Penelitian ini membahas makna semiotika Ulua Nang Bajawek pada adat Pernikahan Muara Bungo di Desa Koto Jayo. Ulua Nang Bajawek merupakan tradisi menyerahkan pengantin laki-laki kepada pihak keluarga pengantin perempuan. Sebelum arak-arakan, lembaga adat mendatangi rumah pengantin laki-laki untuk menyerahkan keris beserta diiringi sebuah pepatah. Setiap pepatah yang disampaikan mengandung makna mendalam, bukan sekadar ungkapan, melainkan simbol nilai budaya dan ajaran moral. Setelah itu, keris diserahkan kembali kepada pihak perempuan setelah semua prosesi dilaksanakan, lalu pengantin dibawa ke pelaminan. Penelitian ini bertujuan untuk mennganalisis makna yang terkandung dalam setiap prosesi Ulua Nang Najawek menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes yang mencakup denotasi, konotaso, dan mitos. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan model Roland Barthes untuk mengungkap makna dalam setiap prosesinya. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa setiap tahapan dalam prosesi adat pernikahan Ulua Nang Bajawek mengandung makna yang mendalam. Dari hasil analisis, peneliti menemukan sebelas makna, baik denotasi maupun konotasi, pada setiap tahapan prosesi tersebut. Selain itu, terdapat mitos yang juga menjadi bagian dari makna yang terkandung dalam prosesi ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa prosesi Ulua Nang Bajawek bukan sekadar sebuah prosesi dalam sebuah tradisi, tetapi juga menjadi refleksi nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. prosesi ini menekankan pentingnya kesiapan, penghormatan , dan kebersamaan dalam membangun ikatan keluarga dalam masyarakat Melayu Jambi di Desa Koto Jayo.