliknya, mereka menggabungkan nilai-nilai lama seperti gotong royong, musyawarah, dan solidaritas sosial ke dalam lingkungan digital, membentuk bentuk baru solidaritas dan kolaborasi virtual. Hubungan antara budaya dan inovasi tidak kontradiktif, menurut artikel ini. Inovasi berbasis nilai-nilai lokal memperkuat ketahanan sosial (ketahanan budaya), dan budaya lokal yang kuat adalah fondasi bagi inovasi berkelanjutan. Oleh karena itu, modernisasi desa tidak harus mengakibatkan erosi budaya; sebaliknya, hal ini dapat menghasilkan budaya hibrida yang lebih tangguh terhadap tantangan global. Artikel ini ditutup dengan model konseptual transformasi budaya desa di era teknologi yang menekankan pentingnya sinergi antara inovasi digital dan kearifan lokal.