Latar Belakang: Nyeri tenggorokan pasca anestesi umum adalah komplikasi umum yang dapat memengaruhi kenyamanan pasien dan memperlambat pemulihan. Penelitian menunjukkan bahwa durasi anestesi yang lebih lama berhubungan dengan peningkatan insiden nyeri tenggorokan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara durasi anestesi umum dan tingkat nyeri tenggorokan pada pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Metode: Studi observasional dengan desain cross-sectional dilakukan terhadap 35 pasien yang menjalani anestesi umum dengan intubasi. Durasi anestesi dikategorikan menjadi kurang dari 2 jam dan 2 jam atau lebih. Tingkat nyeri tenggorokan diukur menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara durasi anestesi dan tingkat nyeri tenggorokan. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 40% pasien mengalami nyeri ringan, 34,3% tidak mengalami nyeri, 13,1% mengalami nyeri sedang, dan 8,6% mengalami nyeri berat. Analisis bivariat mengungkapkan hubungan signifikan antara durasi anestesi dan tingkat nyeri tenggorokan (p = 0,032). Kelompok dengan durasi anestesi ≥ 2 jam memiliki proporsi lebih tinggi untuk nyeri sedang dan berat.. Kesimpulan: Durasi anestesi umum yang lebih lama berkorelasi signifikan dengan peningkatan tingkat nyeri tenggorokan pasca anestesi. Temuan ini menekankan pentingnya pengelolaan durasi anestesi untuk meminimalkan komplikasi pascaoperasi. Kata Kunci: anestesi umum, nyeri tenggorokan, durasi anestesi, VAS